Mohon tunggu...
Imron Rosyadi
Imron Rosyadi Mohon Tunggu... Guru - Guru ngaji

kompasiana jembatan ilmu di manapun anda berada

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kontemplasi 2022 Menuju Resolusi 2023

5 Januari 2023   10:00 Diperbarui: 5 Januari 2023   10:03 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya lahir pada bulan Januari. Tepat tanggal tujuh setelah puluhan  tahun silam. Ya, tahun-tahun usang yang telah berlalu, lalu hilang begitu saja bagai asap sebuah perapian. Membubung ke udara, kadang tipis, kadang tebal, lalu hilang di awang-awang, menyatu dengan bumantara.

Saya memang tidak pernah peduli dengan perayaan hari ulang tahun atau yang sejenisnya, tapi setidaknya saya selalu ingat, bahwa bulan Januari adalah salah satu moment penting dimana keberadaan saya di dunia ini mulai diperhitungkan. Walaupun bukan pejabat, umara, ulama atau para tokoh cerdik cendikiawan yang memandang, setidaknya kedua orang tua yang mengukir jiwa raga saya, memikirkan bagaimana kehidupan saya, bahkan harus berdarah-darah dalam rangka memperhitungkan keberadaan saya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berwasiat kepada para pengikutnya, bahwa barang siapa yang hari-harinya sekarang lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Dan barang siapa yang hari-harinya sekarang sama dengan kemarin, maka dia adalah termasuk orang yang merugi. Kemudian jika ada seseorang yang hari-harinya sekarang lebih jelek dari kemarin, Rasulullah shallallahu alaihi wasalllam memasukkanya ke dalam golongan orang terlaknat.

Konon, seorang perdana menteri Britania Raya. Winston Churchill. Ia adalah seorang politikus, juga pemimpin militer. Ia pernah berjaya bersama pasukannya dalam hiruk pikuk perang dunia kedua. Ia berkata : "Semakin jauh engkau melihat ke belakang, maka akan semakin luas pandanganmu ke depan".

Siapapun dia, figur ketokohannya layak mendapatkan apresiasi. Bagaimana ia mengembangkan pola pikir kontemplasi yang kemudian menjadi acuan perubahan di masa depan. Ia bergerak dan selalu berintrospeksi, lalu memilah dan memilih sisi kebaikan masa lalu dan menjadikannya sebagai tumpukan sisi-sisi tembok kebaikan yang dibangun untuk meraih kejayaan di masa depan.

Sebuah momentum kesedihan menjadi awal tulisan ini. Pada sabtu sore, 26 November 2022. Telah wafat seorang ayah yang paling saya cintai. Sebuah musibah yang menjadi titik awal refleksiku 2022 dan resolusiku 2023. Allah Azza wa Jalla lebih sayang kepada beliau. Sejak itu, beliau tidak dapat lagi bercerita panjang untuk sebuah petuah atau wejangan sebagaimana hari-hari yang kami lewati bersama.

Doa-doa terbaik saya pohonkan kepada Allah Azza wa Jalla untuk kesejahteraan beliau. Agar senantiasa mulia dan bahagia di alam surgawi. Di tempatkan di sebaik-baik maqam di sisi-Nya. Diakui sebagai umat nabi akhir zaman. Sang penghulu yang diutus dengan segala rahmat dan kasih sayang. Aamiin... Ya rabbal Alamiin.

Pergantian waktu adalah sunnatullah. Konsepnya tertuang dalam firman (QS.3: 40) Allah Azza wa Jalla yang Maha mengatur segalanya. Menciptakan putaran waktu demi waktu, hari ke hari, pekan demi pekan, bulan berganti bulan dan tahun demi tahun. Semuanya itu memiliki makna filsosifi dahsyat. Bahwa dalam proses pergantian waktu terdapat pembagian giliran keadaan kehidupan sebagaimana sering dikatakan oleh banyak orang bahwa roda kehidupan itu berputar.

Tidak banyak yang dapat saya bingkai dalam suguhan tulisan ini. Hanya sedikit tentang CITA, RASA, CINTA, ASA, CIPTA dan KARSA. Pertama. Cita-cita utama adalah ridho Allah. Berharap selalu diliputi kasih sayang Allah Ar-Rahman Ar-Rahim. Sang pemilik seluruh cinta kasih, yang mencurahkan kasih tak pilih kasih. Yang Maha Bijaksana, Dzat Pencipta kehidupan dan kematian yang diciptakan sebagai bentuk ujian kenaikan derajat bagi insan yang beriman. Kasih-Nya yang tak lekang oleh waktu, Sayang-Nya yang tak tersekat oleh ruang.

Maka dalam setiap hembusan nafas ini, di setiap detak jantung ini, hamba memohon hanya ke haribaan-Nya subhanahu wa ta'ala, agar Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya, baik dalam bentuk "syurga" di dunia, maupun syurga yang sebenarnya, di keabadian hidup setelah kehidupan yang fana ini. Hamba memohon agar hidup ini senantiasa dalam celupan-celupannya-Nya. Hamba menghiba agar  cita-cita setelah ridho-Nya adalah penghambaan. Apapun yang sedang dan akan saya kerjakan adalah merupakan bentuk perwujudan dari manifestasi cinta kasih Azza wa Jalla.

Cita berikutnya adalah tentang rasa. Tumpuan awal dari seluruh keindahan di dunia ini adalah rasa. Seindah apapun untaian ratna mutu manikam, jika rasa tak menghendaki maka ia tidak akan bertengger di kepala menjadi sanggul di rambut sang pengantin. Begitu juga dengan daging kambing misalnya. Sehandal apapun sang koki meracik bumbu untuk menghidangkan daging kambing dengan tampilan tekstur dan kelezatan yang istimewa, jika lidah dan mulut tidak berkenan mencicipi, maka boleh jadi daging kambing itu tidak akan dimakan juga.

Berbeda jika ada faktor terpaksa atau dipaksa. Terpaksa suka dengan permata karena iming-iming substansi material duniawi. Atau terpaksa makan daging kambing karena faktor sosial budaya, pesta pernikahan, jamuan resepsi dan sebagainya. Maka bisa jadi, cita rasa yang dipaksakan tidak akan menghadirkan sebuah kebahagiaan ataupun kedamaian dalam sanubari.

Rasa dalam hal ini muncul dari interpretasi atas tadabbur firman Allah (QS 3:14) Yaitu tentang desakan keinginan, kemauan yang kuat, gejolak hasrat, rasa yang terbersit dalam kalbu yang dikaruniakan sebagai penghias dalam hidup di dunia. Dalam bahasa arab disebut syahwat. Hubbussyahawat merupakan suatu  rasa senang atau sejenis rasa bahagia terhadap sebuah gejolak hasrat yang disematkan pada dzauq (indera) manusia.

Secara KBBI, syahwat bermakna keberahian atau keinginan bersetubuh. Namun dalam hal ini sebagaimana Prof, Quraisy Shihab menjabarkan dalam bukunya yang berjudul "Islam Yang Saya Fahami" yaitu keinginan atau dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk meraih sesuatu yang ia inginkan agar dia senang. Orang yang tidak mampu mengendalikan syahwatnya, maka ia akan terbelenggu oleh gejolak keinginan mempertuhankan dunia.

Berbeda dengan rasa yang dikaruniakan Allah untuk para hambaNya di kehidupan syurga. (QS 43: 71) Dimaksudkan dalam redaksi kalamullah "maa tasytahihi al anfusu wa taldzdzu al a`yunu" adalah keindahan cita rasa yang seluas-luasnya. Tanpa ada lagi sekat forbidden, bahkan tidak ada sedikitpun rasa bosan atau jenuh dengan karunia yang tak terhingga itu.

Maka permohonan rasa nyaman dan damai, yang selalu saya pintakan kepada Rabbul Izzati,yang Maha mombolak-balikkan hati, agar senantiasa Allah Azza wa Jalla karuniakan kepada saya kenyamanan, kecocokan cita rasa dalam segala hal yang sedang saya kerjakan, baik sekarang ataupun  di waktu yang akan datang. Cocok dengan rasa makanan,  minuman dan segala asupan lidah. Cocok dengan bebauan alam yang hadir di lingkungan dimana saya berada, dan cocok dengan cita rasa kalbu  ketika berinteraksi dengan makhluk apapun dan siapapun yang hadir dalam kehidupan saya. Cocok dan nyaman  dalam segala hal ihwal kehidupan lahir dan batin.

Dua hal diatas, Jika dikaitkan antara keduanya. Maka terbentuklah sebuah kata majemuk yaitu "cita rasa". Persamaan kata cita rasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kecenderungan, kegemaran, kehendak, kemauan, kesukaan, pilihan, selera. Cita rasa merupakan atribut makanan yang didalamnya mengandung rasa, bau, tekstur, suhu, dan penampakan makanan tersebut. Cita rasa adalah suatu bentuk kerja sama antara lima macam indera manusia, yaitu penciuman, penglihatan, perasa, pendengaran, dan perabaan (Stanner & Butriss, 2009:23).

Saputra mengatakan bahwa cita rasa merupakan hasil dari kerja sama indera manusia lebih tepatnya indera perasa, yang pada umumnya terdapat empat perasa yaitu asin, manis, pahit serta asam. (Saputra dkk, 2015) Kemudian, Saya kaitkan dengan kata berikutnya. Yaitu cinta. Maka terbentuklah sebuah susunan kata "cita rasa cinta".

Pepatah jawa mengatakan "witing tresno jalaran soko kulino, witing mulya jalaran wani rekasa". Awal dari sebuah cita rasa cinta adalah karena terbiasa, dan awal dari sebuah kemuliaan adalah karena berani sengsara.

Saya sadar, bahwa bahagia dan sengsara yang berkelindan di kehidupan 2022 saya, sebagian besar adalah karena cita rasa cinta. Cinta yang dikaruniakan kepada saya sebagai rasa, rasa yang disematkan pada dzauq sebagai penghias dalam harmoni kehidupan saya, rasa cinta terhadap lawan jenis, putra-putri sebagai keturunan nasab, serta berbagai materi dan gemerlap duniawi. Dan sudah sewajarnya jika cita rasa cinta itu muncul dan bersemat dalam sanubari saya, sebagai penghias pada syahwat kehidupan duniawi saya.

Namun selama ini, kehadiran cita rasa cinta tersebut saya sikapi dengan mengecap dan merawatnya secara logika akal kemanusiaan saja. Sehingga hampa tak berkesudahan selalu melanda di relung kalbu sanubari saya. Maka, resolusi cita rasa cinta 2023 saya adalah mengembalikan seluruh rasa kepada sang pemiliknya. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla menjanjikan sebaik-baik tempat untuk kembali, tempat yang berisikan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dengan berbagai rasa. Tempat dimana dijanjikan para bidadari untuk memanjakan kesempurnaan cita rasa cinta dari sang Maha Cinta.

Dari rangkaian kisah cita rasa cinta yang telah berpaut, saya hadirkan satu hal yang disebut "asa". Asa disebut dalam KBBI bermakna harap(an); semangat. Maka asa dalam hal ini adalah sebuah resolusi yang dalam jangka pendek adalah harapan 2023.

Mengingat kembali tentang bahagia dan sengsara, saya ingin mengaitkan kalimat asa dengan firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an. Bisa ditemukan beberapa kalimat "asa" di dalam wahyu yang jika diinterpretasikan dapat bermakna support, motifasi dan harapan positif. Support asa tentang wanita, kemuliaan, perang atau sifat kesatria, dan masih banyak lagi asa-asa yang lainnya.

Satu hal tentang kalimat "asa" dalam Al-Qur'an yang musti menjadi catatan penting penting dalam resolusiku 2023, bahwa Allah Maha Mengetahui tentang apapun yang saya tidak ketahui. Maka sebagaimana (QS 2:216) tentang segala hal yang saya suka, tapi belum tentu hal itu baik untuk saya. Begitu pula sebaliknya segala hal yang saya benci, yang kadang menghadirkan resah, gelisah, belum tentu hal itu jelek untuk saya. Yang pasti, apapun yang Allah karuniakan untuk saya, tentunya itu adalah hal terbaik yang harus saya rawat dan saya syukuri. Tidak ada asa terindah kecuali hanya mardhatillah. Lain dari itu, berharap sewajarnya saja, agar jika suatu saat asa yang lain itu hanya mengajakku bercanda, maka saya masih bisa tersenyum bahagia.

Sekian banyak cita, rasa, cinta dan asa yang terbersit di dalam kalbu. Kiranya tidak akan mendobrak pola pandang positif kecuali dengan prinsip perubahan. Firman Allah (QS 8;53) dan juga (QS 13:11) menjadi sebuah intro maker sebagai husband, father, brother and friend
"be the change you want to see in the world"   bukan hanya sekedar menjadi menjadi tulisan tebal saja, akan tetapi bergegas mencipta selalu berbagai kreasi dalam menapak kemajuan dalam perjalanan kehidupan menuju masa depan.

Teringat pesan seorang teman penghafal Al-Qur`an. Jangan pernah berhenti walupun hanya sekali. Lalu teringat wejangan hadist qudsi dari sang Murabbi mbah yai Abdullah Faqih rahimahullahi rahmatan wasi`atan : "Harrik yadak Anzil alaika ar-rizq". Riyadhahnya :"astaghfirullah, Innahu kaana Ghaffara" minimal 70 kali dalam sehari.

Terakhir setelah semua ini adalah karsa. Allah azza wa jalla yang Maha Berkehendak. Allah yang Maha membolak-balikkan hati setiap makhluk-Nya. Allah yang karuniakan cita rasa cinta, asa dan cipta serta karsa. Hamba hanya berharap dengan sepenuh do`a. Ya Rabb, tetapkanlah hati ini agar senantiasa berpegang teguh dengan agama-Mu. Menghirup udara dunia bersama rahmat dan Ridha-Mu. Menjalani hidup dengan detak jantung yang senantiasa bertasbih mengingat-Mu dan  dan meniti waktu yang sementara ini senantiasa dengan celupan-Mu.

Jakarta, 27 Desember 2022

Imron Rosyadi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun