Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Wahai Investor, Jangan Beli Saham Sebelum Paham

1 April 2023   09:16 Diperbarui: 1 April 2023   12:05 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pergerakan harga saham (Shutterstock/Freedomz via Kompas.com)

Berkaitan model bisnis, Lo Kheng Hong memberi nasihat agar investor memilih perusahaan yang model bisnisnya sederhana, mudah dipahami dan tentunya harus menguntungkan.

Dalam satu kesempatan, Lo Kheng Hong terang-terangan menyebutkan dirinya tak tertarik berinvestasi pada sektor bisnis yang menurutnya kurang menguntungkan misalnya tekstil, penerbangan, dan teknologi.

Sebagai investor, bagaimana kita bisa mengenali dan memahami model bisnis perusahaan? Tentu banyak cara.

Paling praktis adalah membaca laporan keuangan dan laporan tahunan yang rutin disampaikan oleh perusahaan. Kita bisa mendapatkannya di situs resmi perusahaan tersebut atau situs bursa efek indonesia.

Selain wajib melaporkan perkembangan perusahaan secara kuartalan dan tahunan ke publik, perusahaan tercatat juga biasanya menyelenggarakan "public expose" untuk memaparkan agenda-agenda perusahaan.

Ketika sudah memiliki sahamnya, kita juga berhak dan bisa hadir langsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mendengarkan langsung paparan para Direksi perusahaan, sekaligus bisa bertanya jawab.

Sebagai seorang calon pemilik bisnis, sebenarnya kita juga bisa melakukan pengamatan dari lingkungan sekitar, perilaku para konsumen, produk apa yang sedang diminati, tren yang sedang berkembang, dan sebagainya.

Masih berkaitan model bisnis, kita harus paham tentang tipikal bisnis perusahaan yang sahamnya akan kita beli.

Ada beberapa saham yang model bisnisnya seolah tak mengenal musim seperti misalnya sektor consumer goods. Ada juga yang sifatnya siklikal (mengalami siklus), misalnya sektor energi dan properti.

Ini penting untuk dipahami. Misalnya ketika "booming" harga batubara beberapa waktu lalu. Investor yang bisa memahami siklus, pastinya sudah melakukan pembelian saham-saham perusahaan di sektor itu sejak awal.

Bukannya baru mulai melakukan pembelian saat harga batubara dan saham perusahaannya sudah mencapai puncaknya. Alih-alih mendapatkan keuntungan, ini justru berpotensi membuat investor "nyangkut" dan mungkin merugi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun