Geothermal punya potensi besar, dan hasil produksinya bisa dijual ke mancanegara. Geothermal di Kamojang sudah diproses sejak tahun 1926, jadi Indonesia sebetulnya bukan “pemain baru” dibidang energi geothermal, tapi nyatanya teknologi geothermal tidak berkembangkan, mungkin selama ini kita terbuai oleh cadangan minyak bumi yang berlimpah.
Kita harus sadar bahwa minyak bumi akan habis 11 tahun lagi.
Membangun dan mengembangkan Geothermal tidak gampang, perlu teknologi tinggi dan perlu modal besar. Tapi jika ingin menguasai pasar dunia, pengembangan Geothermal harus segera dimulai.
Islandia, negara berpenduduk 323 ribu orang, dimasa mendatang akan menjadi negara pemasok energi untuk eropa, dari produksi geothermal-nya. [14]
Inginkah Indonesia jadi seperti Islandia?
Presiden Joko Widodo, ketika membuka penyelenggaraan The 4th Indonesia EBTKE ConEx 2015 mengatakan “Energi baru dan terbarukan harus kita berikan perhatian khusus. Karena itu, masalah yang berkaitan dengan insentif, perijinan dan hal-hal yang berkaitan dengan EBT harus kita dukung penuh. Kita dorong dan konsisten bahwa ke depan harus mengarah ke bidang EBT ini.” Jadi rencana Pertamina untuk mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan sebesar 1,13 Gigawatt pada tahun 2019 sudah tepat. [15]
3. Fuel Cells
[caption caption="Gambar 9. Skema Fuel Cell"]
Fuel Cell bekerja seperti batere, dan dirancang untuk menyatukan hidrogen dengan oxigen, sehingga menimbulkan listrik. Hidrogen ditempatkan di tabung bertekanan dan oksigen diambil dari udara. Saat ini fuel cell sudah dicoba di kendaraan. Hidrogen yang diperlukan untuk Fuel Cell dapat diproduksi dengan bermacam cara, tapi Islandia memproduksi hydrogen dari geothermal hingga dapat menjaga lingkungan.
[caption caption="Gambar 10. Mobil dengan Fuel Cell"]
Islandia berusaha untuk lepas dari ketergantungan akan bahan bakar minyak, oleh karena itu mereka sangat serius mengembangkan kendaraan dengan fuel cell. [16]