Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ekspresi Cinta Untuk Muhammadiyah-NU: "Dipisahkan Qunut, Disatukan Tambang"

29 Juli 2024   12:15 Diperbarui: 29 Juli 2024   12:15 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana sudah menjadi pengetahuan bersama di kalangan umat Islam, salah satu khilafiyah klasik yang membedakan NU dan Muhammadiyah dalam praktik ibadah adalah soal bacaan doa Qunut pada sholat subuh. NU menggunakan Qunut dan Muhammadiyah sebaliknya.

Meski perkara Qunut ini hanyalah soal khilafiyah furu'iyah, berpuluh tahun atau sudah lebih dari 1 abad jika dihitung dari berdirinya Muhammadiyah (1912), warga NU dan Muhammadiyah terpolar kedalam dua kutub sholat subuh. Di lapis akar rumput umat, perbedaan ini bahkan kerap memicu pertengkaran. Padahal salah satu kaidah ushul fiqhnya jelas dan sederhana:  Laa Inkara fil Mukhtalaf Fiihi, tidak boleh ada pengingkaran dalam khilafiyah.

Lantas bagaimana membaca satir "Qunut dan Tambang" ini? Sederhana saja. Satir itu jelas bukan bermaksud memperkarakan isu Qunutnya. Karena masing-masing sudah sama-sama memahami dan sepakat bahwa Qunut adalah wilayah interpretasi, area khilafiyah furu'iyah.

Fokus satir itu adalah soal tatakelola tambannya. Sekali lagi, usaha tambang apalagi dalam skala besar bukanlah core business organisasi keagamaan. Berbagai sisi mafsadat bisa saja terjadi dan berdampak buruk, baik bagi institusi organisasi sendiri maupun bagi masyarakat dan lingkungan. Yakni ketika keliru qiblat (niyat dan orientasi) dan salah manajemen dalam praktiknya.  

Muhammadiyah dan NU sudah terbukti peran-peran strategis dan kontributifnya bagi masyarakat, bangsa dan negara ini. Terutama dalam bidang sosial, pendidikan, kesehatan, bahkan juga dalam merawat harmoni politik kebangsaan dan kemanusiaan di negeri ini. Semua orang pastinya tidak ingin melihat kedua ormas Islam mainstream ini terjerumus lalu terjebak dalam kubangan bisnis yang lebih banyak merusak lingkungan. Jadi, satir itu sebetulnya adalah ekspresi cinta dari masyarakat kepada Muhammadiyah dan NU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun