Di forum kecil kami yang biasanya adem ayem, tahu-tahu terjadi perdebatan. Yang paling senior di sana tak terima ketika kukatakan berdoa yang umum saja, karena Allah Mahatahu mana yang paling kita butuhkan.
"Harus spesifik, Tari! Kalau kita minta punya mobil. Minta segera, kalau perlu merk dan warnanya disebut."
"Kalau mobil yang itu ternyata dak baik untuk kita?" balasku.
"Ya minta yang baiklah!"
"Yang baik versi kita kan belum tentu memang baik untuk kita. Bukannya ribet minta sedetail itu, masak Tuhan diatur-atur."
"Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya ya, Tari. Kamu cari ayatnya gih!"
Padahal kalimatku sebelumnya juga berdalil, tapi sudahlah. Meninggalkan debat meski benar jauh lebih baik kan.
Pemicu perdebatan itu adalah sebuah motivasi dari salah seorang di antara kami yang setiap hari berusaha memberi sugesti positif. Bagus kan? Banget!
Baca juga: Emak-emak Matic Bukan Satu-satunya yang Ngawur di Jalanan
Kadang aku merasa toksik karena banyak motivasinya yang menurutku tidak realistis. Allah memang sesuai prasangka kita, tapi tidak dengan begitu kita bisa mengubah dunia semata dengan sugesti.
Aku tak berani main-main dengan ayat, bukan wilayahku. Tahu diri saja hendak menafsirkan ayat suci dengan amal seiprit dan pemahaman receh begini.