Mohon tunggu...
D- Nyota
D- Nyota Mohon Tunggu... -

Tuhan akan selalu mencintai meski berkai kali dikhianati \r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Terampas dari Setiaku

29 Mei 2015   08:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku hanya mengerutkan dahi sambil menggeleng - geleng kepala berharap apa yang barusan ku dengar hanya omong kosong belaka.

Memang kecelakaan yang didera suamiku terjadi saat operasi yang dilakukan polisi di rumah bordir, para tersangka kabur dengan kendaraan masing-masing kemudian sesaat tertabrak truk yang berada didepan mereka dan diantara tersangka lainnya, suamikulah, tapi aku tak pernah menyadari sebelumnya sebab kecelakaan itu terjadi, sungguh sangat membabat iris hatiku, apakah orang yang telah hidup lama bersamaku ternyata mengkhianatiku?

***

Tetangga yang datang menjenguk menyarankanku untuk meninggalkan orang yang telah mengkhianatiku. Malah ada yang berharap agar suamiku mati saja daripada menanggung malu nantinya.

Pandangan sengit, umpatan bengis, hujatan yang mengiris hati tak henti-hentinya menjadi hal biasa yang sehari-harinya harus ku tanggung, meski begitu aku masih tetap setia mendampingi suamiku yang terbaring, aku masih menunggu jawaban semua ini dari mulutnya. Hingga waktu bergulir telah terlewati dan nantinya akan terhenti menunggu jawaban yang tak pasti. Karena aku percaya padanya.

Ini bu barang bukti kalau suami ibu berkhianat, ketus tetangga terdekatku.

Ia menyodorkan sebuah foto yang ia kira suamiku, bersama cewek yang tak pantas ku utarakan bagaimana penampilannya. Astaghfirullah… hatiku goyah, inikah kenyataan yang kutunggu. Benarkah setiaku tak berbalas?. Aku menepuk-nepuk pipi sambil mengamati dalam-dalam foto itu. Bukankah tekhnologi sekarang begitu canggih, bisa saja foto ini hanya alibi palsu yang dibuat-buat untuk meruntuhkan rasa setiaku.

Alhamdulillah aku terbebas meski keraguan masih ada.

Aku teriakkan kata setia didinding langit yang luas.

Sejenak aku ingin menghirup udara segar keluar ruangan yang hanya terus menghadirkan kebimbangan yang belum tertuntaskan. Di bawah pohon yang rindang, aku duduk sambil menatap langit, tetes demi tetes  airmata mengalir tanpa ku pinta bak dedaunan yang jatuh satu persatu, mencoba melepas kesedihan yang tumpah dan telah lama disembunyikan. Hingga hembusan ikrar yang menyembul dari dalam jiwa menguatkan aku untuk tetap setia mencintainya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun