Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bacaan Alquran Prabowo Menentukan Langkah Politik Agama

2 Januari 2019   12:04 Diperbarui: 2 Januari 2019   12:08 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi yang mendukung Prabowo itu  Imam Besar HRS. Kalau imam masjid biasa ngak masalah. Ini Capres yang didukung ulama-ulama besar, seperti Abu Jibril, Bachtiar Nasir, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Tengku Zulkarnain (pendakwah), Habib Ahmad. Masih banyak lagi, bahkan ada ribuan ulama.

Tidak lupa cukup banyak lulusan Timur Tengah, Makah, Islamic University Madinah, Al-Azhar Mesir, King Saud University  Riyad yang mendukung Prabowo. Bukan mustahil, para pendukungnya itu orang-orang yang mengerti Alquran, bisa juga mereka hafiz Alquran. Inilah realitas politik.

Bahkan, beberapa santri-santri Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki secara terang-terangan juga ikut mendukungnya, seperti KH Ali Karar dan rekan-rekannya di Madura . Geli kan, jika benar-benar ngak bisa membaca Alquran. Masyarakat-pun akan berkata "Hah....lho, ternyata ngak bisa membaca Alquran"

Ada salah satu santri Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki yang masih suci pikiran dan gagasannya, beliau adalah KH Ihya' Ulumudin pimpinan Pon pes Nurul Haramain Pujon yang masih lurus dalam jalur dakwah dan pendidikan umat. Kayaknya, KH Ihya Ulumudin masih menjaga marwah gagasan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki di Nusantara.

Menurut salah satu santri nya, KH Ihya' Ulumuddin  pernah menyampaikan seputar pilihannya terhadap Pilpres, KH Ihya' menjawab "kalau kalian mau ikut pilihan ku, tidak sekarang, tetapi sehari sebelum pencoblosan saya akan istiharah terlebih dahulu, siapa yang akan saya coblos". Inilah santri sejati yang menjaga nilai-nilai sufi, yang bersumber dari Kanjeng Nabi Muhammad dan sahabat .Tidak silau dengan politik yang bersifat sesaat.

Menang atau Kalah itu Biasa

Para pendukung Prabowo sangat optimis bahwa Tahun 2019 akan menjadi Presiden, sampai-sampai membuat tagar ganti presiden, sebagaimana keyakinan pendukung Jokowi. Dalam politik itu sudah biasa. Apalagi era demokrasi, menyuarakan keyakinan ke public tidak dilarang, juga tidak boleh dihalang-halangi. Melarang orang berpendapat berarti melanggar hak asasi manusia.

Yang tidak boleh itu ialah meyakini dengan Haqqul Yakin bahwa Prabowo adalah presiden RI 2019". Karena itu akan menyalahi taqdir Allah SWT. Allah SWT maha tahu, siapa yang pantas menjadi pemimpin Indonesia 2019.

Tidak satu-pun manusia yang tahu persis kejadian yang akan datang, kecuali Allah SWT sendiri. Sangat tepat pernyataan Mahfudz MD terhadap pernyataan Prabowo yang mengutip dari sebuah Ghost Fleet: Novel of the Next World War bahwa Indonesia tahun 20130 bubar. Kemudian Mahfuz MD menyindir nya dengan " jangan menyebut tahun 2030, itu salahnya, dan itu fiktif".

Ketika melihat para pendukung yang  ngotot, yakin bahwa Capres nya akan menjadi Presiden 2019. Mereka telah merusak nalar kewarasan berfikir nya. Segalanya akan dilakukan, yang penting Capres nya menang.

Padahal, yang menentukan jadi dan tidaknya seorang Presiden itu adalah Allah SWT.  Manusia hanya berusaha sekuat tenaga melalui proses politik yang demokratis, sementara Tuhan yang menentukannya. Kalau tidak jadi, bisa bertarung lagi lima tahun mendatang. Gitu saja kok repot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun