Perhelatan Pilgub Banten potensial berlangsung sangat dinamis (sekaligus rumit) di fase kandidasi dan kompetitif di fase kontestasi. Sedikitnya ada 4 faktor yang dapat mendorong ke arah situasi ini.
Pertama, berdasarkan perolehan suara Pemilu 2024 tidak ada satupun partai yang mencapai angka ambang batas (threshold) pencalonan kepala daerah. Bahkan juga tidak ada pemenang tunggal karena perolehan kursi terbanyak diraih bersama oleh tiga partai politik. Yakni Golkar, PDIP, dan Gerindra, masing-masing meraih 14 kursi di DPRD Provinsi.
Situasi yang demikian akan memaksa partai-partai untuk membangun koalisi agar dapat mengusung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Dalam konteks ini komunikasi dan penjajagan antar partai untuk menyiapkan tiket-tiket Paslon potensial akan ramai diwarnai oleh berbagai manuver politik.
Kedua, kedigdayaan politik keluarga Ratu Atut yang selama ini mendominasi kontestasi pemilihan di Banten cenderung melemah. Saat yang sama telah muncul aktor-aktor politik baru yang lebih mandiri dan tidak terafiliasi atau berjejaring dengan dinasti di Banten, seperti Arief Wismansyah (Nasdem), Andra Soni (Gerindra), atau Rano Karno (PDIP) yang nampaknya bakal kembali maju.
Situasi ini akan membuat medan pertarungan elektoral menjadi terbuka dan kompetitif. Airin Rachmi Diany, yang nampaknya disiapkan oleh keluarga Ratu Atut untuk merebut kembali momentum hegemoni kepolitikan di Banten bukanlah figur yang (sangat) kuat. Airin tidak sekuat Atut di Pilkada 2006 dan 2011.
Ketiga, dua figur mantan petahana terakhir, yakni Wahidin Halim (mantan Gubenur) dan Andika Hazrumy (mantan Wakil Gubernur) hampir pasti tidak akan maju kembali. Kabar terakhir, Wahidin dalam posisi wait and see, masih akan melihat perkembangan karena takut "Jebakan Batman" (Kompas.com, 8 Mei 2024). Sementara Andika sudah memutuskan untuk maju dalam Pilkada Kabupaten Serang.
Dengan demikian Pilgub Banten bakal diramaikan oleh figur-figur yang benar-benar baru, kecuali Rano (jika jadi dimajukan PDIP) yang pernah menjadi Wagub di era Gubernur Ratu Atut periode kedua. Â Â
Keempat, dari nama-nama yang sudah beredar hingga saat ini, belum ada satupun figur yang unggul secara telak dibanding para kompetitornya. Dari hasil sigi dua lembaga survei terakhir (IPRC dan ARCHI Research and Strategy) sekira sebulan yang lalu, Airin memang unggul. Tetapi besaran gap angkanya belum cukup siginfikan dibanding pesaing-pesaingnya sebagaimana dapat dibaca dari data berikut ini.
Hasil survei IPRC (dalam prosentase) menunjukan Airin unggul dengan perolehan suara 20,2. Disusul Rano 14,2, Wahidin 10,6, Iti Jayabaya 6,6, dan Zaki Iskandar 5,8. Sementara berdasarkan hasil survei ARCHI Research and Strategy, Airin meraih 22,22, Rano 14,81, Iti Jayabaya 13,58, Arief Wismansyah 11,11, Ratu Ageng Rekawati 9,88, Wahidin, 8,64 dan Gembong Sumedi 7,41. (Radar Banten, 21 April 2024).
Keunggulan sementara Airin (versi lembaga survei) atas figur-figur lainnya boleh jadi karena sokongan efektif dari media sosialisasi yang sudah ditebar di antero Banten jauh sebelum nama-nama lain muncul di ruang publik. Baliho, poster, dan spanduk Airin sudah bertebaran bahkan jauh sebelum Pemilu 2024 digelar. Jadi, wajar jika responden yang tersasar sebagai sampel dalam survei banyak yang menyebut nama Airin.