Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibumu Surgamu

21 Oktober 2018   12:43 Diperbarui: 21 Oktober 2018   13:14 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada sesuatu yang bisa membahagiakan seorang ibu kecuali dia melihat putra putrinya sukses dan bahagia, dan lebih baik darinya. Seorang ibu itu sangat bahagia dirinya sengsara dan kekurangan. 

Seringkali seorang ibu merasa lapar dan sakit, tetapi tetap saja tegar dan memperlihatkan dirinya tetap sehat nan bugar. Sang Ibu tidak ingin menganggu kebahagiaan putra putrinya. 

Seorang ibu ketika sedang menikmati makan yang nikmat dan lezat, terbayang dalam benaknya wajah dan senyuman buah hatinya. Seketika itu, sang Ibu menyimpan makanan itu untuk dibawa pulang.

Selanjutnya sang ibu menyimpan di dalam tas, tidak tega rasanya menikmatinya, dalam hati pun dia berkata "tidak pantas seorang ibu menikmati kelezatan makanan itu, sementara anakku, belum tahu sudah pernah makan apa belum". Dengan terpaksa membawa makanan itu pulang demi rasa cinta dan sayang pada buah hatinya. Berbeda dengan seorang anak yang kadang tidak pernah memikirkan, apakah ibunya bahagia atau tidak.

Seorang ibu akan sangat bahagia ketika bisa menyuguhkan makanan kesukaan kepada putra dan putrinya. Tidak ada yang lebih besar melebihi pengorbanan seorang ibu terhadap putra putrinya. Pantaslah jika Rosulullah SAW kemudian berkata "surga itu terletak pada kaki seorang ibu". Hadis ini memiliki pengertian yang amat mendalam bahwa kebahagiaan seseorang itu tergantung bagaimana seorang anak membahagiakan ibu kandungnya.

Seorang yang sholihah, sering melakukan ritual berpuasa dengan harapan, Allah SWT memudahkan setiap kesulitan yang dihadapi putranya. Ketika tengah malam-pun, seorang ibu harus bangun malam ketika manusia dalam kondisi terlelap, sang Ibu mengelar sajadah untuk tahajudan. Dalam sujudnya, sang Ibu bermunajat kepada Allah SWT agar putra putrinya selalu dalam dekapan Tuhan yang maha rahman dan Rahim.

Sebelum subuh pun seorang ibu harus bangun lebih pagi untuk mempersiapkan sarapan pagi untuk putra putrinya. Begitulah laku seorang ibu setiap harinya hingga bertahun tahun lamanya. Tidak pernah terbesit dalam benaknya kelak akan mendapatkan imbalan dari putra dan putrinya. Apa yang dilakukan merupakan bentuk kasih sayang yang tak terbatas waktu. Kebahagiaan seorang ibu itu sangat sederhana, yaitu melihat putra-putrinya rukun dengan saudara-saudaranya.

Namun, seorang anak kadang sangat sibuk dengan pekerjaan. Siang dan malam kerja mencari uang. Dia lupa bahwa ibunya yang selama ini melahirkan, menyusui, membesarkan memberikan pendidikan yang layak dan cukup kadang sedikit terlantar. Bagaimana-pun, seorang ibu juga memperlakukan perhatian dari seorang anak.

Kadangkala, sang ibu minta bertemu dengan anaknya. Dia hanya ingin melihat wajah anaknya. Namun, sang anak kadang sangat sulit sekali mencari waktu untuk sang Ibu. Kadang, sang anak-pun, harus membebani ibunya dengan menitipkan cucunya. Sang Ibu-pun bahagia karena ada cucu mendampinginya. Tetapi rasa letih dan lelah selalu menggelayuti hidupnya, karena tubuh dan tenaganya tidak seperkasa seperti dulu. Itulah duka seorang ibu yang tersembunyi di balik raut muka yang teduh dan senyuman yang menyejukkan.

Ibumu itu surga, senyuman nya itu bisa menjadikan para malaikat mendoakan kalian. Tatapan kedua matanya yang menyejukkan bisa menjadikan semua alam semesta mendoakan. Jangan singkirkan surga dari dalam rumahmu. Jika tidak bisa memuliakan ibu, minimal tidak menyusahkan dengan menambah beban. Tuhan akan memberikan rahmat dan berkah bagi seseorang yang memuliakan ibunya.

Biarkan Ibu Bahagia

Nah, ketika sang ibu sudah tua nan renta, masih saja memikirkan putra-putrinya. Ketika sang anak datang ke rumahnya, sang  Ibu selalu sibuk mempersiapkan makan kesukaan putra-putrinnya, agar sang anak merasa nyaman dan bahagia. Walaupun kadang Ibu kelelahan, tetapi semangatnya jauh lebih besar sehingga tetap bisa menyenangkan buah hatinya. Melihat anak dan cucu bahagia, membuat sang Ibu panjang usia, selalu sehat dalam hidupnya.

Memang, jari jemarinya sudah tidak sekuat saat masih muda. Tetapi sentuhan cintanya benar-benar terasa ketika memasak. Ketika disajikan, masakan itu jauh lebih lezat melebihi lezatnya masakan paling lezat di dunia. Mengalahkan restoran paling top. Karena masakan itu dibumbui sentuhan cinta dari sang Ibu.

Itulah kenapa orang sering bertanya "kenapa masakan ibu enak banget dan ngangeni? jawaban dari pertanyaan itu adalah "Karena ibu memasak dengan resep cinta dan kasih sayang, bumbunya adakah "ke ihlasan" dari lubuk hati yang amat dalam. Sang ibu akan tetap tegar dan perkasa, dia berusaha memasak makanan paling nikmat untuk dinikmati bersama putra putrinya.

Namanya saja anak, usai sarjana dan menikah-pun, kadang masih saja tak henti henti ngrepoti ibunya. Bagi seorang ibu, tidak pernah terbesit dalam hati dan benaknya merasa direpoti. Padahal sang anak nyata-nyata ngrepoti beneran. Bagi ibu semua akan menjadi indah dan bahagia, jika melakukan sesuatu untuk anaknya.

Nah, ketika sang anak sudah terlihat cukup dan mapan, baik ekonomi maupun posisi dalam pekerjaan. Sang ibu tetap saja melihat sang anak dengan penuh kasih sayang dan cinta. Di mata ibu, siapa-pun itu, tetap anaknya, sehebat apapun posisinya, tetap saja anak. Walaupun menjadi presiden, tetap saja anak.

Sebagai anak yang baik dan sholih, wajar sekali jika ingin sekali membalas kebaikan orangtuanya, seperti ingin menghajikan atau umrah. Namun tidak semua ibu mau menerimanya. Ada banyak hal yang dipikirkan, seperti; merasa kasihan terhadap putra-putrinya yang lain karena belum haji dan umrah. Luar biasa hati seorang ibu. Yang seperti ini ternyata masih memikirkan putranya yang lain.

Seorang anak harus pandai nan cerdas ketika menyikapi setiap psikologis yang ditampakkan ibu kepada dirinya. Jangan pernah memaksa, sehingga membuat seorang ibu merasa tersiksa dan tidak nyaman hidupnya. Karena menyakiti seorang ibu sama dengan menghalangi kebahagiaan dirinya sendiri.

Sebuah kisah menarik, dimana seorang ibu berkeluh kesah kepada tiga putranya yang sudah mapan ekonomi dan jabatannya. Masing-masing memiliki pekerjaan yang beragam. Ada yang menjadi dokter, ada juga yang menjadi insinyur, ada ada juga yang menjadi pengajar.

Karena sudah lansia, sang Ibu berkeluh kesah seputar kakinya yang sakit ketika berjalan. Keluh kesah itu disampaikan kepada putranya yang menjadi dokter. Sang dokter-pun menjawab "kalau memang benar-benar sakit, harus segera di obati. Kalau memerlukan operasi segera operasi agar tidak terus menerus sakit seperti ini". Obat dan operasi menjadi solusi, karena memang anaknya setiap hari bergelut dengan obat-obatan dan operasi.

Kemudian sang Ibu sambatan kepada putranya yang menjadi insinyur seputar sakitnya. Sang anak-pun menjawab "segera diobati, berapa-pun biayanya akan kami tanggung, karena ini kewajiban seorang anak kepada Ibunda nya". Pengobatan tidak harus ke dokter, bisa menggunakan alternatif lain, yang penting ibu segera sehat.

Terakhir, sang Ibu sambatan kepada putranya sang pengajar. Rupanya, putranya yang satu ini lebih cerdas saat mendengarkan keluhan sang Ibu. Saat ibunya mengatakan "nak, kaki ibu kok sakit sekali ya saat berjalan". Mendengar ibu sambatan sang anak tiba-tiba memegang kali sang ibu sambil memijit pelan-pelan, sambil bercerita. Sesekali kalinya diolesi dengan minyak. Pada waktu yang sama, sang anak mengajak Ngobrol dan cerita-cerita yang menyenangkan dirinya seputar masa kecilnya, sehingga sang Ibu kadang lupa dengan sakitnya karena terhibur dengan cerita itu. Rupanya, rasa bahagia itu kadang bisa mengusir rasa sakit.

Pada saat yang bersamaan, anak juga mencairkan solusi kesehatan yang bisa membuat ibu kembali sehat kembali. Tidak harus dokter, juga tidak harus operasi dan obat melulu. Menciptakan kondisi yang menyenangkan hati seorang termasuk separuh dari kesembuhan.  Begitulah sikap tiga orang putra ketika menyikapi sambatan seorang ibu yang sedang sakit kakinya karena sudah lansia.

Kewajiban seorang anak ialah, bagaimana bisa membahagiakan ibunya. Ketika orangtua meminta sesuatu sementara sang anak mampu, jangan pernah menolaknya. Karena itu bisa menjadikan hati seorang ibu terganggu kenyamanan hidupnya.

Seringkali seorang Ibu walaupun usia sepuh, tetap saja bekerja di pasar. Ada juga yang jualan. Ketika sang anak menyaksikan ibunya berangkat ke pasar setiap hari rasanya tidak enak nan gerah. Ada juga yang merasa malu. Sang anak tidak tahu, jika sang Ibu sedang bahagia dengan pekerjaannya.

Biarkanlah ibu kalian bahagia, yang terpenting jangan mengganggu kebahagian dirinya. Jangan pernah memaksa ibu kita mengikuti ke inginan kita, biarkan mereka bahagia dengan dunianya sendiri. Jika seorang mampu membuat ibunya bahagia, niscaya Allah SWT akan mencurahkan rahmat dan kebahagian dalam hidup anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun