Namun ada yang patut dicermati. Jalan ke puncak sangat berdebu. Tentu berbahaya bagi pernafasan. Untungnya mobil tidak diperbolehkan lewat. Kecuali Mobil Pengunjung VIP Gunung Kelud yang boleh lewat. Sehingga tak banyak debu yang beterbangan sepanjang jalan. Pasir kering sepanjang jalur juga harus diwaspadai pengendara motor karena licin. Dilihat dari Plat Nomernya, ternyata banyak pengunjung dari luar kota. Termasuk luar provinsi Jatim.
Merah Putih
Pada titik 3 kilometer dari puncak, semua pengunjung tumplek blek. Menyaksikan dampak letusan dahsyat Gunung Kelud secara langsung. Mengobati rasa penasaran pada dampak dentuman besar dan semburan vulkanik. Tak ada tanda-tanda kehidupan fauna di sekitar lokasi. Begitupula flora-nya. Semuanya kering. Kayu-kayu meranggas. Sisa-sisa material padat berupa batu, kerikil, pasir, debu, abu vulkanik menutup seluruh permukaan.
Menariknya, begitu Lensa Tele saya arahkan ke puncak Kelud. Ada yang berkibar-kibar di sana. Ternyata Sang Merah Putih! Nampak pula gerakan-gerakan beberapa orang berseragam sepertinya sedang memasang tenda. Ternyata mereka para tentara. Di saat normal saja, mencapai puncak Kelud yang tingginya "hanya" 1700-an mdpl perlu perjuangan. Apalagi saat ini. Jalan ke puncak sudah tidak jelas harus lewat mana. Bahaya longsor bisa terjadi kapan saja.
Setelah mencari tahu, pengibar Merah Putih di puncak Kelud adalah sepasukan Marinir. Konon, sejak akhir Pebruari lalu mereka diberi ijin dan tugas naik mendekati kawah dan mungkin juga naik ke puncak. Untuk memastikan secara visual dan menepis isu-isu (berita Hoax) bahwa Gunung Kelud mengeluarkan Gas Beracun.
Artikel Terkait
1. Foto Eksklusif : Kelud Pasca Erupsi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H