"Seorang lelaki sedang memarahi gerombolan anak SD yang ketahuan merokok. Padahal dia sendiri saat itu sedang memegang sebatang rokok yang masih mengepul. Alasan lelaki tersebut memarahi anak-anak SD yang merokok adalah karena rokok tidak baik bagi kesehatan khususnya paru-paru. Sejatinya, lelaki tersebut sudah memahami konsekuensi buruk dari kebiasaan merokok, tapi dia pun masih tetap merokok."Â
Penyebab Seseorang Mengalami Disonansi Kognitif
Setidaknya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami kondisi disonansi kognitif, seperti :
1. Ada tekanan dari pihak yang lain
Seringkali disonansi kognitif muncul karena adanya tekanan pihak lain yang sulit untuk dihindari. Misalnya, seseorang siswi SMP yang terpaksa berdandan menor demi dapat berbaur dengan teman sekelas. Meski jauh di dalam diri dia lebih menyukai tampil polos. Tekanan inilah yang sering menjadi penyebab seseorang mengalami konflik batin dan mengalami disonansi kognitif.
2. Mendapatkan informasi baru
Kadangkala seseorang yang mendapatkan informasi baru bisa mengalami kondisi tidak nyaman di dalam dirinya. Misalnya ketika sahabat dekat tiba-tiba mengaku bahwa dirinya penyuka sesama jenis. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan manakala Anda sendiri mempunyai keyakinan bahwa penyuka sesama jenis adalah sebuah dosa.
Kondisi seperti ini juga dapat menimbulkan inkonsistensi logika dalam berpikir, di mana logika saling bertentangan satu sama lain.
3. Menghadapi dua pilihan terbaik yang harus diambil
Seseorang dapat mengalami kondisi disonansi kognitif jika berhadapan dengan dua pilihan yang harus diputuskan dengan bijak. Seperti ketika menerima dua tawaran kerja sekaligus, dengan kualitas dan penawaran yang sama baiknya. Satu tawaran kerja di dekat rumah orangtua, tawaran kerja lain mengharuskan Anda pindah ke luar pulau namun gaji lebih tinggi. Kondisi dilematik seperti ini dapat menimbulkan disonansi kognitif.