Gerindra terlalu beresiko memajukan Andra sebagai Cagub. Kecuali misalnya disandingkan dengan Iti Jayabaya sebagai Cawagubnya. Variabel utara-selatan dapat, gabungan suara melampaui ambang batas, dan nilai politik gender mainstreaming juga bisa diperoleh.
Posisi yang paling realistis untuk Andra adalah Cawagub. Misalnya mendampingi Dimyati sebagai Cagubnya. Tetapi ini pasti tidak mudah. Suara Gerindra lebih besar dari PKS, dan saat ini Gerindra menjadi leader di pentas koalisi nasional pemerintahan Prabowo-Gibran. Gerindra setidaknya, jika bukan Andra, pasti memiliki kepentingan politik untuk menjaga marwah sebagai pertai papan atas di Banten.
Menjadi pendamping Airin? Hampir mustahil meski sama-sama berada di koalisi nasional Pemerintahan Prabowo-Gibran. Sama hampir mustahilnya dengan mendampingi Rano (jika dimajukan sebagai Cagub oleh PDIP) atau Arief Wismansyah (Nasdem), figur muda potensial yang mulai ngebut mensosialisasikan diri belakangan ini. Alasannya sederhana. Andra, Airin, Rano dan Arief adalah sama-sama orang Tangerang Raya. Kehampir mustahilan ini juga berlaku bagi keempat "figur kota" tersebut untuk saling bersanding, kecuali jika pilgubnya Pilgub Tangerang Raya.
Rano-PDIP
Jika parameternya levelitas jabatan politik terakhir dan pengalaman dalam jabatan pemerintahan, Rano Karno adalah sosok Cagub paling unggul dibandingkan belasan figur lainnya. Saat ini Rano anggota DPR RI (setara dengan Dimyati Natakusumah dan Iti Jayabaya yang juga pernah menjadi anggota DPR RI), dan pernah menjabat sebagai Wagub dan Gubernur Banten.
Tetapi problematika kandidasi juga bakal dihadapi oleh Rano. Mirip Airin, Rano juga membutuhkan sosok pendamping yang bisa mengcover suara elektoral di Lebak dan Pandeglang. Popularitas plusnya sebagai artis tidak akan memberi pengaruh signifikan dalam kontestasi Pilkada, dan ini pernah terbukti pada Pilgub 2017 silam dimana ia dikalahkan oleh Wahidin-Andika.
Tiga figur paling potensial di selatan, yakni Dimyati, Iti Octavia dan Ade Sumardi, masing-masing memiliki sisi kerumitan tersendiri bagi Rano-PDIP. Dengan Ade Sumardi sudah pasti mustahil, karena sama-sama kader PDIP, sementara untuk bisa mengusung pasangan calon PDIP harus berkoalisi dengan partai lain.
Bagaimana dengan Dimyati? Mantan Bupati Pandeglang ini adalah kader sekaligus disiapkan oleh PKS sebagai Cagub. Menyandingkan PDIP dengan PKS dalam koalisi Pilgub nampaknya sulit bisa diwujudkan karena alasan ideologis, apalagi jika Dimyati diposisikan sebagai Cawagubnya. Entah jika posisinya dibalik. Dimyati sebagai Cagub, Rano sebagai Cawagub.
Pilihan yang paling realistis dan memiliki prospek politik bagus bagi Rano adalah Iti Jayabaya. Tentu dengan catatan Ade Sumardi tidak menjadi Cawagubnya Airin. Iti adalah Ketua DPD Partai Demokrat Banten, peringkat kelima dalam Pemilu 2024 kemarin dengan raihan suara sebanyak 586.689 atau 11 kursi di DPRD Banten. Popularitas Iti di selatan, khususnya Lebak tentu tidak diragukan karena ia mantan Bupatinya selama dua periode.
Pilihan Rano atas Iti Jayabaya sebagai Cawagubnya bisa menjadikan pasangan ini sebagai lawan tanding paling kuat menghadapi Airin, Dimyati, Andra atau Arief. Dengan siapapun mereka berpasangan. Atau bahkan seandainya keempat figur ini saling berpasangan satu sama lain.
Dimyati-PKS
Beberapa hari lalu Dimyati Natakusumah menerima Surat Keputusan (SK) dari DPP PKS tentang Bakal Calon Gubernur Banten Periode 2024-2029. Dengan demikian Dimyati adalah Bacagub Banten kedua yang mendapat SK dari masing-masing DPP Partainya untuk maju dalam kontestasi Pilgub Banten.
Namun begitu, seperti Bacagub lainnya, Dimyati juga menghadapi problematika kandidasi yang sama rumitnya. Popularitas Dimyati hanya kuat di selatan, terutama Pandeglang, dan mungkin sebagian wilayah Serang. Karena itu ia membutuhkan figur dari utara untuk mengcover suara elektoral di Tangerang Raya. Diatas sudah disinggung pilihan-pilihan kemungkinan yang bisa terjadi dalam proses kandidasi nanti.