Dalam kotak Fuel Cell seperti dibawah ini, energi dapat dibawa kemana saja dengan mudah. Dengan cara ini, penduduk desa yang tinggal dipegunungan bisa terpenuhi kebutuhan listriknya.
[caption caption="Gambar 11. Bentuk Fuel Cell yang dapat dibawa kemanapun"]
4. Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Perubahan Iklim
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) ke-21 menghasilkan kesepakatan bahwa negara-negara dunia berkomitmen menjaga ambang batas kenaikan suhu bumi di bawah 2 C dan berupaya menekan hingga 1,5 C. [17]
Hal ini berlawanan dengan rencana 35.000 MW listrik Indonesia, sebab 50% sumber energi yang digunakan adalah batu bara. Oleh karena itu penggunaan batu bara dalam proyek listrik 35.000 MW harus dikurangi, dan porsi energi asal Gas dan EBT dinaikan.
Anehnya di Papua BP kesulitan untuk menjual hasil produksi gas-nya.
Butir kelima dari Konferensi Perubahan Iklim menyebutkan bahwa ada bantuan, termasuk pendanaan bagi negara-negara untuk membangun ekonomi hijau dan berkelanjutan. Ini penting artinya bagi kegiatan penelitian di Indonesia. Pertamina sebagai perusahaan energi Indonesia yang tidak diragukan lagi kinerjanya, bisa meminta dana bantuan untuk penelitian dibidang energi terbarukan. Pertamina bisa bekerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia.
Â
Kesimpulan:
1. Indonesia akan mandiri dibidang energi, bila Pertamina diberi kewenangan mengelola minyak seperti Cina 85%.
2. Gas harus dikembangkan segera sebagai pengganti minyak bumi, karena cadangannya ada 59 tahun.