Pergi haji ke tanah suci merupakan keinginan setiap insan beriman. Namun, tidak semua keinginan itu bisa diwujudkan, karena Allah SWT yang maha mengatur keinginan hambaNya. Buktinya, ada orang yang kaya raya meninggal dunia sebelum menunaikan ibadah haji. Ada juga yang dalam perjalanan menuju Makkah, wafat. Â Bahkan ada yang wafat di Arafah, Mina, Muzdalifah. Ada juga yang wafat saat berada di Madinah.
Allah SWT berkuasa atas segalanya. Tidak satu-pun kejadian di alam semesta ini, kecuali atas se-pengetahuan Allah SWT dan taqdirNya.  Manusia bisa merencanakan berangkat haji, namun Tuhan yang menentukan berangkat dan tidaknya. Manusia bisa merancangkan waktu berangkat haji, namun Tuhan  juga yang merancangkan kegagalan hambaNya.
Bagi orang yang ber-iman terhadap Qodho dan Qodar, gagal berangkat haji tahun ini (2020) bukan menjadi persoalan yang serius. Apalagi hingga putus asa. Juga tidak akan mempermasalahkan pemerintah Indonesia atau Arab Saudi. Juga tidak menyalahkan Covid 19 sebagai penyebabnya. Semua itu hanyalah rencana Allah yang terbaik bagi hamba-hamba yang ber-iman kepadaNya.
Rasulullah SAW memuji sifat terpuji nan mulia orang-orang mukmin, beliau SAW berkata "Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya." (HR. Muslim).
Ketika tidak bisa menunaikan ibadah haji karena virus corona, mereka tidak pernah berkata "gara-gara Corona, saya tidak bisa menunaikan ibadah haji tahun ini". Ketika awal-awal Covid 19, cukup banyak agamawan yang berkata kurang pas menyikapi sikap Pemerintahan Jokowi yang memutuskan tidak memberangkatkan haji tahun ini (2020).
Ada sebagian dari agamawan, mulai dari pimpinan partai islam, hingga pondok pesantren yang mengecam. Sebagian kecil dari dari mereka berkata ada yang mengecam habis-habisan kebijakan pemerintah, mereka berkata "pemerintah Indonesia telah memutuskan sefihak, sehingga umat islam Indonesia tidak bisa menunaikan ibadah haji".
Bagi masyarakat awam, dan juga para Kyai, berkata "haji dalam kondisi seperti ini tidak wajib. Masih banyak ibadah lain yang nilainya seperti haji dan umrah". Kyai-kyai itu memberikan solusi terbaik kepada masyarakat Indonesia, betapa luasnya pengetahuan mereka tentang sunnah Rasulullah SAW. Juga, mengajarkan menerima Qodho dan Qodar Allah SWT, bahwasanya Allah SWT maha kuasa atas segalanya " Allah itu Al-Qoirun dan Al-Muqtadir".
Mereka mengajarkan sunnah Rasulullah SAW kepada umat, sehingga masyarakat yang tidak bisa menunaikan ibadah haji karena kondisi Virus Covid 19, tidak pernah terbesit dalam hatinya menyalahkan pemerintah Arab Saudi dan Indonesia, Covid 19, juga tidak berburuk sangka kepada sesama. Manusia yang baik itu tidak pernah berburuk sangka kepada sesama umat Rasulullah SAW.
Amalan Setara dengan Haji dan Umrah
Bagi masyarakat santri awam Nusantara, haji merupakan ibadah paling sakral, namun mereka juga menyadari banyak ibadah yang nilainya setara dengan ibadah haji dan umrah. Ketika masyarakat miskin tidak bisa haji, mereka semangat dengan ibadah lainnya. Di bawah ini, amal ibadah yang setara dengan haji dan umrah.
(( ( )
Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara orang yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat dhuha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah," (HR Abu Daud).
(
Artinya, "Siapa yang mengerjakan shalat subuh berjemaah, kemudian dia tetap duduk sambil dzikir sampai terbit matahari dan setelah itu mengerjakan shalat dua rakaat, maka akan diberikan pahala haji dan umrah," (HR At-Tirmidzi).
( )
"Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala seperti pahala ibadah haji yang sempurna hajinya," (HR At-Thabarani).
Para Kyai Nusantara menjelaskan dengan tuntas dan gamblang kepada santri-santri seputar hadis-hadis di atas, sehingga saat menghadapi kondisi Covid 19. Masyarakat awam benar-benar merasa tenteram hati dan pikirannya, mereka semakin rajin beribadah kepada Allah SWT, juga menjaga tangan dan lisannya dari prasangka buruk kepada pemerintah Arab Saudi dan Indonesia. Dalam kajian fikih-pun, keselamatan manusia jauh lebih penting dari pada melaksanakan haji, namun menjadi penyebab sakit hingga menyebabkan kematian.
Mabrur Sebelum Haji
 Tahun 2020, umat islam tidak bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci, kecuali hanya ribuan orang. Itupun mereka yang bermukim di Arab Saudi. Dengan protokol kesehatan super ketat, akhirnya ribuan muslim yang bermukim di Arab Saudi, bisa menunaikan ibadah haji.  Thowaf, sai, wukuf, lontar jumrah, hingga pelaksanaan ibadah lainnya super ketat. Dalam hal ini, pemerintah Arab Saudi telah memberikan pelayanan super baik kepada jamaah haji khusus tahun 2020.
Nah, bagi muslim Indonesia dan dunia pada umumnya. Jamaah yang mestinya berangkat tahun ini (2020) harus menunda tahun berikutnya 2021. Itupun dengan catatan jika Covid 19 sudah berlalu, atau sudah ditemukan vaksin nya. Juga, jika jamaah tersebut masih diberi panjang umur, atau sehat wal afiyat, baik fisik maupun rohaninya.
Jika calon jamaah haji tidak bisa berangkat berangkat ke tanah suci pada tahun 2021, karena sakit atau wafat, maka jangan khawatir karena Allah SWT telah mencatat setiap niatnya sebagai haji mabrur. Kelak, mereka akan dibangkitkan dari kuburnya dalam kondisi berbusana ihram sambal bertalbiah (Labbaik Allahumma Labbaik).
Allah SWT berfirman yang artinya "barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS.Al-Nisa (3:100).
Rasulullah SAW berkata "barang siapa keluar untuk menunaikan ibadah haji, kemudian wafat, maka Allah SWT mencatat baginya pahala haji sampai hari kiamat, dan barang siapa keluar dengan tujuan menunaikan umrah, maka Allah mencatat pahala umrah hingga hari kiamat, dan barang siapa keluar untuk berperang dijalan Allah kemudian wafat, maka pahalanya seperti perang dijalan Allah sampai hari kiamat (HR. Al-Thabrani).
Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki menerangkan dalam kitab "Khasois Al-Ummah Al-Muhammadiyah" bahwasanya orang yang berniat berbuat baik, namun tidak melaksanakannya karena kondisi darurat, maka niatnya sudat tercatat menjadi amal baik secara sempurna. Maka saya-pun berpendapat, orang yang sudah niat haji tahun 2020, namun tidak bisa berangkat karena darurat bahwa pahalanya sempurna disisi Allah SWT, sebagaimana keterangan QS.Al-Nisa (3:100) yang turun dan menegaskan kepada sahabat Dhamrah ra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H