Satu katanya saja sudah mampu menguatkanku dari kepahitan yang terpendam 3 bulan yang lalu. Semua kebimbangan yang mengombang-ambing perih dihati kini terselesaikan sudah.
Kini  setiaku berbalas
Kini ia selalu menghangatkanku dengan kisah cinta Rasululloh dengan para istrinya. Ia pun memanjakan aku dengan berbagai syair-syair. Bagaimana ia mengajakku untuk terus mencintai yang  Maha untuk dicinta.
***
Menjelang maghrib sebelum matahari menenggelamkan diri diujung laut, senja hadir mewarnai isi bumi. Masih teringat tangis yang jatuh bersama gugurnya dedaunan setahun lalu, kini terulang kembali, aku berlari menerjang rerumputan, tetesan airmata yang jatuh tertinggal disetiap jejak yang kutapak  bersama semilir angin yang tak terlihat. Hingga langkahku terhenti di pohon yang sama kala aku  berikrar dalam hati untuk terus mencintainya hingga ajal memisahkan, namun sekarang hatiku benar- benar hancur berkeping- keping hingga kepingannya pun lenyap tersapu angin. Aku melihat suamiku duduk berdua dengan wanita lain menikmati debar senja yang tanpa mereka kira telah membakar rasaku. Wanita yang kulihat difoto dulu. Kenapa dahulu ku terlalu setia?  Hingga  setia kini pun tak berbalas.
Dan aku masih tak mengerti akan lakunya.
The end
***
- Kesetiaan adalah sebuah unsur pengabdian, kepercayaan dan cinta yang harus selalu ada dalam membina bahtera rumahtangga. Meski akhir dari sebuah kesetiaan terkadang tak selaras dengan harapan manusia, namun tak menafikan kepercayaan kita pada Sang Maha Penggenggam Cinta bahwa Ia telah mempersiapkan seribu bahkan sejuta  rencana yang lebih baik untuk hambaNya.
Fuwwah, 8 April 2012 . 02:49 WY
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H