Di belakang hari (menurut sebagian mufassir sekitar 40 tahun kemudian), impian itu seperti yang dikisahkan dalam Alquran surat Yusuf ayat 100 itu menjadi kenyatan sejarah.
Mimpi yang benar (dalam arti nyata, menjadi suatu kenyataan) tidak mesti dialami oleh seorang mukmin. Raja Qithfir (raja Mesir pada waktu itu) pun seperti yang dikisahkan dalam surat Yusuf ayat 43 pernah bermimpi melihat tujuh ekor sapi gemuk dimakan tujuh ekor sapi kurus. Seperti yang dikisahkan dalam Alquran surat Yusuf ayat 47-49, mimpi ini ditakwilkan oleh Nabi Yusuf sebagai isyarat akan datangnya musim paceklik dan cara-cara mengantisipasinya, sebagaimana juga dua teman yusuf di penjara bermimpi masing-masing memperoleh keberuntungan dan nasib buruk.
Sedangkan istilah adghats ahlam, mimpi yang kacau, adalah mimpi yang dialami oleh orang-orang yang jiwanya sedang dalam keadaan labil dan atau gelisah. Istilah ini pernah digunakan secara keji oleh orang-orang musyrik, yang menuduh bahwa Al Qur'an adalah refleksi dari mimpi-mimpi Muhammad yang kacau-balau (bersambung).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H