Mohon tunggu...
suray an
suray an Mohon Tunggu... Guru - A Daddy of Two

Currently residing in Jogja. Loves traveling, watching movies, listening to music. Carpe Diem: a motivation to enjoy even trivialities in life.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Aku Nggak Mau Punya Anak!" Kata Anakku yang Masih SD

18 Mei 2020   17:15 Diperbarui: 20 Juni 2020   11:34 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I'm not gonna get married! Nggak mau nikah aku!" Eyra said.

Me, too! ", !" Freya blurted out. 

"Aku nggak mau punya anak nanti!" tambah Eyra lagi.

 I was struck by their words at the most unlikely moment.

 Seketika itu kuterdiam.....namun keluar juga nada tawa seakan tak percaya....dan ada lega(?) juga.

 Wait...wait wait....ini tak ada hubungannya dengan drama "The World of The Married"!!! 

Catat.

 Lagian, nggak mungkinlah saya ijinkan Eyra-Freya (dua anakku) nonton K-drama gonjang-ganjing yang R-rated ini.

So....why did they say that???

In fact, this is just a small part of the chaotic and bloody commotion of what happened in our family on the early wee hours of Sunday morning....at around 3 am! (Today, May 17, 2020)

Wait, ada apa dengan mereka? Apanya yang berdarah-darah?

Hmmm....one thing for sure, it'll go down into our family's history. 

Sungguh panjang ceritanya, tapi karena saya juga ingin merekam ini sebagai sejarah, saya akan bercerita dengan panjang dan saya mulai dari pukul 10 pm sehari sebelumnya dulu.

In short, it has something to do with our cat, Jesslyn! ...err, how come?

Baiklah, the story goes like this:

16 Mei

10.00 pm: Entah mengapa saya main tebak-tebakan dengan Eyra tentang kemungkinan di manakah si Jesslyn (kucing kami yang lagi hamil) akan melahirkan anaknya. Apakah di pojok dekat lemari baju di kamar depan ataukah di bawah tempat tidurku (kamar belakang). Tentu saja hal itu mengingat kedua tempat itu sering ditengoki oleh si Jesslyn yang memang beberapa hari terakhir ini niat & giat mencari tempat nyaman untuk melahirkan.

17 Mei

01.00 am: Not sure why I was not sleepy at all. Biasanya sudah pulas agar bisa bangun untuk sahur. Entah mengapa hari ini, saya tak tidur. Remote TV masih di tangan. Kulihat Mamanya anak-anak juga lagi sibuk di dapur bikin sayur asem untuk sahur. Sementara, kulihat Eyra dan Freya sudah di kamar tidur....pastiya sudah di alam mimpi.

Around 02.00 am: Mama tiba-tiba melihat bahwa Jesslyn sudah mojok di dekat lemari baju kamar depan....yang ternyata dia pilih (apalagi kalau bukan) untuk melahirkan. Tentu saja karena Mama melihat Jesslyn terengah-engah nafasnya dengan perut yang berkembang kempis saat itu.

Yup, sontak...kami berdua mulai deg-degan...karena Jesslyn sedang terengah-engah sedemikian rupa seperti tak tahan menahan sakit. Ingin rasanya kuraih hape untuk kuabadikan moment itu...tapi nggak tega. Kog sempat-sempatya, pikir saya. Karena kami berdua tahu, biasanya kucing yang melahirkan pasti tak ingin diganggu.

Jesslyn pasti ingin privacy! Titik. Itu yang ada dalam benak kami berdua.

Akhirnya, menyingkirlah diriku dari sudut kamar itu. Kulangsung menuju ruang tamu sambil tetap merasa deg-degan... harap-harap cemas antara excited dan was-was.

Kulihat Mama masih menatap atau setengah mengintip bagaimana keadaan si Jesslyn.

Hmm..I guess it kinda reminded her when she was about to deliver a baby. Naaah...aku mirip-miripin istri sendiri dengan kucing. Anyway, itu sempat masuk ke pikiran saya.

Beberapa menit kemudian, dia setengah berteriak, " Pa, keluar satu. Cepet, sini!

Langsung diriku masuk lagi ke kamar untuk mengintip dan..... benar adanya. Ada satu anak kucing yang masih terbungkus lapisan berair seperti plastik tipis bening.......tapi saya nggak yakin apakah anak kucing memang seperti itu bentuknya pas lahir. Kutak tahan dan tak mau mendekati.

Jadi, hanya beberapa detik lihat....keluar kamar lagi. Tak kuat. Nope. Not me.

Hingga akhirnya...Mama keluar kamar juga sambil terisak kalau anak kucingnya mati!

No Way. Tak mungkin.

Mau tak mau, kukuatkan diri ini masuk kamar lagi untuk mengecek anak kucing pertama yang lahir dan tak bergerak itu.

Benar. Dia membiru.

Why..Oh, Why?

Sementara itu, Jesslyn tampak pucat dan terdiam di sudut. Tak bergerak juga.

Ya, ini adalah kehamilan dan kelahiran pertama bagi Jesslyn.

Saya mencoba memahaminya.

Tetapi kenapa kog Jesslyn ikut diam tak bergerak.

Terbersit rasa takut kalau Jesslyn pingsan.

We simply did not know what to do.

Mau nyentuh. Takut.

Benar-benar takut menyentuh anaknya dan takut pula menyentuh Jesslyn.

Takut ini, takut itu. Kalut.

Lagi-lagi kuingat....katanya nanti anaknya dimakan oleh induk kucing kalau kita ganggu.

Semakin runyam pikiran macam-macamku.

Setiap detik sangat berarti.

Padahal...kami tahu.....masih ada anak kucing lagi di dalam perut Jesslyn.

Kami pun mencoba percaya bahwa di dunia ini ada sifat naluriah seekor kucing betina bernama Jesslyn yang pasti bernaluri untuk menyelamatkan anaknya dengan menjilati anaknya yang baru lahir terbungkus lapisan berair itu.

Jesslyn, come on, plizzz.....ayo...jilati anakmu. Dia mungkin masih bisa hidup.

Namun, Jesslyn tetap tak bergerak. She's simply lying still with her eyes closed. Semakin pucat dia.

Ikut pucat pula kami.

Duh, seperti menunggu kelahiran cucu saja.

*Tapi, trust me...kami tak sempat bergurau untuk ini.

Akhirnya....saya pun lemas.

Lemas sampai ngintip saja tak mau.

Keluarlah lagi diri ini menuju ruang tamu dan duduk di samping Mama yang terduduk lesu di sofa...sama-sama lemas.

h....e.......n.......i..........n........g

Tanpa ada suara apa pun di rumah.

Tiba-tiba.....Jesslyn keluar dari kamar......dengan ekor dan kaki yang masih kena bercak darah....menuju ruang tamu.

Titik titik darah pun jatuh di beberapa kotak lantai...ekornya yang basah dengan darah pun....meninggalkan bekas...di lantai. Dia terhuyung.

Shocked-lah kami berdua.

Tak tahu harus berbuat apa.

Mengapa dia keluar kamar?

Mengapa dia tinggalkan anaknya?

Bukankah dia masih harus melahirkan lagi?

Was she giving up?

Wait, was she alright? 

Lagi-lagi, sempat-sempatnya saya membayangkan si Jesslyn ini layaknya manusia.

She should've known better. 

Namun, syukurlah....saya masih waras....karena harus bisa melihat si Jesslyn sebagai kucing di saat itu.

Yang pasti....dengan matanya yang sembab dan pucat... dia berjalan sepelan-pelannya kucing yang sedang menahan sakitnya melahirkan. Untunglah...itu adalah pikiran yang sempat masuk ke pikiran ini.

"Jesslyn, ke mana?"

"Aduuuh, gimana ini?"

Berkecamuk kami berdua.

Akhirnya Jesslyn terhenti langkahnya di lantai depan tepat di depan TV.....lalu merebahkan kepalanya di lantai.

Lunglai.

Suara kecemasan kami berdua mulai meninggi. Stressed-out.

Saya cepat-cepat sibuk ambil tisu basah dan tisu kering. Itu yang terpikir.

Mengelap lantai. Oh, penuh dengan bercak darah dan tetesan darah.

Mama...tiba-tiba ke belakang mengambil beberapa kain.

Akhirnya, Jesslyn kami baringkan di kain bahan sprei yang lumayan lebar dan tebal.

Dia pun berbaring lemas di sana walapun perutnya masih besar.

Hening lagi.

Still, we did not know what to do. 

Akhirnya Mama menyuruhku atau tepatnya memaksaku untuk menengok bayi kucingnya lagi dan memastikan bahwa sebaiknya segera dikubur saja jika meninggal.

Entah apakah itu tindakan yang benar atau tidak. Namun, itulah yang kulakukan sesuai permintaannya. Kuberanikan diri untuk ke kamar dan memastikan bahwa bayi kucingnya tak tergerak dan kutak percaya bahwa itu adalah bayi kucing karena tak terlihat seperti kucing karena terbungkus lapisan berlendir. Tak bergerak.

Akhirnya kuberanikan diri ini.

Kuambil sarung tangan plastik dan kucoba untuk mulai mencoba mengangkatnya ketika tiba-tiba:

"Ada apa, Pa?" Freya keluar dari kamar dan berdiri di sampingku.

Kaget diri ini.

Maunya kami ingin merahasiakan kejadian (kematian) bayi kucing ini dari anak-anak hingga waktu Sahur. Namun, ternyata....kepalang basah....kuberitahu Freya saat itu juga bahwa anak kucingnya mati.

Mata Freya pun berkaca-kaca tanda tak mau menerima sekaligus tak percaya.

Sembari kucoba tenang, Eyra pun bangun dan keluar dari kamar dan dari ekspresi mukanya, dia sepertinya mendengar ucapanku tadi.

Kini semua tahu.

Anak kucingnya Jesslyn mati!

..........................

Darah berceceran di ruang tamu.

Jesslyn terbaring di depan TV.

Kami berpandang-pandangan.

Untunglah, seketika itu kuingat bahwa tadinya saya mau menguburkan jasad anak kucing pertama yang masih tergeletak di pojok kamar depan. Akhirnya kuminta Freya untuk membantuku.

"Freya, tolong ambil hape dan bantu Papa, ya. Nyalain flashlight hape untuk bantu Papa ngubur anak kucingnya di depan rumah. Ok?"

Langsung kupakai sarung tangan plastik yang tadi hanya sempat kupegang sebelum Freya nongol.

Langsung kumasuk ke kamar untuk mengangkat jenazah kucing yang sangat imut itu. Ya, kumulai bisa melihat wajah kucing. Tadinya, saya sama sekali tak bisa 100% melihat bahwa itu adalah kucing saking kalutnya diri ini.

Nampak wajahnya yang mungil di bawah lapisan berlendir dan dengan penuh darah.

Karena tak mau mengangkatnya langsung, maka kuangkat semua kain yang ada di bawahnya.

---

Di taman depan rumah.

Gelap.Sepertinya, masih pukul setengah tiga pagi saat itu...atau lebih. Tak ingat. Yang pasti...suara loudspeaker yang meneriakkan suara untuk "memaksa-maksa" sahur belum kudengar.

Saat itulah, baru kusadar bahwa sekopnya tak ada.

Just when I needed it the most, I forgot where I put it.

Baiklah, tak ada sekop, gunting taman pun jadi.

Akhirnya, kugali tanah dengan gunting taman dengan pencahayaan dari senter hape yang dipegang Freya yang kuyakin masih tak yakin dengan apa yang dia lihat dan sedang lakukan.

Bahkan, mungkin dia pun saat itu tak menyadari bahwa....dia membantu Papanya menguburkan anak kucing yang sudah mati. Kapan anak kucing itu hidup saja dia tak sempat tahu, tiba-tiba dia sudah menerima kenyataan bahwa anak kucing yang dia tunggu-tunggu telah mati dan kini berada di tangan Papanya untuk dikuburkan.

Hening.

Tanpa pikir panjang, pelan-pelan kuletakkan anak kucing yang sudah membiru tak bernyawa tadi ke dalam tanah.

Kucoba pastikan arahnya pun membujur selatan-utara. Sempat-sempatnya saya mikir begitu pula.

Langsung kukembalikan gundukan tanah di sekitarnya untuk menutupnya rapat. Batu-batu putih di taman pun kuambil beberapa buah untuk menandainya.

Selesai.

Hening.

Saya merasa lega karena telah melakukan.....sesuatu yang kurasa......adalah hal yang benar.

Not so fast.

Ketika kukembali masuk ke rumah, Eyra dan mamanya duduk di samping Jesslyn.

Mereka berdua nampak gusar dan bingung bagaimana membantu Jesslyn yang terlihat siap-siap mau melahirkan lagi.

Anak ke-2!

Perutnya Jesslyn berkontraksi. Nafasnya pendek-pendek.

Dia masih berbaring miring yang mengakibatkan dia tak kuat mendorong.

Jesslyn benar-benar seakan-akan pasrah.

"Ayo Jess...Ayo Jess. Plissss....Ya Allah. Plisss. Ayoo Jess...plisss," mamanya anak-anak sibuk memberikan semangat yang sebenarnya itu bukan untuk Jesslyn namun dari nadanya kutahu itu untuk menguatkan dirinya bahwa dirinya kuat melihat proses kelahiran ini.

No, we couldn't afford to lose another baby.

Nggak mau lagi.

Freya pun tetap berdiri di depan pintu...tak bergeming.

Saya pun hanya diam. Tak tahu bisa apa.

Apakah begini proses kelahiran kucing itu?

Tak apa-apakah kami sebagai manusia berada di samping Jesslyn?

"Perlu kitakah kau, Jesslyn?" lagi-lagi sempat-sempatnya kutanya.

Perlukah tangan manusia?

Kami berempat terdiam bagaimana bereaksi melihat proses kelahiran anak kucing.

Tiba-tiba ada seonggok mahkluk yang keluar dari perut Jesslyn.

Yang kuingat.....adalah apa yang kulihat sekilas, yaitu PLUK, ada yang jatuh meluncur di samping Jesslyn.

Seketika itu Jesslyn berdiri dan pergi meninggalkan bayinya. Lagi!

"NOOOOOO."

"Jesslyn!!"

"Jesslyn, anakmu!!"

"Jesslyn, ke mana kau?"

"Ini anakmu!!"

Mama mulai teriak-teriak kecil sambil menangis....begging for Jesslyn to at least look at her kitten.

Saya juga diam.

Terhenyak.

Freya stepped aback further.

Dia semakin bingung.

Eyra yang duduk pun juga terdiam.

Kami berempat terdiam.

Namun, kami tiba-tiba secara bersamaan INGAT bahwa bayi kucingnya telah lahir.

Ya, dan lagi-lagi terbungkus lapisan berlendir yang SEKETIKA itu....membuatku ingat bayi yang barusan kukubur.

No WAY! Not again.

Insting kami (bertiga) pun secara bersamaan muncul.

Freya semakin menjauh. Terpaku.

Mama yang tak pakai sarung tangan langsung mencoba membuka selaput-selaput berlendir yang menghalangi anak kucing itu bernafas.

"Ma!! Jangan pegang. Kan nggak pake apa-apa!" kulangsung teriak ke arahnya.

Dia tak mendengar atau tak mau mendengar.

Saat itu kusadar juga bahwa si anak kucing itu hanya perlu bernafas!!!

Menangislah dia.

Insting itu.

Seketika, kita melihat bayi kucing itu bergerak.

Kakinya bergetar dan mulut kecilnya membuka.

Oohh..it's shivering right down into my spine...just by witnessing that moment. 

Kutakjub dan amazed.

Mama langsung membersihkan bayi kucing ke-2 dengan jari-jari telanjangnya. Dia pun segera meletakkannya di baju bekasnya Eyra yang sudah tak terpakai.

Ya, entah mendapat ilham dari mana, seketika Mama mengambil seombyok baju-baju anak-anak yang tak terpakai. Dia letakkan di lantai untuk semua moment itu.

Saya tahu dia gemetaran melakukan itu semua.

Saya pun juga.

Apalagi Eyra yang dari tadi melihat langsung di depannya.

Begitu kusadar bahwa bayi kucing ke-2 itu bergerak.....kuterpikir..Oh no....jangan-jangan bayi yang kukubur tadi masih hidup. What if......masalahnya sepele...yaitu....seliputnya tidak dibuka. Oh...rasa bersalah pun muncul. Langsung kuingat wajah bayi kucing yang kukubur tadi.

Belum selesai rasa bersalahku...

"Papa, Jesslyyyyyn!!!" tiba-tiba Freya teriak.

Ya, kami begitu sibuk menyelamatkan nyawa si bayi kucing ke-2 sampai lupa Jesslyn di mana.

Seketika, kumasih lihat Jesslyn berjalan tertatih-tatih dan lagi-lagi merebahkan pelan-pelan dirinya miring lagi. Kali ini di tembok tepat di depan mangkok plastik tempat makannya.

Saya masih tak mau atau tak tahu apakah perlu menyentuhnya atau bagaimana.

Simply did not know what to do. 

 Yang pasti adalah ceceran darah ada lagi di mana-mana.

Kusaut gulungan tisu dan langsung kubersihkan.
Kuminta Freya untuk mengambilkan tisu basah beberapa lembar dari tempatnya karena sarung tanganku penuh darah.

Freya pun satu-satu mengulurkan tisu basah dan saya satu-satu langsung menghilangkan tetesan-tetesan darah di lantai.

Ya, saya tak tahu apa yang harus dilakukan.

Yang pasti, dengan membersihkan atau menghilangkan darah-darah itu.....diri ini merasa lega.

At least....mata ini tidak shocked memandangi tumpahan darah di lantai berubin putih di rumah.

Mama tetap sibuk menghangatkan si anak ke-2 sembari mencoba membersihkan darah di tali pusar yang masih nyantol dengan plasentanya(?)

Eyra pelan-pelan membantunya, kali ini siap dengan sarung tangan plastiknya.

Freya dan Papanya sibuk membersihkan lantai.

No one was really paying attention to Jesslyn.

Suara kucing pertama (yang hidup) pun terdengar.

Lega that It (kami belum tahu she or he) is alive. 

Yang pasti, bulunya putih hampir 70 persen.

Oh, we got a baby cat!!

 Namun, kelegaan itu pun buyar...ketika tiba-tiba Jesslyn terlihat terengah-engah lagi dan perutnya kembang kempis...exactly like what happened earlier saat dia mau melahirkan. 

 Kali ini, mama langsung mengambil baju kedua. Entah baju siapa. Yang pasti yang masih kering kita comot dan pakai sebagai alas Jesslyn karena kalau tidak dialasi.....darah akan ke mana-mana. Terus terang, tak mau diri ini melihat darah di mana-mana lagi.

Seakan kita sudah siap, walaupun tidak sama sekali, kami pun berancang-ancang menyambut kelahiran bayinya Jesslyn yang ke-3.

Just when we were about to ready ourselves.....

Terdengarlah suara lantang yang melengking parau.

Ya, teriakan "Sahurrrrr.....Sahurrrr..........dari loudspeaker di masjid!" 

Baru kali ini saya benci teriakan "sahur sahur....!"

Seakan-akan saya tak perlu dibangunkan atau diingatkan untuk sahur.

Mungkin terlalu berlebihan rasa benci ini.

Tapi beberapa detik itulah....ada rasa itu.

Kulihat muka mama dan Eyra Freya pun sama.

Ya, mama tak sempat menyiapkan sahur....atau belum.

Tapi...kami tak sempat memikirkan sahur....

Nope. Tak ada waktu....boro-boro.

Yang kuingat adalah....pls..pls....segera hentikan sahutan untuk sahur-sahur itu.

Memekakkan!

Astagfirullah aladzmim......Kami perlu segera menyelesaikan ini, Ya Allah.

Pheeeeew, alhamdulillah. Seakan doa kami terkabulkan.

Hanya 3 kali suara sahur-sahur-sahur....itu pun berhenti.

Kami pun teringatkan lagi....dengan dunia nyata yang ada di depan kami.

Bukan hidangan sahur...namun darah dari ceceran darah dari perutnya Jesslyn pagi ini.

Singkat cerita.....

The same thing happened again

Begitu si bayinya keluar dengan tali pusar dan darah berceceran......Jesslyn langsung pergi mencari tempat lain.

Apa yang terjadi 30 menit sebelumnya pun....terjadi lagi.

"Duuh..plisss.....!"

"No, Jesslyn....ke mana......!!"

"NOOOOOO."

"Jesslyn!!"

"Jesslyn, iki lho....anakmu!!"

"Jesslyn, ke mana kau?"

"Ini anakmu!!"

Lagi-lagi, kami berteriak.

Saya sibuk membersihkan ceceran darah.

Entah mengapa. Itu yang saya lakukan.

Bersihkan. Buang tisu. Bersihkan. Buang tisu. Bersihkan buang tisu.

Bersihkan. Buang tisu. Ganti sarung tangan. Buang lagi.

Ganti lagi, buang lagi.

Freya sibuk membantu papanya walaupun kuharus minta maaf pada Freya yang pasti sempat kena gertak papanya yang ingin cepat-cepat...tapi si Freyanya masih tetap takut-takut dan tak tahu bagaimana menanggapai semua kejadian itu.

Yang pasti.....entah...berapa lembar tisu basah dan kering yang disodorkan Freya ke papanya....serta entah sudah berapa pasang sarung tangan yang sudah kubuang ke tas kresek yang akhirnya berada di samping terus sejak kelahiran bayi yang ke-2.

I simply did not want to see blood all over the floor.

Kini, kesadaran kami berempat teruji.

Dengan dua kejadian berdarah-darah yang terjadi right in front of our eyes....kami seakan menjadi siap untuk menghadapi kelahiran berikutnya.

Ya, Mama meraba-raba dan tahu bahwa perutnya Jesslyn masih besar dan itu berarti...masih ada bayi kucing di dalamnya.

Kali ini....kain kaos ...sepertinya dasternya Mama....dipakai untuk persiapan kelahiran yang ke-4.

Sembari menunggu kelahiran bayi yang ke-4 itulah..kog yao...mama sempat-sempatnya mencari info bagaimana cara memotong tali pusar dengan steril.

Ya....katanya harus pakai benang floss alias dental floss...duh..boro-boro. Pake saja nggak pernah.

Akhirnya...pakai benang-benang biasa sajalah.

Titik.

"Freya, tolong rebuskan air!" pinta mamanya. Dia perlu menyeterilkan benang dahulu dengan air panas. 

Ya, Freya untungnya sudah terbiasa merebus air karena dialah yang setiap hari bertugas membuat teh hangat manis untuk berbuka. Jadi, syukurlah dia tanggap dan langsung mengerjakannya. 

Saya pun membantu Eyra menghangatkan kedua bayi kucing (bayi ke-2 dan bayi ke-3) di kaos-kaos yang awalnya kering kini seakan basah.

Kedua kucing nampak hidup.

Sehat? Tak ada dan tak sempat mikir kucingnya sehat atau tidak.

Asal dia bergerak. Kami lega.

Asal dia mengeong. Kami lega.

Asal dia gerak-gerak sedikiiiiit saja. Kami legaaa.

Saya dan Eyra terus menghangatkan tubuh kedua kucing itu sembari menunggu mama menyiapkan gunting dan benang untuk menali-mati tali pusar dan memotongnya.

Yup, she learned it at that very moment. 

Wis, aku manut wae.

Saya tak peduli dengan apa yang kami lakukan masing-masing karena itu pasti untuk membantu kelangsungan bayi-bayi kucingnya Jesslyn.

Ya, mungkin saja Jesslyn seakan tak sadar bahwa dia melahirkan.

Dia nampak begitu lelah.

Kami sempat berpikir dia menghindari anaknya.

Dia tak bertanggung jawab.

Masa ada induk kucing seperti ini?

Mengapa ini berbeda dengan apa yang saya dengar atau ketahui?

Why why why why why?

Semua berkecamuk.

Tapi....pikiran pikiran negatif itu langsung sirna begitu kami tahu bahwa semua ini sedang berlangsung.

Jesslyn yang melahirkan pastinya lebih sakit dan lelah.

Maafkan kami, Jesslyn.

Sembari menunggu kelahiran yang ke-4, kami pun berhasil memotong tali pusar kedua anak kucing itu.

Semua seakan berjalan dengan normal hingga...tiba-tiba si Jacko, kucing cowok kami, tiba-tiba bangun dan langsung menuju ruang tamu!!!

Dia langsung mengendus-endus semua lantai.

Dia langsung mendekati bayi-bayi kucing!!

OHHHH NOOO YOU DON'T!!!

 Kekacauan pun langsung terjadi. Lagi.

Kali ini tepat terjadi saat Jesslyn mau melahirkan anak ke-4-nya.....dan Eyra sudah spotted bahwa anaknya sudah separo nongol.......si Jacko tetap tak mau pergi.

Akhirnya, Eyra dengan sigap mengangkat si Jacko dan --mianhae, Jacko--menaruhnya di luar rumah. Kami pun menguncinya dari luar. Kini, suara meong-meong bukan hanya dari suara bayi kucing, tetapi juga dari Jacko dari luar rumah.

AAAARRGGGGGGGHHH......

Sabar, sabar, sabar, sabar, sabar.

Seketika itulah:

Eyra bilang keras-keras, "Aku nggak mau nikah!"

Ditambah lagi,"Aku nggak mau hamil!"

Freya pun menyahut, "aku juga"

Ditambah lagi., "Papa, , !" "Jangan harap ada cucu!"

Saat itulah....kulangsung terduduk lemas saking kagetnya.

Ya, mungkin kejadian ini too much atau keterlaluan buat Eyra dan Freya, terutama si Freya.

Namun, saya juga sempat cecikikan sebentar karena benar-benar mendengar bahwa mereka tak mau menikah gara-gara melihat Jesslyn melahirkan. Berarti, mereka tahu bahwa untuk hamil itu, mereka harus menikah dulu. Hahaha...itulah yang sesaat membuat diriku lega. Phew. 

Tapi, pembicaraan itu..tak sempat kurespon karena the bloody commotion is about to happen again.

 Waktu mulai menuju ke pukul setengah empat lebih sedikit.....ketika....si Jesslyn akhirnya....dengan lega...bisa melahirkan anak yang ke-4.

Lagi-lagi warnanya didominasi putih dengan dod-dot hitam.

Kali ini kami lebih siap...karena WE KNEW that Jesslyn PASTI PERGI LAGI tanpa rasa bersalah begitu keluar bayinya.

Yup, and she left.....dengan mencecerkan darahnya ke mana-mana lagi.

Saya kali ini....langsung ikut membersihkan mukanya...yang tertutup selaput.

Oh, dia mengeong. Alhamdulillah.

Legaaa rasanya mengetahui bahwa si little baby ini hidup.

And...dejavu....!!!

Saya membersihkan lantai. Dibantu Freya.

Eyra menghangatkan tubuh si kucing ke-4 sembari membersihkannya.

Mama mempersiapkan ritual pemotongan tali pusar.^^

Ya, di tahap ini...saya sudah mulai bisa tersenyum.

We knew what to do.

We got the hang of it.

But, lagi-lagi...itu hanya sesaat!

Oh No...what again........

Kami tersadar bahwa kami berada di ruang tamu!!!

Ya, kucing melahirkan anaknya biasanya melakukannya di suatu tempat yang tersembunyi....tidak terbuka seperti ruang tamu tempat di mana kami dari jam 2 pagi tadi....menyaksikan keajaiban di tengah kekacauan itu.

Anak ke-2 dan ke-3 sekarang terbungkus kain kaosnya Eyra Freya di dekat pintu belakang.

Anak ke-4 terbungkus dasternya mama di dekat pintu depan.

Semua tercecer.

Akan seperti inikah rumah kami?

Kardus tak ada. Jika ada pun sudah jelek dan rusak.

Makanya, saya berpikir keras untuk menggunakan apa yang ada di rumah...dan akhirnya memutuskan untuk menarik satu bagian lemari plastik yang kuingat kubeli di Toko Liman. Lemari rak 5 tingkat itu pasti tetap kokoh jika satu raknya kutarik dan kugunakan untuk tempat tinggal kucing-kucing itu

Singkat cerita, sebelum jam 4 dan kami belum sahur pun...saya segera mencuci dan membersikan rak plastik itu. Masalahnya, kain dan kaos bahkan daster mama yang bekas sudah habis. Semua kain lain sudah penuh darah. Padahal kami perlu alas untuk diletakkan dalam rak tersebut.

Bismillah, berkorban.

Di lemariku masih banyak kaos lengan panjangku yang salah satunya adalah heattech yang dulu sering dipakai kalau di Korea. Hmmm, dihitung-hitung kapan juga memakainya di sini. Okaylah, demi si kucing...kaos koas itu dipakai sebagia alas dalam rak.

Alhamdulillah, rumah sementara si kucing-kucing pun tersedia.

Waktu sudah pukul 4 lebih 5 menit.....dan Eyra bilang "Mama, lapar"

Ya, untunglah....masih ada perkedel jagung sisa semalam. Mamanya sempat memanaskan dan akhirya...Eyra bisa makan nasi dengan perkedel jagung. Ya, garingan. Tanpa ada sayur.

Sedangkan saya?

Saya memilih minum air saja.

Tak enak badan dan rasa mulut ini dan hati ini untuk makan sahur.

Saya sudah terlalu lelah untuk mikir makan.

Saya hanya ingin get over it.

Alhamdulillah, dua gelas air putih cukup untuk melepaskan dahaga sebagai sahur.

Eyra pun terduduk lunglai sambil mengunyah makannya di depan sofa. Bukan di atas sofa, tetapi duduk bersender di sofa.

Sementara, saya dan mamanya anak-anak siap memindahkan tiga bayi ke dalam rak plastik yang cukup untuk mereka. Dengan bantuan baju heattech dari Korea, semoga mereka merasa nyaman dan hangat walaupun si emboknya, aka Jesslyn belum tersadar bahwa dia dicari-cari oleh bayi-bayinya.

Itu karena.....Jesslyn telah siap untuk melahirkan anaknya yang ke-5!!!

Singkat cerita, dengan pemandangan di sana-sini di ruang tamu yang penuh dengan kain penuh darah di 3 tempat terpisah, kini kami harus siap-siap mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran bayi kucing yang ke-5!

Alhamdulillah, si bayi sudah terlihat separo muncul.

But, wait.....err..are those legs?

 Ya, bayi ke-5nya Jesslyn ternyata muncul kakinya dulu. Ada dua kaki belakang yang keluar dahulu dan Jesslyn tiba-tiba berhenti dan tak mau meneruskan. Dia mencoba berdiri.

Oh Noooo oooooo Nooo Jesslyn. Stop it.

Mama memaksa Jesslyn untuk diam dan mencoba menenangkannya sebisa mungkin.

Andai saja kita sebagai manusia bisa berbahasa kucing, mungkin tak akan ada lost in translation seperti saat itu.

Ingin rasanya bisa bilang, Jesslyn sabarlah. Please selesaikan tugas terakhirmu ini.

Lihat! Anakmu mau keluar. Please bersabarlah.

Kami mau mencoba menariknya. Eit..nope. Itu bukanlah ide yang baik.

Kami urungkan niatan itu.

Setelah beberapa saat setelah erangan di tengah nafas tersengal-sengal, keluarlah dengan selamat bayi nomor 5 yang ternyata memang spesial. Dialah satu-satunya yang berwarna hitam pekat hampir 80 persen tubuhnya, kebalikan dari kakak-kakaknya yang lahir terlebih dahulu.

Namun, dia sangat kecil. Hampir sepertiga dari besar kakak-kakaknya.

Lagi-lagi, bukan itu yang kami pikirkan.

Asal dia bergerak, hidup, legalah kami.

Sama seperti yang kami lakukan dengan kakak-kakaknya satu setengah jam sebelumnya, kami pun membuka selaput lendir di kelapanya. Dia pun membuka mulutnya. Dia pun bergerak-gerak sedikit demi sedikit seakan memberikan isyarat bahwa kami tak perlu mengkhawatirkannya.

Alhamdulillah, lengkap 5 kucing telah lahir dari rahim si Jesslyn tanggal 17 Mei 2020 di malam Ramadan. Namun, hanya 4 yang hidup dan 1 (si sulung) telah dikuburkan dengan damai.

Walaupun masih ada pekerjaan rumah yang banyak di hari-hari ke depan di rumah tangga kami, kami siap menyambutnya.

Itulah, a bloody commotion yang sebenarnya adalah sebuah keajaiban dan anugrah di pagi hari ini.

Sesuatu yang tak akan kami lupakan selamanya.

This is just the begining of more adventures with the 4 little kittens ....which are yet to be named.

Kami sekeluarga bersyukur bahwa kami akan meneruskan amanah untuk merawat kucing-kucing tersebut.

Akhirnya, hari itu...walaupun saya mengantuk, saya tak mau melupakan sejarah yang terjadi di rumah kami hari itu, di Ramadan tanggal 17 Mei 2020. Untuk itulah, sengaja saya tuliskan kisah ini sebagai catatan kami.

The good news is that...Jesslyn mulai mau menyusui anaknya. Dia mulai menjilat-jilati anaknya.

Itu pertanda insting keibuannya ada.

Selamat ya, Jesslyn.

.

Love,

Papa, Mama, Eyra, Freya.

P.S.

1. Setelah kami renungkan, ternyata Jesslyn mempercayai atau mempercayakan kelahiran bayi-bayinya kepada kami. Bukannya apa apa, mungkin tanpa kami pun, insyaallah semua bayinya sehat. Namun, kami tadi pagi benar-benar diberikan anugrah dan rejeki untuk bersama Jesslyn menyaksikan keajaiban itu. Mengapa kami bisa bilang bahwa Jesslyn mempercayakan kepada kami, karena Jesslyn beberapa kali meraih tangan Mama setiap kali dia ingin diperhatikan selama mau melahirkan.

2. Hmmm....sepertinya....kami ingin membuat IG tersendiri untuk 4 little kittens.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun