Dan efektifitas vaksin kombinasi ini adalah sama baiknya dengan vaksin tunggal yang telah lama kita kenal dan kita pergunakan hingga saat ini.
2. Untuk apa vaksinasi ? Karena banyak penyakit infeksi yang telah dibasmi dan tidak ditemulan lagi dimuka bumi.
Faktanya:
Jangan pernah bertaroh untuk ini, karena meskipun angka cakupan vaksinasi di Indonesia juga dunia telah cukup tinggi, namun tetap saja terjadi kejadian luar biasa suatu penyakit infeksi yang telah lama mereda atau "hilang", tiba-tiba merebak dan terjadi di suatu tempat di Indonesia, misalnya pada tahun 2005, terjadi kejadian luar biasa, penyakit lumpuh polio yang terjadi di dusun Cidahu yang terpencil di Sukabumi, dan baru-baru ini juga terjadi kejadian luar biasa penyakit difteri di Jawa Timur dan pulau Madura, yang menyebabkan bayi meninggal dan sekian ratus bayi dan anak yang harus dirawat dirumah sakit.
Kemudian, bayi atau anak yang tidak mendapatkan vaksinasi juga akan menyebarkan bibit penyakit kepada anggota keluarga lain yang rentan, misalnya menyebarakn bibit penyakit kepada bayi yang berusia dibawah 6 bulan hingga ke kakek atau neneknya yang sudah berusia lanjut diatas 60 tahun, yang sangat rentan terhadap penyakit infeksi.
Saat ini telah ditemukan angka penyakit batuk rejan atau batuk seratus hari yang meningkat, ini karena anak anak yang telah berusia diatas 10 tahun tidak memdapatkan suntikan vaksin batuk rejan penguat lagi (suntikan booster), sehingga mereka menjadi sumber infeksi dan menularkan kuman batuk rejan kepada anggota keluarga yang berusia lanjut ini. Maka US CDC juga Ikatan Dokter Anak sangat menganjurkan suntikan penguat vaksinasi batuk rejan pada anggota keluarga untuk mencegah penularan penyakit batuk rejan diantara anggota keluarga itu sendiri (cocoon strategy).
3. Vaksin bisa menimbulkan Autisme dan gangguan lainnya pada bayi
Ketakutan akan vaksin MMR yang diduga bisa menimbulkan kelainan Autisme bayi dan anak telah dimulai sejak ada publikasi di Inggris beberap tahun yang lalu, dan ketidak-benaran hubungan sebab akibat vaksin MMR dengan kejadian Autisme, telah dibuktikan dengan banyak penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan diseluruh dunia, dan banyak pernyataan resmi dari badan internasional seperti US FDA, US CDC dan juga di Indonesia seperti IDAI yang dengan tegas membantah hubungan sebab akibat vaksin MMR dengan kejadian Autisme ini.
Menurut Dr. Offit bahwa Autisme memang cenderung timbul pada tahun pertama kehidupan dan pertumbuhan bayi, sehingga pemberian vaksin MMR tidak otomatis menjadi penyebab timbulnya gangguan Autisme bayi. Juga terbukti dari 14 buah penelitian, bahwa setiap bayi baik yang mendapat atau yang tidak mendapat vaksin MMR, mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk mendapat gangguan Autisme. Sama halnya dengan kekuatiran terhadap hubungan vaksin dengan kejadian Sudden Infant Death Syndrom (SID), setelah dilakukan penelitian mendalam, ternyata hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan pemberian vaksin, karena pada tahun pertama kehidupan seorang bayi, banyak hal dan perubahan yang bisa terjadi pada semua organ tubuh bayi yang sedang bertumbuh dan berkembang untuk menjadi lebih matang dan sempurna. Dan kebetulan pada masa tahun pertama kehidupan bayi telah diberikan beberapa jenis vaksin untuk melindungi dirinya terhadap serangan bibit penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan mudah dengan pemberian vaksin, sehingga serta merta vaksin menjadi tudingan sebagai penyebab semua kejadian ini.
4. Ketakutan bayi akan tertular penyakit dari vaksin yang disuntikkan