Saling bertukar cerita membuat perjalanan semakin tampak tidak terasa, dan mobil Reza sudah memasuki area perkampungan tempat tinggalku.
“Berhenti di depan gang itu saja, mobil tidak dapat masuk”pintaku
Tak berapa lama Reza menghentikan mobilnya, kemudian kami berjalan beriringan menuju rumah dimana Ibu tengah menanti.
Setelah mengucapkan salam, dengan wajahnya yang semakin layu karena penyakitnya Ibu tampak tetap cantik dengan senyum yang selalu menghias dikala menyambut kepulanganku.
“Ibu..ini atasan saya. Pak Reza namanya” aku memperkanalkan pria bertubuh tegap di sampingku
Tetapi Reza hanya diam tak bergeming, matanya berkaca-kaca.
“Ya..Tuhan, akhirnya saya bisa bertemu lagi dengan ibu” Reza mencium tangan Ibu penuh haru
Kami berdua pun tampak kebingungan dengan ekspresi Reza yang demikian.
“Apa Ibu tidak ingat saya ? bocah laki-laki yang pernah Ibu tolong puluhan tahun silam ? Dibawah hujan yang sangat deras dengan pakaian lusuh saya meminta belas kasihan orang hanya untuk sesuap makan” Reza membuka kembali tabir kenangannya “Ketika tidak ada seorang pun yang perduli dengan saya, tapi Ibu memberi saya the hangat makan dengan Soto Lamongan yang Ibu Jual . Dan sungguh itu adalah makanan terlezat yang saya nikmati”
“Ya..ampun Nak. Kamu sudah besar sekali, ganteng. Yang Ibu lakukan memang sudah sepatutnya dilakukan” Ibu tampak bahagia
Dan aku yang tidak mengerti dengan peristiwa antara Ibu dan Reza hanya memandang haru.