Mohon tunggu...
suray an
suray an Mohon Tunggu... Guru - A Daddy of Two

Currently residing in Jogja. Loves traveling, watching movies, listening to music. Carpe Diem: a motivation to enjoy even trivialities in life.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Feeling So Stupid and Ashamed

14 Desember 2020   10:31 Diperbarui: 14 Desember 2020   10:34 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Maksudnya mau menolong, eh malah....dipelototi dan dianggap aneh....

Tetapi...setelah dipikir-pikir, sayalah yang aneh berarti.

Begini kisahnya...

On my way pulang dari pantai, saya mengendarai motor dengan pelan karena memang ingin santai dan hati-hati terlebih saat itu jalanan mulai rame karena sudah agak siang

Setelah berjalan sekitar 15 menitan dari pantai, tibalah saya di jalan raya Parangtritis-Jogja yang terkenal ramai

Saat itulah saya melihat seorang embah yang kuperkirakan berumur lebih dari 70 tahun dengan gendongan kayu bakarnya hendak menyeberang jalan

Karena motorku pelan, jadi sejak dari jauh sudah kelihatan embah itu seperti bingung hendak menyeberang

Saat itu banyak kendaraan, termasuk bis-bis wisata yang mulai berdatangan dari arah Jogja menuju Parangtritis..wajar dan pantaslah jika embah itu terlihat bingung mau menyeberang

Kulewati embah itu

Pas tepat di sampingnyalah.....saya bisa melihat raut muka si embah yang nampak kebingungan dan khawatir

Pas tepat di sampingyalah...saya semakin jelas bisa melihat betapa sederhananya embah itu berpakaian...

Seketika itulah...saya pelankan lagi laju motor dan saya putuskan untuk putar balik dengan niat langsung membantu embah itu

Saat itu pun..terbersit....kenapa tidak sekalian memberikannya sedikit uang karena dari gendongan kayu bakarnya....dia sepertinya mencari dari hutan sekitar dan pastinya itu untuk memasak...

Dalam beberapa detik pikiran saya sudah ke mana-mana

Impresi saya tentang si embah yang perlu bantuan-lah, yang mungkin perlu uang-lah, yang mungkin akan bahagia-lah .....karena mendapat bantuan

Macam-macam asumsi saya...

Singkat cerita, saya parkirkan motor saya di pinggir jalan....

Saya dekati embah itu....

.....dan langsung dalam bahasa Jawa mengutarakan maksud saya membantunya...menyeberang...

Namun, embah itu malah nampak ketakutan....

Embah itu pun menjauh dari saya...

Saya jadi terperanjat..karena tak menyangka embah itu malah semakin kebingungan begitu saya menawarkan bantuan

Embah itu malah semakin bingung nampak tolah-toleh ke kanan kiri berulang-ulang..seakan tak sabar.....dan bukannya minggir, embah itu malah mendekati jalan...dan seakan-akan tak sabar ingin segera menyerang padahal saat itu motor-motor, mobil, bus-bus wisata berseliweran.....

Saya yang akhirnya panik....

Terus terang baru kali ini...saya justru dibuat panik karena takut kalau-kalau embah itu justru akan menyeberang jalan.....seketika di tengah kepadatan lalu lintas

Saat itulah ada seorang embak di seberang jalan yang seakan memberikan isyarat dengan tangannya pada saya.....bahwa embah itu memang tak mau dibantu

Saat itulah saya mulai mencoba memahami situasi....bisa jadi embah itu memang setiap hari terbiasa menyeberang jalan sendiri tanpa mau dibantu orang lain

Namun, karena saya sudah terlanjur berhenti, saya hanya ingin memastikan bahwa embah itu menyeberang dengan aman

Waktu 3 menit tolak ulur antara saya dan embah itu....terasa sangat amat lama karena saya tetap saja khawatir kalau-kalau embah itu menyeberang saja di tengah jalanan yang padat

Tanpa saya sadari...ternyata...kami telah berjalan sekitar 10 meteran dari tempat awal berdirinya embah tadi....sejauh itulah embah itu mencoba menghindari saya..

Tanpa saya sadari pula...saya juga mengikutinya....simply because saya ingin memastikan embah itu menyeberang dengan aman

Alhamdulillah....ternyata..embah itu memang bisa menyeberang jalan sendiri...setelah jalanan benar-benar sepi....ya......saat tak terlihat motor sekali pun....

Oh....saya langsung berpikir...berarti inilah yang embah itu lakukan setiap kali hendak menyeberang jalan

Phew..lega rasanya....akhirnya...saya putuskan untuk kembali ke motor dan melanjutkan perjalanan balik ke Jogja

Saat itulah...saya tersadar..ada uang yang dari awal memang saya niatkan untuk diberikan ke embah itu

Wait...si embahnya sudah masuk ke dalam gang di seberang jalan

Saya merasa...uang itu sudah bukan hak saya, saya sudah niatkan untuk saya berikan kepadanya.....

Langsung saja....saya naiki motor saya dan menyeberang jalan masuk gang mencari embah itu....

Untunglah...beliaunya masih terlihat....

Namun.....begitu melihat motor saya....saya merasa apa yang barusan terjadi di jalan...terjadi lagi.....embah itu semakin bergegas...tergesa-gesa karena merasa ada yang mengikutinya....

Ya....embah itu hapal benar motor saya...dan hapal saya tentu saja

Karena...saya masih full lengkap berhelm....dengan masker tebal (jilbab istri saya) plus kacamata...dan jaket tebal.....yang sama sekali tak memperlihatkan siapa di balik helm dan di balik jaket ini...

Saya masih tak menyadari itu....

Saya langsung saja memepet beliau...dan berkata dalam bahasa Jawa baik baik...bahwa saya ingin memberikan uang untuk membantunya...


Bukannya berhenti..embah itu semakin lajut dengan gendongan kayunya...

Saya yang saat itu lagi-lagi masih belum tersadar...

Bahwa sosok saya pastinya menakutkan buat embah itu

Bayangkan...seorang berhelm...berjaket...bermotor....tiba tiba mengejar beliau

Saya pun merasa stupid se-stupid-stupidnya...

Saya telah membuat embah itu ketakutan dari awal...sejak saya hendak menolongnya menyeberang jalan

Yes..I didn't take off my helmet

Saya masih memakai helm, berjaket plus... dengan masker full ...sehingga seseorang bisa saja menjadi takut...dengan penampakan saya

I felt so stupid

Saya bukannya membuat embah itu merasa nyaman

Ternyata uluran dan niat saya bisa jadi telah membuatnya ketakutan

Saya merasa bodoh dan malu

Singkat cerita...saya tak berhasil menyampaikan uang yang sudah dari awal kuniatkan untuk embah itu

Bisa jadi...embah itu memang tak memerlukan bantuan orang lain

Mengapa saya bisa berpikir seperti itu?

Ini dia yang membuat saya malu

Saat embah itu sudah menghilang dari pandangan saya...

Kini..giliran SAYA-lah yang jadi pandangan beberapa orang di gang itu....

OH MY GOD...

I felt so ashamed and stupid

Saya merasa....dan tersadar...bahwa bisa jadi..embah itu memang seseorang yang mandiri yang memang tak mau menerima bantuan orang lain

Pas saya mau keluar gang...ada seorang bapak yang mencoba mencegat saya...dan dia mungkin mau bertanya apa yang telah terjadi sehingga saya terlihat '"seolah-olah" mengejar embah itu

Oh...saya sudah malu..dan tak mau memperpanjang kisah di gang itu..dan saya pun menganggukkan kepala tanda hormat kepada bapak itu tanpa menghentikan laju motor saya dan keluar dari gang itu....

Saat itulah....saya di sepanjang jalan...masih tersadar..bahwa uang di tangan saya...bukan lagi milik saya....karena memang sudah diniatkan untuk embah itu

..........maaf...saya cerita ini bukan untuk berniat apa-apa...simply want to share what happened....

Singkat cerita lagi...di sepanjang jalan....saya tak mau membawa uang itu sampai rumah....

Akhirnya....entah kenapa...saya teringat....hyg saya yang setiap Jumat berkah sering pasang di IG-nya tentang rekening-rekening wakaf, infaq dll.......

Seketika itu...kuhentikan motor....dan saya pun scroll-through postingannya setiap Jumat dan saya pun memilih untuk memberikan uang itu ke sana.....saat itu...a.n. embah itu...whoever she is....siapa pun embah itu....

Intinya....saya tak mau lagi.....

Saya semalam tak bisa tidur karena masih memikirkan embah itu jangan-jangan masih ketakutan....dan terbayang-bayang dengan sosok saya....Semoga beliau sehat-sehat

Pesan moral: lepas helm dulu jika mau bertanya....atau membantu orang...karena bisa jadi orang salah paham...tak bisa melihat wajah kita....saat berniat sesuatu....

Parangtritis - Jogja, 13 Des. 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun