Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Silicon Valley Bank (SVB) Ambruk, IHSG di Ujung Tanduk?

12 Maret 2023   22:20 Diperbarui: 13 Maret 2023   07:21 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi SVB (reuters)

Berita buruk datang dari Amerika Serikat. Silicon Valley Bank (SVB), salah satu bank terbesar di negara Paman Sam tersebut, dikabarkan kolaps. Bank yang dikenal sebagai pemberi pinjaman utama pada startup ini padahal sudah berdiri sejak 1983.

Sebelum dinyatakan ambruk, SVB sempat mengumumkan rencana mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar untuk menambah modal. Rencana itu terpaksa dilakukan karena banyaknya klien mereka yang tiba-tiba menarik simpanan.

Kabar tentang ambruknya SVB ini dengan cepat menyebar ke penjuru dunia. Bayang-bayang bakal terjadinya krisis global tersaji lagi di depan mata. Memori masyarakat global kembali diingatkan krisis tahun 2008. Kolapsnya SVB bahkan dinilai sebagai kegagalan terbesar sejak krisis keuangan tahun 2008/2009.              

Sebagaimana diketahui, krisis keuangan global tahun 2008/2009 menyeret AS dan dunia ke dalam jurang resesi. Krisis yang ditandai dengan ambruknya Lehman Brothers, institusi finansial di AS yang sudah beroperasi lebih dari 100 tahun.

Kabar ambruknya SVB ini menjadi tantangan tersendiri mengingat dunia belum bisa dikatakan benar-benar pulih pasca dihantam badai Covid-19. Sektor ekonomi rata-rata masih mengalami kelesuan. Bank sentral di masing-masing negara bahkan harus beradu pintar untuk mengutak-atik kebijakan agar bisa bertahan di kondisi yang tidak menentu seperti sekarang.       

IHSG di ujung tanduk?

Berita-berita buruk semacam ini jelas paling tidak disukai para pelaku pasar modal di manapun, termasuk di tanah air. Bursa saham dikenal sangat sensitif bahkan cenderung reaktif terhadap berbagai isu/berita yang terjadi di tingkat nasional dan global.

Tak heran di beberapa media sosial termasuk komunitas-komunitas investor sudah mulai muncul pertanyaan serta dijadikan pembahasan mengenai seberapa besar dampak ambruknya SVB terhadap IHSG.

Bursa saham kita sebagaimana diketahui dalam beberapa waktu belakangan ini bisa dikatakan masih belum kemana-mana, bahkan cenderung mengalami penurunan. Setelah sempat menyentuh angka tertinggi 7000 akhir tahun lalu, kini IHSG ada di level 6765.     

Awal-awal tahun seperti saat ini biasanya menjadi salah satu momentum kenaikan IHSG karena adanya sentimen pembagian dividen. Para investor biasanya diliputi rasa optimis dan keberanian yang tinggi untuk membeli saham karena adanya harapan mendapat dana segar dari dividen dalam waktu singkat.

Pasca kabar buruk SVB, keadaan bisa berbalik. Rasa optimis yang biasanya dimiliki para investor malah berubah menjadi pesimis atau minimal lebih menahan diri sambil mengamati situasi (wait and see).

Lebih menarik lagi jika dikaitkan dengan rencana otoritas bursa baru-baru ini yang ingin mengembalikan sistem bursa saham kembali ke masa sebelum Covid-19. Sebagai pengingat, bursa saham sempat membuat kebijakan kenaikan/penurunan harga saham yang tidak simetris sebagai upaya mencegah harga saham/IHSG anjlok parah.

Sebagai ilustrasi, saham A dibatasi kenaikan harga sahamnya sampai maksimal 25 % dalam sehari. Namun untuk penurunannya, saham tersebut dibatasi hanya sampai 6 %. Saat menyentuh batas-batas tersebut, maka transaksi jual-beli secara otomatis terhenti.

Dengan demikian saat normalisasi sudah diberlakukan, penurunan harga saham maksimal bukan lagi 6 %, melainkan 25% juga dalam sehari sama seperti batas kenaikan harganya alias simetris.

Kembali lagi, pasca ambruknya SVB dan bayang-bayang bakal terulangnya krisis global 2008/2009, apakah otoritas bursa akan tetap maju dengan rencana tersebut atau justru menunda?  

Peluang (?)

Andai krisis benar-benar terjadi dan IHSG turun dalam lagi seperti tahun 2008/2009, apa yang bisa dilakukan investor saham? Apakah harus ikut-ikutan panik dan berlomba menjual saham yang dimiliki?   

Para investor legendaris dunia seperti Warren Buffett atau investor tenar di tanah air yaitu Lo Kheng Hong justru punya pendapat berbeda. Mereka justru senada mengatakan saat-saat terjadinya krisis dan turunnya harga saham secara signifikan bukanlah masalah, melainkan bisa menjadi peluang besar.

Saat krisis dan kepanikan, harga-harga saham biasanya akan terjun bebas. Saat itulah investor yang bijak dan mampu bersikap tenang, bisa mengambil kesempatan dengan membeli saham-saham perusahaan bagus di harga paling murah.

Faktanya bahwa IHSG sudah melewati berbagai krisis misalnya akibat krisis ekonomi 1998/1999 dan 2008/2009. Bahkan saat Covid-19 sedang melanda, IHSG juga ikut-ikutan turun sampai ke level terendah.

Harus diingat bahwa kepanikan yang menimbulkan penurunan tersebut tidak akan permanen. Sesudahnya, IHSG akan kembali pulih dan menyentuh angka-angka tertingginya. Berbahagialah mereka yang mampu bersabar dan tidak ikut-ikutan panik menjual saham di saat krisis.

Ambil contoh lagi saat terjadinya Covid-19. Waktu itu, IHSG kita dilanda kepanikan luar biasa. Banyak investor yang mencoba "menyelamatkan" uangnya dengan cara menjual saham yang dimiliki, entah dalam posisi untung atau rugi.

Saat itulah kita melihat harga saham perusahaan-perusahaan raksasa seperti Bank BRI, Bank BNI, Telkom dan lainnya terus turun hingga menyentuh harga terendahnya, setengah dari harga saat ini.

Kabar baiknya adalah mereka yang berani membeli saham perusahaan-perusahaan tersebut saat penurunan dahsyat itu terjadi, otomatis sudah bisa menangguk untung satu kali lipat atau istilahnya "one bagger" setahun kemudian. Nikmat sekali, bukan?

***

Jambi, 12 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun