Perang Gerilya melawan Agresi Militer Belanda II di Pasuruan Barat
Agresi Militer Belanda II juga sudah tercium jauh oleh pasukan gerilya di wilayah Pasuruan Barat, Timur, Â jauh hari sebelum serangan itu dilakukan.
Awalnya, di Tahun 1947-1948, keamanan wilayah Pasuruan Barat dibebankan pada kompi-kompi yang dipimpin oleh Lettu Moch. Jasin, Lettu Ichdar, Lettu Bambang Sumitro serta Kapten Hartono. Kompi-kompi ini merupakan bagian dari Batalyon 17, dibawah komando Mayor Abdullah.
Menariknya, Mayor Abdullah adalah seorang mayor yang buta huruf. Di tahun 1945, Abdullah adalah seorang pengemudi becak di Surabaya. Tapi begitu meletus peristiwa 10 Nopember 1945, Abdullah membentuk pasukan yang gagah berani berjuluk "Badjak Laut". Ikut bertempur di front pertempuran Surabaya sampai mundur ke Sidoarjo. Karena keberanian dan kemampuan bertempurnya yang hebat, akhirnya karir militer Abdullah merangkak naik, sehingga di tahun 1948 dipercaya memimpin sebuah Batalyon di Jawa Timur dengan pangkat Mayor.
Kompi-kompi di bawah Batalyon 17 yang "menguasai" wilayah Pasuruan Barat ini berkedudukan dan mengamankan wilayah Porong-Gempol-Pandaan-Tretes. Sebagian bertugas mengamankan wilayah Sukorejo-Purwosari-Lawang.
Pasukan-pasukan ini sudah mencium gelagat kalau pihak Belanda akan mengadakan aksi milter. Maka, mereka pun mulai melakukan gerilya/ gerakan bawah tanah. Mengajak pemuda di dusun-dusun untuk bergabung mempertahankan wilayah jika sewaktu-waktu terjadi perang. Termasuk membuat pos-pos pertahanan dan mengumpulkan senjata dan amunisi. Mereka juga melakukan aksi-aksi  penyergapan iringan tentara Belanda.
Begitu pihak Belanda melakukan aksi militer, maka mereka pun segera konsolidasi untuk melakukan penyerangan pada pos-pos Belanda. Maka sejak 19 Desember 1948 sampai Pebruari 1949, telah terjadi beberapa kali kontak senjata antara TNI dengan pihak Belanda di wilayah Pasuruan Barat. Diantaranya
Tanggal 19 Desember 1948, kompi Ichdar mengibarkan bendera merah putih di villa dan hotel milik Belanda di wilayah Tretes, serta melucuti AP/ Polisi Belanda (Algemeene Politie) serta menguasai Onderan (Kantor Kecamatan) Prigen dan merampas 10 pucuk Mouser kaliber 7,9.
Tanggal 20 Desember 1948, pasukan Ichdar melucuti AP di Plintahan, Pandaan, Tanggal 25 Desember 1948, kompi Ichdar melucuti markas AP di Sukorejo (Radik Djarwadi, 1979 halaman 40).
Namun, Belanda selalu bisa memperkuat kembali pos-pos pertahanannya bersamaan dengan datangnya pasukan besar diantaranya dari KL (Angkatan Darat) Belanda dan Marine Brigade (Kesatuan Marinir/ Angkatan Laut Belanda) serta Cakra. Maka, wilayah Pasuruan Barat pun kembali dapat diduduki oleh pihak Belanda yang tersebar di beberapa titik  yakni di Hotel Cemendoer Tretes (OASE/ SKAM), serta di Plintahan Pandaan dan Bangil.