Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gus Dur dan Mbah Maemun Wali Abad 21

23 Desember 2019   15:25 Diperbarui: 23 Desember 2019   15:45 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu Gus Dur berkata "Tahun 1986, saya pernah mengatakan jika saya menjadi Presiden, Engkau harus menjadi meneterinya". Saat itu Sarwono baru sadar, ternyata percakapan dan diskusi tahun 1986 Gus Dur masih ingat. Sejak saat itu Sarwono tidak bisa menolak menjadi menterinya.

Kemudian Sarwono berkata "lantas apa yang harus saya kerjakan? Gus Dur-pun menjawab " lho kok tanya kepada saya? Engkau kan lebih ngerti urusan maritim dan kalauatan. Ini sama persis dengan Mahfudz MD saat diminta menjadi menteri oleh Gus Dur "Engkau kan professor, pasti lebih mengerti dengan tugasmu".

Instagram/tajyasinmz
Instagram/tajyasinmz
Sebuah kisah asyik, menarik, dan sedikit masuk dunia sufistik. Setelah 5 bulan  dari wafatnya Gus Dur wafat, KH. Maimoen Zubair mendatangi kediaman KH Nasihin, teman akrab Gus Dur. KH Nasikhin sangat heran, dan gembira dengan kehadiran Mbah Maemun Zubair. Sosok waliyullah yang mampu membumi di abad ini.

Mba Maemun dipesilahkan makan siang. Tiba-tiba, Mbah Maemun Zubair memegang tangan KH Nasikhin, lalu  bertanya kepada KH Nasikin "coba terangkan, mengapa makam Gus Dur diziarahi orang-orang tanpa henti. Barangkali Gus Dur pernah punya ajian (amalan tertentu) semasa hidupnya. 

Kemudian KH Nasikhin menjawan pertanyyan Mbah Moen yang selama ini belum pernah terpecahkan. Menurut hemat KH Nasikhin Gus Dur memiliki 4 ajian semasa hidupnya. 

 Kederhanaan hidup (nrimo ing pandum dalam bahasa sufi di dinamakan qonaah atau ridho dengan pemberian Allah SWT.

Gus Dur pernah menjadi penasehat informal LP3ES. Kesana kemari naik bis gandul. Gus Dur tidak pernah punya dompet. Uangnya selalu di saku. Saat mengetik artikel/buku, Gus Dur menggunakan kertas bekas karena tidak mau menjadi bagian dari para pelaku penggundulan hutan.

Suatu saat Gus Dur berkata "Ho, wes makan? KH Nasikhin menjawab "belum". Sayo makan di depan. Tapi, kamu yang bayari. Soalnya, dompetku kecopet di Bus. Sederhana tingkat dewa, yang tidak pernah merasa khawatir dengan hidupnya. Ini salah satu ciri khas kekasih Allah SWT.

Paling demen silaturrahim sampai ke pelosok-pelosok Jawa, hingga ke Madura mengenalkan pesantren. Bahkan, silaturhami kepada orang-orang yang sudah tiada (wafat). Ada salah satu makam di Tuban yang pernah dikunjungi Gus Dur, sampai sekarang menjadi makam keramat.

 Sangat dermawan. Salah satu ciri khas seorang wali itu adalah "dermawan". KH Muhammad Tholhah Hasan pernah mengatakan "ngak ada ceritanya seorang ahli wirid itu menjadi wali, yang banyak adalah kedermawanan mengantarkan seseorang menjadi seorang waliyullah.  Pernah suatu kali, Gus Dur meminta kepada KH Nasikhin menjualkan mobilnya. Setelah terjual dengan harga 3.5 juta. Maka, uangnya di antarkan ke kediaman Gus Dur. 

Sesampai di kediaman Gus Dur, ternyata uang dalam ampop diberikan kepada tamunya. Gus Dur belum sempat melihat duitnya berapa. Padahal, sebelum menjual mobil Gus Dur berkata "Ho, tolong jualkan mobilku, berapa-pun harganya. Soalnya, uangnya akan digunakan menjadi modal usaha Mbak Yumu (Nyai Shinta Nuriyah). Ternyata, diberikan kepada orang yang membutuhkan. Itulah ciri khas kekasih Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun