PENDAHULUAN
Muhammad Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam adalah seorang hamba Allah. Seorang manusia yang memiliki naluri, fungsi, fisik dan kebutuhan yang sama sebagaimana manusia yang lain. Akan tetapi secara sifat dan keagungannya, beliau memiliki kedudukan istimewa, mendapat bimbingan Allah, diutus secara khusus ditujukan kepada bangsa Arab yang ummi, bangsa yang hampir tidak mengenal baca tulis. Allah subhanahu wa ta`ala memberikan nikmat dan karunia yang sangat besar kepada mereka yang sebelumnya tidak berilmu dan tidak berada dalam koridor kebaikan. Sebagaimana Firman Allah :
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ
Terjemahan
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS Al-Jumu`ah:2)
Maka, segala rahmat ta`dzim serta puji-pujian salam, senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita. Dialah sang penghulu alam, Nabi Muhammad shallallahu alaiahi wasallam. Yang diutus sebagai rahmat untuk seluruh semesta alam. Nabi yang senantiasa mencintai kebaikan, menginginkan kebaikan agar melekat erat pada umat. Beliau yang ummi, utusan Allah yang selalu berusaha keras menyampaikan kebaikan, selalu bersemangat menyampaikan risalah sebagai petunjuk jalan hidup. Dan berusaha keras menjauhkan umatnya dari segala hal keburukan. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur`an :
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْم
Terjemahan
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. (QS At-Taubah;128)
Semoga kelak kita Dikumpulkan bersama Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam. Diakui sebagai umatnya. Berdiri di bawah panji-panji Al-Qur`an dan sunnah. Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa menetapkan keteguhan Iman dan Islam dalam hati sanubari kita, yang rentan dengan segala macam godaan duniawi.
Pembahasan
Allah Azza wa Jalla. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sungguh Allah sangat Mencintai manusia sebagai makhluk-Nya. Diturunkan-Nya Al-Qur`an sebagai mukjizat kepada sang kekasih, nabi akhir zaman Muhammad shallallahu alaiahi wasallam. Seorang hamba Allah, kekasih pilihan Allah, yang diutus untuk menyampaikan wahyu, mengajarkan Kitab Al-Qur`an yang bukan hanya menjadi petunjuk perundang-undangan bagi umat manusia, tetapi juga sebagai obat dan tuntunan dalam mengarungi kehidupan. Konten-konten pedoman hidup yang tersirat dan tersurat dalam Al-Qur`an, diaplikasikan dalam perjalanan sirah nabawi. Tidak ada keraguan sedikitpun terhadap kitab Allah.
Maka, semenjak wahyu pertama turun kepada nabi Muhammad shallallahu alaiahi wasallam, (QS Al-Alaq:1-5), bahwa pondasi dasar konsepsi Islam berdasar pada ilmu dan pengetahuan, dan sebagai tujuan diutusnya sang Nabi untuk membawa umat dari alam kegelapan menuju nuansa ilmu dan peradapan yang cemerlang.
Terlebih setelah turun wahyu berikutnya. (QS. Al-Muddastir 1-7). Nabi Muhammad shallallahu alaiahi wasallam yang kemudian bergerak menyingsingkan lengan baju. Berdakwah atas nama perintah Allah Azza wa Jalla. Sejak itulah, Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam tidak pernah lagi mempedulikan bagaimana kondisi pribadinya, beliau melewatkan waktu-waktu istirahat, mendera beban teramat berat, kelelahan yang tiada tara. Selama kurang lebih 25 tahun beliau mengesampingkan kelezatan duniawi. Beliau tidak hidup hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tidak bermewah-mewah tapi selalu bersahaja. Berdakwah kepada Allah, menginginkan umat manusia berjalan di koridor kebaikan sesuai petunjuk pedoman kitabullah Al-Qur`an Al-Karim.
Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam adalah manusia pilihan Allah yang memiliki banyak peran, mengemban berbagai tugas dalam kehidupan. Beliau sebagai Qudwah panutan, komandan perang, hakim dalam setiap pelik dan delik permasalahan umat, dan masih banyak berbagai peran kehidupan lainnya. Beliau juga seorang suami dan seorang pengusaha yang berbisnis layaknya manusia biasa. Namun dari berbagai peran kehidupan yang beliau sandang, peran guru adalah jabatan esensial yang beliau emban semenjak wahyu pertama diturunkan.
Sebagaimana tersurat dalam Al-Qur`an Surat Al-Jumu`ah ayat 2 di atas, Setidaknya, terdapat tiga peran utama yang disandang atas Diutus-Nya Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam. Yakni untuk :
- Membacakan ayat-ayat Allah kepada kaum ummi arab jahiliyah.
- Membersihkan mereka dari aqidah dan akhlak yang buruk.
- Mengajarkan kepada mereka Al-Qur`an, Sunnah dan tujuan serta pengertian syariat Islam dan berbagai rahasianya.
Ketiga peran Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam tersebut dapat disimpulkan dalam satu kalimat yaitu “mendidik”. Maka tidak heran jika Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam sangat mengedepankan dakwah dan tarbiyah kepada para sahabat. Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam smengutamakan ilmu dan pendidikan serta menganjurkan umatnya agar senantiasa belajar dan menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama dalam kehidupan.
Hal ini dapat dilihat dalam konsensus sejarah sirah nabawiyah. Betapa besar himmah perjuangan dakwah dan tarbiyah dalam periode awal perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam. Mulai dari menyampaikan dakwah kepada kerabat dekat, lalu kepada para sahabat, dan kemudian kepada para kaum lemah minoritas yang teraniaya. Intimidasi dari kaum Quraisy yang selanjutnya memaksa kepada Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam dan para sahabat, untuk melaksanakan pembelajaran secara personal dan sembunyi-sembunyi. Rumah Al-Arqam bin abi Al-Arqam radhiyallahu anhu yang letaknya tersembunyi di bawah bukit shafa menjadi pilihan strategis, sebagai tempat berkumpulnya para sahabat yang selalu dahaga terhadap ilmu dan pembelajaran tauhid yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam.
Sebagai seorang pendidik, Nabi Muhammad shallallahu alaiahi wasallam mengajarkan seluruh konten pembelajaran kepada umat dengan aplikasi yang nyata. Menyampaikan risalah dan setelah menerapkannya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Ketika ibunda Aisyah radhiyallahu anha ditanya tentang karakter Nabi shallallahu alaiahi wasallam, maka beliau menjawab “akhlak beliau adalah Al-Qur`an”. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akhlak Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam adalah “Al-Qur`an berjalan”.
Ketika Al-Qur`an berbicara tentang iman dan Islam, Maka Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam adalah manusia pertama yang mendarah daging memancangkan konsepsi Iman dan Islam dalam hati sanubari, dan mengamalkannya secara ihsan dan ihlas dalam bentuk amalan perbuatan. Ketika Al-Qur`an berbicara tentang ibadah salat, maka Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam adalah teladan utama dalam melaksanakan ritual ibadah salat, baik fardhu ataupun nafilah . Bahkan kisah sayidah Aisyah radhiyallahu anha yang menceritakan tentang bagaimana kaki Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam bengkak, saat melaksanakan ibadah salat di sebagian malam. Semua itu adalah bukti real dan nyata bahwa Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam adalah teladan utama. Guru pertama yang harus ditiru dan dijadikan role model dalam prinsip dan konsep kehidupan manusia akademis. dalam mengarungi lika-liku kehidupan di dunia demi cita-cita mulia untuk menggapai mardhotillah Azza wa Jalla.
Setiap kesempatan, ruang dan waktu dalam lini kehidupan Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam, beliau gunakan dengan sebaik-baiknya untuk mendidik, memberikan pelajaran yang sangat berharga. Mematangkan mukjizat kepada para sahabat teladan. Beliau tidak mengkhususkan waktu belajar mengajar pada waktu-waktu tertentu saja, melainkan seluruh hidupnya ditransformasikan dalam bentuk institusi pendidikan yang agung kepada para sahabat.
Hadist riwayat Muslim mengisahkan, ketika Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam sedang berkumpul dengan para ummahatul mukminin, para isteri-isteri Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam yang sedang gelisah karena sedang membicarakan tentang nafkah seorang suami (nabi) kepada para isterinya. Para sahabat berada di depan rumah Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam. Tidak satupun sahabat diziinkan masuk ke kediaman beliau. Sampai kemudian datang Abu bakar Ash-Shidiq radhiyallahu anhu sebagai orang tua sayidah Aisyah radhiyallahu anha. Dan menyusul hadirnya Umar bin Khathab radhiyallahu anhu selaku wali dari ibunda Khafsah radhiyallahu anha, Umar bin Khathab radhiyallahu anhu yang kemudian berkata kepada Rasulullah shallallu alaihi wa sallam guna mencairkan suasana, ditengah berkumpulnya para isteri Rasulullah shallallu alaihi wa sallam, bahwa Ia akan memukul tengkuk wanita yang meminta nafkah berlebihan kepada suaminya. Akan tetapi hal itu disikapi dengan sangat bijaksana oleh Rasulullah shallallu alaihi wa sallam. Yaitu dengan berkata :
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
Terjemahan : Sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk memaksa dan menjerumuskan, akan tetapi Allah mengutusku untuk mendidik dan memudahkan. (HR Muslim: 2703)
Begitu juga diriwayatkan dalam Hadist Muslim, bagaimana sahabat Mu`awiyah radhiyallahu anhu memuji dan mengapresiasi metode pengajaran Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam kepada para sahabat. Ketika itu Sahabat Mu`awaiyah bin Al-Hakam Assulami, sedang melaksanakan salat berjamaah bersama Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam dan para sahabat. Tiba-tiba Mu`awiyah mendengar suara orang bersin dari salah satu sahabat dalam jama`ah salat. Maka Mu`awiyah radhiyallahu anhu segera mendoakan sahabat tersebut dengan ucapan doa “yarhamukallah” di dalam shalatnya. Sejenak para jamaah memandang sinis kepada Mu`awiyah yang di anggap melakukan kesalahan karena berbicara di dalam salatnya, lalu menepuk paha mereka dengan kedua tangan. Sedangkan kalimat yang boleh diucapkan dalam salat hanyalah takbir, tahmid dan bacaan Al-qur`an. Betapa kecut hati sahabat Mu`awiyah radhiyallahu anhu saat itu, karena melakukan kesalahan dan merasa akan mendapat teguran dari Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam. Namun seusai salat justru Rasulullah shallallahu alaiahi wasallam sama sekali tidak menghardiknya dan tidak mencela karena sebab kesalahan yang dibuatnya. Maka berkatalah sahabat Mu`awiyah radhiyallahu anhu :
مَا رَأَيۡتُ مُعَلِّمًا قَبۡلَهُ وَلَا بَعۡدَهُ أَحۡسَنَ تَعۡلِيمًا مِنۡهُ. فَوَاللّٰهِ، مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي
Terjemahan : aku tidak melihat seorang pengajar pun sebelum dan sepeninggal beliau yang lebih baik cara mengajarnya daripada beliau. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, tidak pula mencelaku.
Dalam hal pendidikan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah banyak memberikan contoh suri tauladan. Banyak pelajaran dapat diambil dari hikmah sirah nabawiyah berkenaan dengan metode pendidikan, implementasi pendidikan ataupun motifasi semangat dapat diterapkan dalam lembaga formal di madrasah ataupun sekolah dan juga pendidikan informal dan nonformal, baik di lembaga pesantren ataupun di lingkungan rumah.
KESIMPULAN
Kita perlu melihat kembali sejarah pendidikan Islam, khususnya pada masa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sebagai bahan komparatif dan referensi bagi perkembangan pendidikan Islam khususnya di negeri ini, dalam kurun milenial dan zilenial dewasa ini. Kancah persaingan ekonomi global yang teramat nyata dan menggurita, akibat pesatnya perkembangan teknologi yang berakibat pada menurunnya tabiat pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sejarah membuktikan bahwa Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam berhasil mendidik orang-orang kafir Qurisy dalam kurun waktu yang sangat singkat. Kurang lebih 23 tahun beliau membina para kaum buta huruf tersebut dengan menggunakan sistem, teori dan langkah-langkah yang sistematis. Sistem dan teori inilah yang harusnya diungkap dan dijadikan falsafah pendidikan yang harusnya melekat dalam semangat lahir dan batin para insan akademika di negeri ini, agar dapat berhasil dalam kiprah turut serta membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Membina karakter sesuai dengan slogan yang dibangun dalam perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta, 13 Desember 2022
Imron Rosyadi, Lelaki setengah baya. Lahir di Tuban Jawa Timur. Menempuh pendidikan informal di Pondok Pesantren Langitan dan Pondok Pesantren Modern Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro dan Qism at-Takmili di LIPIA jakarta. Seorang ayah, teman, saudara dan seorang guru ngaji. Saat ini sedang menempuh Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam di STAI Binamadani Tangerang. Seorang yang menginginkan perubahan untuk bergerak maju di setiap zaman yang pesat melaju.
DAFTAR PUSTAKA
Syafiyyurrahman Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, penerjemah Agus Suwandi. Jakarta : Ummul Quro (2011)
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, (2012)
https://www.hadits.id/hadits/muslim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H