5. TULISAN PRASASTI BERBUNYI GAJAH MADA
Akhirnya, pak Djulianto Susantio yang memang lulusan jurusan arkeologi dari Universitas Indonesia meyakinkan pembaca dengan menunjukkan bahwa Prasasti Palungan  yang disimpan di Museum Nasional, memahatkan nama Gajah Mada. Begitu pula halnya dengan Prasasti Prapancasarapura, juga koleksi Museum Nasional, mengguratkan nama Gajah Mada. Ini untuk meyakinkan bahwa di jaman Majapahit tidak ada nama Gaj Ahmada! Yang ada hanya Gajah Mada!
6. BAHKAN SEANDAINYA GAJAH MADA ITU BENAR
Pak Khrisna Pabichara dengan lembut dan santai menyebut; silahkan saja orang mencocok-cocokan, bahwa Gajah Mada itu sebenarnya beragama Islam dan nama aslinya Gaj Ahmada.  Tapi, kompasianer ini mengingatkan, harus dibedakan antara dicocokkan dengan dicocok-cocokkan. Kalau dicocokkan, memang bisa sesuai karena ada unsur yang cocok. Sedangkan dicocok-cocokkan hanya mengada-ada. Lebih dari sekedar othak athik gathukatau othak athik mathuk! Beliau tetap bersikukuh, seandainya semua orang sepakat menyebut pemrakarsa Sumpah Palapa adalah Gaj Ahmada, beliau akan tetap menyebutnya Gajah Mada. Alasan beliau, nama Gajah Mada mudah diingat. Sesederhana itu, kata beliau. Bagaimana olah pikir pak Krisna, simak artikelnya.
Satu lagi artikel yang mengulas singkat tentang jatidiri Gajah Mada. Judulnya: Gajah Mada Orang Batak. Ditulis oleh Kompasianer, Jonny Hutahaean. Di artikel singkatnya, Â lantaran kesulitan tak menemukan biografi Gajah Mada,daripada frustasi, dengan gagah beliau menarik kesimpulan Gajah Mada adalah orang Batak. Â Mau tahu alasannya? Sebaiknya disimak artikel pak Jonni ya...... selamat membaca!