Masih seperti sebelumnya, ia yakin tidak menerima uang dari siapa pun. Tak salah kukatakan "untung", karena guru ini juga menjadi saksi ketika bendahara yayasan mengeluh padanya, kenapa kepsek SD menerima uang, bukannya kasir yayasan?
Ternyata waktu itu setelah menerima uang dari wali murid, kepsek langsung bergegas pergi karena ada urusan, dan ia membutuhkan dana untuk urusan tersebut. Sambil lalu, ia berkata pada bendahara yang ia lewati saat keluar dari sekolah.
"Saya nerima duit dari si A, mau langsung dipakai belanja. Tolong dicatat, ya!" begitu lebih kurang pesannya menurut bendahara kemudian. Yang itu jelas mengacaukan alur laporan kami.
Baca juga: Amnesia Saat Ramadan
Itu pun kepsek masih minta bukti tanda tangannya dari bendahara, yang kemudian ikut jengkel. Sudah tidak berhak, main pakai tanpa lapor, sekarang tanya-tanya bukti.
"Waktu itu Ibu jalan menuju parkiran, terus mengibaskan duit berapa juta gitu di depan saya. Ibu bilang mau beli keperluan SD, saya disuruh catat. Saya lupa nyatat, tapi kejadiannya saya ingat," ujar bendahara yayasan dengan tetap bersuara lunak walaupun kesal.
Akhirnya kami bertiga memilih opsi mempertemukan kepsek dengan wali murid, karena ia terus menimbang-nimbang kesaksian dari tiga orang. Tapi besoknya, entah kena angin apa, kepsek mengiyakan bahwa ia memang menerima uang pembayaran. Entah baru ingat atau malu mengaku.
Jadi, siapakah yang seharusnya mencatat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H