Belum ada pembeli lain, tidak ada yang berteduh di ruko sekitar warungku.
Kulirik perempuan yang masih saja memegang ponselnya itu. Tampak jelas wajahnya gundah. Sesekali ia melirik padaku, lalu Maman.
"Ada yang perlu dibantu, Mbak?" tawarku padanya. Sebagai orang yang sering kesusahan, aku ingin bisa membantunya. Sebagaimana aku berharap ada bantuan jika sedang kesusahan.
"Hm ... " dia agak ragu-ragu. "Bisa pinjam hape untuk nelepon?"
"Oh bisa!" segera kurogoh saku untuk meminjamkannya ponsel pintarku.
Kemudian ia menelepon seseorang.
Maman melihat sekilas padaku. Lalu kembali pada pekerjaannya merapikan sisa makan pengunjung. Aku menerima bayaran dan sibuk mencari kembalian.
Kemudian giliran Maman menerima panggilan telepon. Salah seorang pelanggan kami minta diantarkan sepuluh bungkus pecel lele. Alamatnya tidak jauh, sekian ratus meter di belakang ruko.
Memang sudah jadi kebiasaan, ia minta diantarkan. Karena sudah langganan, dan pesanannya juga banyak, jadi kami penuhi. Maman bertugas mengantarkannya, naik motor dan pakai jas hujan.
Seperginya Maman, aku duduk berhadapan dengan perempuan itu. Matanya basah.
"Lagi ada masalah, ya, Mbak?"