Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Strategi Investasi, Lebih Baik Diversifikasi atau Terkonsentrasi?

10 Oktober 2023   16:24 Diperbarui: 10 Oktober 2023   18:55 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock)

Jawabannya ternyata sangat lugas dan sederhana. Ia mengaku sebenarnya sangat ingin melakukan investasi terkonsentrasi, namun terkadang tak bisa dilakukan karena uangnya masih sangat banyak.

Beberapa sumber menyebutkan, Lo Kheng Hong memang sudah punya dana investasi yang diperkirakan mencapai triliunan rupiah.   

Seringkali satu saham yang sudah dibelinya dengan total investasi puluhan bahkan ratusan miliar ternyata sudah "naik duluan" sehingga tak memberinya lagi kesempatan untuk membeli di harga yang murah.

Sementara Lo Kheng Hong sangat tegas dengan prinsipnya dalam membeli saham yaitu haruslah membeli dengan harga yang terdiskon atau sering diistilahkannya, "Beli mobil mercy seharga bajaj".      

Alasan pentingnya melakukan strategi investasi yang terkonsentrasi agar bisa memaksimalkan potensi keuntungan, jelas sangat logis dan mudah dipahami.

Sebagai contoh, misalnya saat ini kita sedang berinvestasi saham dengan total dana investasi sebesar Rp 100 juta dan dialokasikan dengan membeli sebanyak 10 saham perusahaan berbeda, masing-masing sebesar Rp 10 juta.

Suatu ketika, ada salah satu saham yang naik seratus persen artinya memberikan keuntungan sebesar Rp 10 juta. Artinya, total dana investasi kita sekarang sudah bertumbuh 10 persen menjadi Rp 110 juta. 

Dari yang Rp 100 juta (dana awal) bertambah Rp 10 juta (hasil keuntungan satu saham).

Kita otomatis akan merasa sangat senang bukan? Atau jangan-jangan malah jadi sibuk berandai-andai, kalau saja dana yang diinvestasikan di saham yang naik 100 persen itu lebih banyak, pasti keuntungannya jadi lebih besar.

Logikanya memang sangat masuk akal dan sederhana. Bila dana investasi Rp 100 juta tadi dibelikan satu saham saja dan naik 100 persen, maka keuntungannya bukan lagi Rp 10 juta melainkan Rp 100 juta. Total dana investasinya otomatis naik menjadi Rp 200 juta.

Dengan kata lain, cukup kenaikan harga saham diatas 10 persen saja bahkan sudah bisa mengalahkan keuntungan model investasi yang dibagi-bagi ke dalam 10 saham tadi meskipun ada salah satu sahamnya yang berhasil naik 100 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun