Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang anak SMA yang sedang berusaha lullus Ujian Nasional !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu Baru untuk Siti

22 Mei 2015   06:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ia bangun di tengah malam yang menggigil, sekadar melantunkan do’a dan amin untuk sebuah keajaiban. Ketakutannya terus menderu jiwa, menyerobot ke selipan jari yang menghitung dzikir. Tetes air mata mengalir melewati liku-liku keriputnya. Ia hanyalah wanita tua yang menjual do’a pada Tuhan yang pemurah.

***

“Jangan antarkan aku ke sekolah! Biar aku berangkat naik angkot. Aku tak mau setiap kali hanya menjadi lelucon teman-teman.” Siti berkata dengan penuh ketegasan dengan intonasi yang benar-benar serius pada ibunya.

“Baik. Ini uang sakumu,” Elina mengambil dompet di selipan lemarinya. “Kalau mereka menjadikanmu lelucon lagi, bilang saja kamu akan beli ibu baru,” suara parau Elina terlalu lemah untuk menembus hati Siti, siswa kelas 5 SD yang begitu polos dan keras.

***

Siti memang tak suka diantarkan wanita yang menyebut dirinya sebagai “ibu”. Karena akhir-akhir ini ia selalu diejek teman-temannya terlebih mengejek Elina, ibu Siti.

Semua ejekan itu berawal ketika teman-temannya yang usil menanyakan suatu hal yang seharusnya tak perlu dipertanyakan—karena sudah jelas jawabannya.

“Siti, mana ibu kamu? Masa’ setiap hari diantar nenekmu terus?” temannya yang lain terus menimpali dengan pertanyaan yang malah mengherankan hati Siti “Iya Siti, jangan-jangan kamu tidak punya ibu ya? tapi kamu kok punya nenek?” saat itu Siti menjawab dengan tegas dan penuh kepercayaan diri

“Aku punya ibu. Yang setiap hari mengantar itu bukan nenek tapi ibuku!”

Temannya malah tertawa terbahak-bahak. Mereka keheranan dan kemudian melancarkan ejekan “Hahahaha, ibumu kok sudah tua? Kalau punya ibu seperti aku dong, masih cantik, masih muda.”

“Kalau sudah tua namanya nenek bukan ibu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun