Daripada disebut norak, biarlah aku tergila-gila Papa Roach yang sebenarnya gak bagus-bagus amat. Limp Bizkit yang lagunya penuh makian, atau Linkin Park yang dinyanyikan orang seantero jagat.
Kemudian bertemulah aku dengan guru English yang kerap menugaskan kami menulis lirik lagu yang mengalun lewat headset lab bahasa. Di situlah aku kemudian gandrung dengan lagu-lagu barat sambil memahami maknanya.
Dan akhirnya aku jatuh cinta pada Sistem of a Down, yang membuat orang malah terheran-heran. Lah, salah lagikah?
Baca juga: Cerpen Masa Sekolah
Aku mengoleksi kaset Red Hot Chili Pepper, Slipknot, Green Day, Eminem, dll, dari SMA hingga lewat usia 20, ketika M-Studio di kotaku sudah tak ada lagi. Semua baik-baik saja, sampai kemudian kawan-kawan ngajiku melongo. Kamu masih dengar musik? Yang begitu lagi.
Okelah, kalau memang harus kutinggalkan semua, entah lagu baru atau musik 90s. Aku bisa hidup sehat kok tanpa musik.
Tapi aku punya rindu yang besar pada masa kanak-kanak. Yang ada kalanya kenangan itu bisa melintas begitu kuat ketika lagu Iklim mengalun di telinga. Atau ketika Sheila Majid bersenandung, engkau laksana bulan, tinggi di atas khayangan ....
Ada aroma pagi masa SD yang menguar. Terkenang warung Mamak yang kadang ramai kadang hening, tanah kosong dengan pohon jengkol dan kedondong di samping rumah.
Tetangga yang punya video, tempat nobar anak-anak sekampung. Main bepean, main tepe'an, ... semua lagu norak itu bernilai di hidupku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI