"Memangnya kenapa?" tanya Kadru penuh selidik. Para ular dan Naga pun bercerita, saat di dalam kolam tadi  melihat bahwa warna ekor Kuda Ucchaihcrwara adalah Putih. Jadi Winata yang benar !
Kadru pun kaget bukan kepalang. Mukanya pucat seperti kehabisan darah. Maka, segera pikiran liciknya pun berkerja.
"Ayo kalian anak-anakku semua. Para ular dan Naga. Segera kembali masuk kolam. Segera....... !!!" Perintah Kadru
"Lumuri ekor Kuda Ucchaihcwara denga bisa kalian sebanyak-banyaknya agar warnanya menjadi hitam. Cepat laksanakan...!,' perintah licik Kadru pada semua putranya. Awalnya para ular dan Naga pun menolak. Tapi karena diancam oleh Kadru, mereka pun melaksanakan tipu muslihat ini untuk mengalahkan Winata.Â
Akhirnya, Kuda Ucchaihcwara pun keluar kolam dengan ekor sudah berubah dari warna putih menjadi berwarna hitam akibat perilaku licik Kadru.Â
Kadru tersenyum puas atas kemenangannya. Winata pun mengakui kekalahannya. Karena dia memang melihat ekor Kuda Ucchaihcwara berwana hitam. Maka sejak saat itu, Winata menghamba pada Kadru. Menjadi budak pelayan bagi Kadru dan para ular serta Naga.Â
Winata dengan penuh kesabaran melaksanakan kewajibannya sebagai seorang yang kalah bertaruh. Dengan penuh kasih sayang dia juga nerawat Aruna, buah hatinya yang lahir prematur. Maka, di saat perbudakan itu, satu telur yang diberikan oleh Begawan Kasyapa pun menetas.
"Syukurlah anakku. Akhirnya engkau hadir juga di dunia menemani ibu dan suadaramu Aruna," ujar Winata lirih. Â Â Â
Winata  memberi nama jabang bayi yang baru lahir dengan nama Garudeya. Bertubuh manusia. Berwajah burung Garuda.
Garudeya mirip seperti Aruna. Bedanya, Aruna lahir prematur. Garudeya lahir normal. Akibatnya, Aruna lahir membawa cacat yang menyebabkan dia sakit hati pada ibunya Winata.
"Ibu, akibat kecerobohanmu, akhirnya aku lahir ke  mayapada ini dalam keadaan cacat. Tidak seperti adikku Garudeya" ujar Aruna kepada ibunya. Winata  tak mampu berkata apa-apa. Dia hanya terdiam mengakui kesalahannya. Â