Berkaitan model bisnis, Lo Kheng Hong memberi nasihat agar investor memilih perusahaan yang model bisnisnya sederhana, mudah dipahami dan tentunya harus menguntungkan.
Dalam satu kesempatan, Lo Kheng Hong terang-terangan menyebutkan dirinya tak tertarik berinvestasi pada sektor bisnis yang menurutnya kurang menguntungkan misalnya tekstil, penerbangan, dan teknologi.
Sebagai investor, bagaimana kita bisa mengenali dan memahami model bisnis perusahaan? Tentu banyak cara.
Paling praktis adalah membaca laporan keuangan dan laporan tahunan yang rutin disampaikan oleh perusahaan. Kita bisa mendapatkannya di situs resmi perusahaan tersebut atau situs bursa efek indonesia.
Selain wajib melaporkan perkembangan perusahaan secara kuartalan dan tahunan ke publik, perusahaan tercatat juga biasanya menyelenggarakan "public expose" untuk memaparkan agenda-agenda perusahaan.
Ketika sudah memiliki sahamnya, kita juga berhak dan bisa hadir langsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mendengarkan langsung paparan para Direksi perusahaan, sekaligus bisa bertanya jawab.
Sebagai seorang calon pemilik bisnis, sebenarnya kita juga bisa melakukan pengamatan dari lingkungan sekitar, perilaku para konsumen, produk apa yang sedang diminati, tren yang sedang berkembang, dan sebagainya.
Masih berkaitan model bisnis, kita harus paham tentang tipikal bisnis perusahaan yang sahamnya akan kita beli.
Ada beberapa saham yang model bisnisnya seolah tak mengenal musim seperti misalnya sektor consumer goods. Ada juga yang sifatnya siklikal (mengalami siklus), misalnya sektor energi dan properti.
Ini penting untuk dipahami. Misalnya ketika "booming" harga batubara beberapa waktu lalu. Investor yang bisa memahami siklus, pastinya sudah melakukan pembelian saham-saham perusahaan di sektor itu sejak awal.
Bukannya baru mulai melakukan pembelian saat harga batubara dan saham perusahaannya sudah mencapai puncaknya. Alih-alih mendapatkan keuntungan, ini justru berpotensi membuat investor "nyangkut" dan mungkin merugi.