Masih di hari yang sama, si tersangka penunggak datang belanja ke warung Mamak. Dengan sedikit basa-basi, Mamak pun menagih haknya.
"Aku sudah bayar Mbah, dari kemarin-kemarin. Tanyo si Anu, serempak dio aku bayar!" langsung naik pitamlah tetangga itu. Entah apa kelanjutannya, yang jelas itu terakhir Mamak tergabung dalam kelompok arisan mereka.
Di lingkungan baru, arisannya lebih rapi. Undian dilakukan dari rumah ke rumah, diawali dengan kajian, ditutup dengan ramah tamah. Tentu saja aku ditawari bergabung, untuk merekatkan silaturahmi, begitu katanya.
Tapi sudah telanjur melekat di kepalaku. Arisan bukan nabung, arisan bukan pengikat silaturahmi. Aku benci ditagih-tagih, aku benci berutang, aku malas menunggu-nunggu. Jadi sudahlah, anggap saja aku memang malas bergaul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H