Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Terpesona Keelokan Kerta Gosa (Sisi Lain Bali nan Menawan)

12 Oktober 2015   21:51 Diperbarui: 13 Oktober 2015   08:22 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesaat setelah matahari siang tergelincir, saya dan rombongan meninggalkan Goa Lawah. Rencananya, perjalanan pulang ke Jawa  tidak lewat jalur reguler, Denpasar – Tabanan - Negara.  Tapi  lewat Klungkung  menuju Bangli. Mendaki ke  Kintamani. Turun di Kubutambahan  lalu membelok ke Singaraja.  Jarak tempuhnya tentu saja lebih jauh. Ya namanya juga blusukan.

Keluar dari Goa Lawah, kendaraan melaju,  kembali ke arah Barat menyusuri By Pass Prof. Ida Bagus Mantra. Sampai di sebuah perempatan, belok arah kanan. Tujuan kali ini mampir di Semarapura, Ibukota Kabupaten Klungkung.  Sebuah kabupaten  dengan wilayah kecil, tapi banyak menorehkan sejarah besar di Bali.

Saat masih berbentuk kerajaan, Raja Klungkung pertama, Dewa Agung Jambe  adalah keturunan langsung dari Sri Kresna Kepakisan, penguasa pertama Kerajaan Gelgel. Raja Sri Kresna Kepakisan ini dinobatkan oleh Raja Majapahit sebagai raja Gelgel, setelah Kerajaan Bedahulu (Bedulu), dengan rajanya Sri Astasura Ratna Bumi Banten, penguasa Bali kuno, ditakhlukan patih Gajah Mada dan panglima perang Adityawarman  saat ekspedisi penyerangan Bali tahun 1343 M.

Kerta Gosa

Akhirnya, perjalanan lebih dari satu jam  tiba di pusat kota Semarapura.  Yang kami cari adalah Kerta Gosa. Sebuah situs sejarah peninggalan Raja Klungkung pertama, Dewa Agung Jambe. Seorang warga di sebuah pusat pertokoan sambil tangannya menunjukan arah, memberitahukan kalau lokasi Kerta Gosa  belok kiri  di ujung pertokoan. Kami pun melaju pelan, belok kiri dan menemukan tulisan Kertha Gosa di sisi kanan.

Kendaran melambat, akhirnya dapat tempat parkir di depan Pasar Klungkung. Di seberang sana, kompleks Kerta Gosa berdiri megah. Ada Gapura Bentar berukir khas Bali. Tersambung dengan dinding bata penuh ornamen di kanan kirinya. Beberapa nyiur nampak menjulang di halamannya. Nampak beberapa bangunan bale beratap ijuk berdiri di dalam kompleks bangunan.

Tanpa membuang waktu, kami berenam menyeberang ke loket Kerta Gosa. Setelah membayar tiket,  kami dipersilahkan masuk. Tapi, jangan lupa meminta tiketnya, karena penjaga loket  tidak otomatis memberikannya. Modus…. ha ha ha  ha.

Kesan asri, indah, klasik penuh kisah sejarah begitu terasa saat kaki melangkah memasuki kompleks Kerta Gosa.  Situs yang dibangun tahun 1686 ini memiliki citarasa seni yang tinggi. Dibangun oleh arsitek yang luar biasa.  Ada kolam  berair hijau lumut mengitari sebuah bangunan di tengahnya.  Teratai yang belum mekar menempati beberapa sudut kolam. Kolam ini disebut Taman Gili. Sedang bangunan di tengah kolam  disebut Bale Kambang.  Karena seakan “mengambang” di tengah kolam.

Kerta Gosa sendiri adalah nama untuk bangunan terbuka (bale) yang terletak di pojok kanan kompleks. Posisinya dekat pagar. Cukup naik beberapa tangga untuk memasuki bale.  Uniknya, di langit-langit Bale Kerta Gosa terdapat lukisan klasik. Lukisannya indah, bergaya khas wayang kuno dari Desa Kemasan. Lukisan seperti ini pernah saya jumpai di Museum Bali. Selain lukisan ada arca-arca antik yang menghiasi sisi luar bale. Di tengah bale diletakkan enam kursi dengan satu meja antik  berukir.

Di Bale Kerta Gosa, saya ketemu pasutri  dari Swedia yang nampaknya juga terkagum-kagum  karya arsitek dan karya seni di Kerta Gosa. Mereka berkeliling ke setiap sudut bale. Johanna, gadis kecil yang cantik,  terkantuk-kantuk di gendongan mamanya. Sang kakak, Alex, berambut blonde,  walau sedikit cuek tapi berkenan bertutur saat disapa. Dia mengikuti kemana saja langkah kaki papa dan mamanya.

 

Cinta dan Keindahan

Dari Bale Kerta Gosa ini, view ke beberapa sudut kompleks begitu menawan. Terutama pemandangan Bale Bambang di tengah kolam , bagi saya begitu mempesona. Cocok dengan arti Semarapura yakni “penuh cinta dan keindahan”.

Di masa lalu, Kerta Gosa adalah bagian dari Puri Semarapura.  Saat Puputan Klungkung tahun 1908, Belanda yang menyerbu Kerajaan Klungkung sudah menghancurkan Puri Semarapura. Tapi keindahan Kerta Gosa dan Bale Kambang nampaknya menahan  nafsu merusak dan bahkan menumbuhkan rasa sayang untuk tidak meluluhlantakkan situs ini. Dari jejak dan kisahnya,  Taman Gili Kerta Gosa seakan  tak pernah tersentuh dentuman dan desingan peluru senapan serta meriam.

Dari Bale Kertagosa saya berjalan menuju Bale Kambang. Ada jembatan kecil yang melintang di atas kolam. Menghubungkan Bale Kambang dan pelataran. Jembatan berpagar rendah ini dibangun dari bata merah  penuh ornamen indah. Beberapa arca  antik  yang diletakkan di atas pagar  jembatan makin membuatnya  sangat artistic.

Saya membuntuti Alex yang terseok ditinggal papa mamanya menaiki tangga Bale Kambang yang memang dibangun lebih tinggi dari pelataran. Tiang bale dibuat dari kayu berukir.  Dilihat dari fisiknya, usianya sudah renta. Hampir sama dengan Bale Kerta Gosa, di Bale Kambang, langit-langitnya penuh lukisan indah. Menurut guide di  Bale Kambang, lukisan di langit-langit itu diambilkan dari Kakawin Ramayana dan Sutasoma. 

Dari Bale Kambang ini kita bisa melihat seluruh keindahan sudut di Taman Gili Kerta Gosa. Mulai dari penataan arsitektur yang  cermat. Suguhan lukisan dan arca klasik yang indah. Cerita sejarahnya yang luar biasa karena di luar sana,  di arah timur,  ada Monuman Puputan Klungkung berupa Yoni dengan Lingga yang menjulang tinggi. Sungguh pengalaman luar biasa di hari menjelang sore berlama-lama menghabiskan waktu di sana.
1.  Taman Ayun

2. Goa Lawah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun