“Ehmm..rasa seperti ini yang saya cari” Reza berujar “Oke, kamu diterima bekerja di tempat ini. Mulai besok kamu sudah bisa bekerja dengan membuat menu baru untuk restaurant ini, Soto Lamongan. Selamat bergabung” Lanjutnya dan mengulurkan tangan.
Tak dapat kusembunyikan rasa bahagia yang teramat sangat, tidak sia-sia resep rahasia yang aku pelajari dari Ibu yang memang mahir membuat Soto Lamongan. Untuk membuatnya, digunakan bumbu halus yang terdiri dari bawang putih, merica, ketumbar sangrai, kemiri sangrai dan juga kunyit. Dari sanalah tercipta kuah soto yang gurih dan wangi. Isiannya adalah suwiran daging ayam yang sudah direbus, irisan kol, tomat, daun bawang dan potongan telur. Dan yang menjadi ciri khas dari Soto Lamongan adalah di sertakannya koya gurih yang di buat dari kerupuk udang yang dihaluskan dengan di tambahkan udang kering.
“akhirnya aku bisa mendapatkan uang untuk biaya berobat Ibu” Bisikku dalam hati seraya melangkah pulang penuh senyuman.
Hari demi hari kian berlalu, tak di sangka resep rahasia ibu akhirnya menjadi menu andalan di restaurant milik Reza. Setiap pengunjug yang hadir cukup puas dan sangat menikmati rasa dalam setiap mangkuk Soto Lamongan yang tersaji.
“Alya..saya sangat berterima kasih sekali, semenjak kehadiran kamu dengan menu istimewa Soto Lomongan semakin menjadi titik ukur kemajuan usaha yang saya jalani. Jika boleh, bisakah saya bertemu dengan ibu kamu ?” Ucap Reza
Dalam satu waktu aku senang sekaligus terkejut “tentu..Ibu pasti sangat senang bisa bertemu dengan Pak’ Reza” jawabku
“Baiklah..sore nanti aku ikut ke rumahmu” Pintanya
Aku mengangguk ragu, terbesit dalam pikiranku dengan banyak pertanyaan. Seorang pimpinan seperti dia mau mendatangi rumah pegawainya hanya karena bentuk rasa terima kasih, aneh menurutku. Tetapi ya memang mungkin seperti itu wataknya.
Sore hari ketika jam pulang kerja Reza ikut serta pulang ke rumahku, agak canggung rasanya dalam perjalanan bersama bos sendiri. Tapi pembawaan Reza yang ramah membuat suasana semakin mencair, sebagai orang berada ia termasuk rendah hati.
“Saya sempat dengar Ibu kamu sakit ? sakit apa memangnya ? bagaimana proses pengobatannya?” rentetan pertanyaan Reza menyerangku
“Iya..sudah cukup lama, kanker kelenjar getah bening. Ibu memang sudah seharusnya di operasi, tapi belum punya cukup biaya, sehingga saat ini hanya bisa untuk berobat jalan saja” jawabku