Selain itu, dengan pembatasan kuota jumlah siswa ini, maka akan terjadi efek domino pemerataan pendidikan. Sekolah-sekolah swasta yang selama ini menjerit kekurangan murid akan bisa bernafas lega. Kelas-kelas kosongnya akan terisi kembali. Jika mereka menerima jumlah siswa lebih, silakan saja, Â asal jumlah siswa per kelas maksimal 20-25. Jika kekurangan ruang kelas, silahkan membangun Ruang Kelas Baru. Syaratnya, dengan biaya sendiri. Pemerintah hanya membantu rehabilitasi ruang belajar. Tidak pilih kasih baik itu negeri atau swasta. Â
Dampak ikutan lainnya, bagi guru-guru (negeri dan swasta sertifikasi) yang kekurangan jam, secara bertahap akan tercukupi kebutuhannya seiring dengan bertambahnya jumlah jam yang disyaratkan sebagai beban kerja minimalnya sebagai seorang guru.Â
Tidak perlu lagi guru-guru lari ke sana kemari sekedar memenuhi kewajiban jumlah jamnya yang kurang sehingga kuatir gagal memperoleh tunjangan sertifikasi. Guru akan tenang dan lebih konsen dalam mendidik dan mengajar siswanya karena kebutuhannya sudah terpenuhi.
Memang, kualitas pendidikan antara sekolah satu dengan yang lain berbeda-beda. Itu jadi tanggung jawab semua stake holder, terutama pemerintah untuk menjadikan semua sekolah di negeri ini memiliki  kualitas output yang sama.Â
Mewujudkannya tentu tidak mudah. Paling tidak, 100 hari sejak dilantik oleh presiden, Mas Menteri Nadiem sudah banyak memperoleh banyak informasi, masukan. kritikan yang tentunya akan beliau ramu jadi resep jitu membenahi sistem pendidikan di tanah air. Selamat bekerja Mas Menteri.......
ECOMSTER, Gagasan Awal Nadiem Makarim dalam Merevolusi Pendidikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H