Kalau Albert Einstein diperkirakan memiliki IQ 160, Isaac Newton 190, William punya IQ sekitar 250-300!
Ketika usia 6 tahun aku keranjingan Donal Bebek, William bayi, di usia 1,5 tahun sudah membaca Newyork Times!
Pada usia 8 tahun, William mampu berbicara dalam delapan bahasa; Latin, Yunani, Prancis, Rusia, Jerman, Ibrani, Turki, dan Armenia. Semuanya ia pelajari sendiri. Tahun 1909 menjadi mahasiswa Harvard termuda, 11 tahun.
Karena kecerdasannya yang luar biasa, sejak kecil William sudah dikenal banyak orang. Tapi yang mengejutkan, ketika lulus dari Harvard, William mengatakan pada wartawan bahwa ia ingin menjalani hidup dengan sempurna, yakni mengasingkan diri dan tak akan menikah.
Bahkan ketika ayahnya meninggal, William tidak menghadiri upacara pemakaman. Ia terus berada dalam keterasingan hingga memilih pekerjaan-pekerjaan rendahan agar tidak dikenali orang.
Meski demikian, tetap ada saja yang mengenalnya. Yang karena melihat kehidupan William begitu mengenaskan, beranggapan bahwa William telah kehilangan kecerdasannya. Padahal sepanjang hidupnya, William menulis sekian banyak buku penting dengan nama samaran.
Pada akhirnya, kecerdasan saja, IQ supertinggi, tak serta merta membuat kita bahagia. William James Sidis wafat pada usia 46 tahun sebagai bukan siapa-siapa. Meninggal dunia karena pendarahan otak dalam keadaan terasing, bahkan dari keluarga sendiri.
Secerdas-cerdas akal, tetap ada batasnya. Apa gunanya kecerdasan jika tidak mampu mengelolanya? Apa gunanya akal jika tak dipakai untuk mengenal penciptanya?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H