Seharusnya aku termotivasi, tapi tidak segampang itu. Terutama di pelajaran matematika, yang dulu sempat menjadi favorit. Sudah begitu keras aku mencoba, tetap saja nilainya mengerikan.
Bukan 6 atau 5, malah pernah dapat 2! Dulu nilai tertinggi adalah 10, bukan 100 seperti sekarang. Tapi kemudian kalimat tak sengaja dari temanku membuka rahasianya.
"Bapak ni, lain latihan yang dio kasih, lain pula yang keluar di ulangan," begitu kata temanku. Benar sekali, ibarat latihan dengan MTK Dasar tapi ulangan dengan MTK MIPA!
Ternyata rahasia untuk mendapat nilai tinggi adalah ikut les. Di sana, guru memberikan contoh soal yang sangat mirip dengan yang akan ia beri ketika ulangan. Yang diubah hanya Deni jadi Andi, 5 jadi 50, dst. Semua soal dijamin akan berbeda jauh dengan yang ia beri ketika latihan di kelas.
Gara-gara satu mata pelajaran terkutuk itu, aku jadi gugup di English (karena merasa diri bodoh), gelagapan ketika ditanya guru menggunakan bahasa Inggris. Aku tak yakin dengan jawaban fisika, aku terkantuk-kantuk di PPKN (bukan aku saja sih kalau yang ini). Pokoknya stres!
Akibat urusan sekolah, aku sakit-sakitan. Sedikit-sedikit demam, sering tak enak badan. Makin kubawa begadang untuk belajar, makin tubuh tidak fit.
Baca juga:Â 8 Gejala Depresi Terselubung
Makin tambah parah ketika melihat teman-teman yang begitu santai ketika belajar, tapi nilai mereka bagus-bagus. Lalu aku ingat pengalaman sendiri, bukannya di SMP aku juga begitu? Bukan karena belajar, tapi karena yakin.
Bedanya, aku yakin bisa karena mengerti. Sedangkan teman-teman ini, yakin bisa karena mendapat contekan tak langsung dari guru ketika les. Kabarnya tak hanya MTK yang begitu, pelajaran lain juga. Tapi yang nampak jelas di mataku ya MTK itu.
Pelan-pelan aku menyadari, pertama masuk SMA, kelas kami hanya berisi sekira 32 siswa. Setelah lewat MOS, apalagi memasuki caturwulan kedua, siswa membludak jadi sekira 45 orang.
Aku masuk lewat jalur resmi, dari prestasi. Belasan orang ini lewat jalur khusus yang aku yakin mereka memilihnya karena nilai yang tak memenuhi syarat. Tapi kenapa sekarang nilai mereka tinggi? Tidak mungkin karena ilmu kanuragan.
Motivator Terbaik Adalah Diri Kita Sendiri
Ketika aku sakit-sakitan, Mamak membawaku ke orang pintar. Menurut dukun ngawur itu, aku disantet teman sekelas yang iri padaku. Iri dari hongkong! Siapa yang iri dengan siswa tidak cantik, tidak kaya, tidak pintar.