Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gus Dur dan Mbah Maemun Wali Abad 21

23 Desember 2019   15:25 Diperbarui: 23 Desember 2019   15:45 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gus Dur itu sosok yang Out of the box (khariqul 'adah). Intuisinya sangat tajam, menyelesaikan masalah kadang dengan mengunakan pengalaman, atau mencari akar masalah, dan yang terahir menyelesaikan masalah berdasarkan intuisi. 

 Setelah mendengarkan penjelasan KH Nasikhin, Mbah Moen menjawab dalam bahasa Jawa  "Ora kuat aku niru Gus Dur. Iku lakune sufi!" Kata Mbah Moen, Gus Dur berhasil membantinkan nilai menjadi laku, intelektualitas mewujud spiritualitas, jamali sekaligus tajalli, roso jd rosa (perasaan menjadi kekuatan).

 Ketika Gus Baha Kagum Kedalaman Fikih Gus Dur
Nasab ilmu Gus Baha itu nyambung dengan Mbah Hasyim Asaary. Gus Baha santri Mbah Maemun yang sanadnya ketemu pada Syekh Muhammad Mahfudz Al-Tumusi, Syekh Abu Bakar Shata, Sayyid Zaini Dahlan, Sayyid Alawi Ibn Abbas kakek dari Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki

Di antara guru-guru Mbah Hasyim  Asaary adalah Syekh Rahmatullah pendiri Madrasah Soulatiyah, Syekh Mahfuz Turmusi, Syekh Zaini Dahlan, Sayyid Abbas, Sayyid Bakar Shata. Sanad Mbah Hasyim, Gus Baha dan Gus Dur, bertemu dengan Syekh Mahfuz Al-Turmusi dan Sayyid Zaini Dahlan di Makkah. Gus Dur juga pernah meminta kepada Mbah Maemun Zubair dibacakan kitab Al-Adzar karya Imam nawawi sebelum berangkat ke Al-Azhar Mesir.

Gus Baha mengakumi kehebatan Gus Dur di daklam mengelola konflik tanpa pertumpahan darah.  Padahal, Gus Dur saat itu bisa saja mempertahankan kekuasaan. Apalagi pasukan Banser dan Ansor sudah siap siaga mempertahan Gus Dur. Semua tinggal mendapatkan perintah, tetapi Gus Dur tidak melakukan itu. Karena Gus Dur melihat kemaslahatan umat, keutuhan NKRI jauh lebih penting dari pada kekuasaan yang bersifat sementara.

Gus Dur memandangkan Gus Dur sangat visioner di dalam mengelola sebuah konfik. Gus Baha menganalogikan seperti Rasulullah SAW menempuh jalan damai meskipun dirugikan dalam Perjanjian Hudaibiyah.

Dengan kata lain, Rasulullah SAW mampu menaklukkan nafsunya, sampai persis dengan keterangan ayat Alquran yang menerangkan "wal Khadimina Al-Ghoida' yang artinya menahan amarah. Juga, orang-orang yang pernah terlibat melengserkan dirinya dari kursi Presiden di maafkan, sesuai dengan ayat  "wal Afina Aninnas" yang artinya memiiki sifat pemaaf kepada sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun