Bagaimana menghidupkan moderasi beragama?
Sedikitnya ada dua pendekatan yang bisa dilakukan untuk menghidupkan terus semangat moderasi beragama kini dan ke depan, yakni pendekatan dialog intelektual dan pendekatan praksis sosial.
Pendekatan dialog intelektual dilakukan dengan cara memperluas ruang-ruang dan mengintensifkan forum-forum dialog antar tokoh agama (ulama, rohaniawan atau sebutan lainnya) dan para aktifis keagamaan. Keyword-nya "Dialog", bukan "Debat"! Artinya yang dilakukan adalah ikhtiar bersama untuk saling memahami esensi kaidah-kaidah iman dan keyakinan masing-masing, dan bukan memperdebatkan keragaman dan perbedaannya.
Dalam dialog serupa itu diharapkan setiap penganut agama akan memiliki pengetahuan yang otentik tentang iman dan keyakinan pihak lain, lalu bisa memahaminya (mengerti secara utuh), dan akhirnya sampai pada posisi puncak relasi antar penganut agama, yakni toleran dan menghargai pilihan masing-masing.
Pendekatan praksis sosial dilakukan dengan cara memperluas ruang-ruang dan mengintesifkan aktifitas-aktifitas sosial-kemasyarakatan (muamalah) pada semua tingkatan atau ruanglingkup relasi antar penganut agama. Mungkin dalam urusan ketetanggaan, lingkungan pemukiman, atau dalam ruanglingkup sosial yang lebih luas lagi. Misalnya kegiatan bersama ormas atau organisasi kepemudaan, kemahasiswaan dan pelajar.Â
Dengan cara demikian, semangat menghidupkan moderasi beragama akan terus terjaga, tumbuh dan berkembang semakin luas di dalam masyarakat. Dan ketika capaian ini berhasil diwujudkan dengan sendirinya akan memberikan kontribusi besar dan bermakna dalam menjaga persatuan dan keutuhan berbangsa dan bernegara.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI