Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kambing Jantan Ibumu

6 November 2019   19:36 Diperbarui: 17 November 2019   11:52 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Diam, Kambing! Nanti kusembelih kau. Dasar kambing jantan gatal, aku ini masih punya iman." Kau segera bangkit dari dingklik, mengambil sarung kumal yang tergantung sejak kemarin di salah satu dinding rumah.

"Kau punya iman, tapi tak punya uang. Bagaimana kau bisa menikah kalau hanya mengandalkan upah mengupas bawang." Kambing itu terus menggodamu.

Kau angkat dia sekuat tenaga. Membuka pintu bergegas, dan meninggalkannya tanpa menutup kembali. Tak peduli pada ayam tetangga yang berebut masuk ke rumah sederhanamu.  

---

Sebentar lagi Lebaran Haji. Orang-orang mulai membeli hewan ternak untuk dijadikan kurban. Biasanya pembeli akan menitipkan dulu hewan kurbannya sampai hari penyembelihan tiba. Tapi tidak dengan Pak Ali, tetanggamu yang paling kaya di seantero kampung.

Pak Ali membeli sepuluh ekor kambing, lima jantan dan lima betina. Ia bawa pulang semua, hingga menjadi tambahan pekerjaan bagi pembantu-pembantu di rumah besarnya. Begitu cerita seekor kambing jantan kepadamu.

Kambing itu yang mengikutimu pulang sehabis syukuran cucu pertama Pak Ali. Ia berjalan pelan tapi pasti, menyembunyikan suara langkah meski kakinya ada empat. Kambing itu berhasil masuk ke rumahmu tanpa kau sadari, karena kau terbiasa tak menutup pintu saat malam. Sebab ayam-ayam tetangga sudah pulang ke kandang mereka. Dan beberapa temanmu sering mampir untuk berbagi rokok denganmu.

Kau terkejut. Seekor kambing di dalam rumahmu. Tanpa pikir panjang kau segera mengusirnya. Bisa jadi masalah besar, kau akan dituduh mencuri. Bisa jadi ditelanjangi, diarak keliling, atau bahkan dibakar hidup-hidup seperti tersangka maling di banyak tempat.

Kau lebih terkejut lagi ketika kambing itu berbicara. Dengan bahasa manusia yang fasih. Bahasa Indonesia. Kau nyaris pingsan, andai saja bisa. Nyatanya banyak orang yang tidak pingsan meski sangat terkejut.

Kambing itu memperkenalkan dirinya. Namanya Nur, seperti nama perempuan. Dan kau ingat seseorang yang tak pernah kau lihat. Tapi sampai kedatangan Nur yang kesekian kali pun, tak pernah kau memanggil namanya. Hanya kambing, kau menyebutnya.

Kambing itu bercerita tentang keluarganya, yang dia bilang manusia semua. Tentang tempat asalnya, sejarah dirinya, dan segala hal yang kau simak baik-baik dalam keterpanaan. Sayang semua cerita itu kau hapus dari memorimu sejak hari keempat kedatangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun