Rumah-rumah di sisi Barat jalan, meletakkan pura kecilnya dekat angkul-angkul. Sedangkan rumah sisi Timur, meletakkan pura kecil di sisi Timur Laut (belakang rumah).
Dari peta desa, saya hitung di Desa Wisata Penglipuran hanya ada sekitar 76 rumah.Â
Saya jadi membayangkan, jika pada saat hari tertentu rumah-rumah khas Bali ini dilengkapi dengan penjor bambu dan daun janur yang dironce. Dipadu kain kuning dan hitam putih khas Bali pasti akan tersaji pemandangan eksotik dan instagramable!.
Bisnis Rumahan
Keberadaan Desa Penglipuran sebagai Desa Wisata diresmikan mulai tahun 1992. Maka, warga pun memanfaatkan kunjungan wisatawan yang tiap hari memadati desa ini.Â
Saya memasuki beberapa rumah di Desa Penglipuran. Masyarakatnya sangat ramah. Mereka begitu kreatif menambah kepulan asap dapur dengan berbisnis rumahan. Beberapa rumah menyediakan aneka souvenir yang biasanya banyak diburu pelancong. Mulai dari Udeng, Kain Bali, Batik Bali sampai lukisan khas Bali. Rumah yang lain ada yang difungsikan sebagai homestay. Cocok bagi pelancong yang benar-benar ingin menginap dan menikmati suasana hidup di desa Bali kuno.
Tak mau kalah dengan tetangga yang lain, ada yang menyulap sebagian rumahnya untuk tempat nongkrong dan ngopi. Begitulah sedikit geliat ekonomi di Desa Penglipuran yang tenteram.