"Dulu ya rimbun semua. Di atas sumber air itu ada pohon besarnya. Di sekeliling pohon dibangun plengsengan untuk menampung air. Mirip pulau kecil" seraya menunjuk ke tengah embung. Saat ini, bagian tengah embung sudah bersih dari kayu. Tersisa plengsengan yang mengitari embung.
Di tengah dasar embung inilah ditemukan struktur berupa petirtaan. Nampak puluhan pekerja yang sedang sibuk melanjutkan ekskavasi.
Tampak mereka sangat bersemangat dengan aktifitas masing-masing. Ada yang mencangkul. Ada yang mengorek-ngorek tanah. Beberapa orang bertugas mengangkut tanah/lumpur keluar dari dasar embung.
Tampak pula, petugas dari BPCB Trowulan sedang menginventarisasi temuan. Ada yang memotret. Ada yang mengukur memakai mistar.Ada pula yang sedang duduk sambil menggambar sesuatu.
Ekskavasi
Saya berkeling di sepanjang tepian embung yang dibatasi pagar bambu sederhana. Kedalaman dasar embung tak kurang dari 3 meter dari permukaan tanah. Tak dinyana, di sebuah shelter ketemu dengan Mas Deni dan Mas Surya Sindu Patih, pegiat Komunitas Cagar Budaya yang cukup kondang di Jawa Timur.Â
Tiba-tiba, seseorang melambaikan tangan dari tengah embung yang sedang diekskavasi. Wow... suprise! akhirnya ketemu penanggung jawab ekskavasi, Pak Wicaksono pegawai BPCB, yang naik dari dasar embung dan nimbrung di shelter. Beliau adalah narasumber utama dari temuan arkeologi di Sumber Beji, Ngoro Jombang ini.
Awalnya, masyarakat gotong royong membersihkan punden ini karena sumber air yang keluar dari dalam tanah mengecil. Begitu dibersihkan, ditemukan saluran air kuno dari tatanan bata merah.
Struktur bangunan saluran air ini nampak masif dan kuat. Menandakan bahwa itu dibangun bukan oleh rakyat biasa. Oleh masyarakat, temuan ini dilaporkan ke BPCB Trowulan.Â
BPCB Trowulan segera terjun ke lokasi dan melihat bahwa struktur kekunoan di Sumber Beji ini sangat potensial. Maka tak perlu waktu lama, rencana ekskavasi pun disusun. Alat berat didatangkan untuk mengupas bagian atas embung yang merupakan sedimentasi berupa pasir dan tanah dari luapan banjir.
Begitu selesai dikupas bagian permukaan menyingkirkan kayu-kayu besar dengan akar-akarnya yang kuat, secara hati-hati, para arkeolog pun mulai menggali.