Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang anak SMA yang sedang berusaha lullus Ujian Nasional !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Wanita Pelukis Kehidupan

9 Mei 2015   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memandanginya dengan penuh haru. Tak kusangka ada perempuan seindah dirinya. Aku ingin bertanya pada ilalang, siapakah yang mengalahkan indahnya dunia? Aku ingin bertanya para kelinci, siapakah yang membuatmu meloncat-loncat dengan semangat? Dan aku juga ingin memberi pernyataan pada matahari, bahwa kini sudah ada yang mengalahkan kilaunya untuk menghidupi alam. Dia telah membuktikan bahwa ialah karya Tuhan yang tiada dua, tiga maupun seterusnya. Hanya ia seorang.

“Apakah kau tidak bosan melukis danau?” aku sedikit mencairkan suasana. “Barangkali kau mau melukis diriku, aku akan berpose layaknya model.”

Dia tertawa terbahak-bahak, melihatku meluncurkan lelucon yang menurutku sangatlah menyedihkan—lelucon yang tidak lucu sungguh sebuah petaka bagi pembuatnya—tapi ini berhasil.

“Kenapa hanya tertawa, jawablah.”

“Aku tidak pernah melukis danau, aku melukis kehidupan.”

“Oooh iya, aku lupa, apa kau tidak bosan melukis kehidupan?” tanyaku dengan keyakinan yang memudar.

Sekali lagi dia hanya menjawab dengan senyuman, senyuman yang tak menjelaskan apa-apa padaku. Senyuman yang menyimpan berbagai rahasia ganjil. Tapi aku menyadari sesuatu hal, dia menjelaskan makna yang berbeda melalui senyuman. Dia mengungkapkan keindahan yang sempurna. Aku harus berkata apa lagi dialah perempuan yang kini membuatku jatuh cinta, dia dan hanya dia.

Tuhan, kau telah tahu apa yang aku rasakan, dan aku tak bisa membohongi apa yang telah terpatri dalam dada, cinta ini membuatku semakin terkagum kepadamu, kepadanya dan kepada dunia. Jika ia kau kehendakkan untukku maka luruskanlah jalanku. Aku bersaksi pada apa saja yang telah kau ciptakan cintaku padanya tulus benar adanya.

Senja dengan perlahan menutup tirainya. Dan malam telah bangun dari tidurnya. Melati—perempuan yang baru-baru kukenal dengan tapak kaki yang sama seperti kemarin meninggalkan danau. Ia pulang. Untuk kesekian kalinya aku menikmati saat-saat dimana ia meninggalkanku. Meski juga meninggalkan rindu. Oooh, betapa aku ingin hari ini lekas berlalu dan esok lahir kembali. Rinduku kini terus bertumbuh hingga menggelitik, dan geli aku dibuatnya.

Aku menyebutnya wanita matahari, yang datang sesudah dibukanya cahaya dan pulang saat senja berkelana. Nampak terik kilaunya selalu menyambut setiap alam. Aku melihat binar-binar keindahan dalam senyumnya. Yang aku yakin tak ada lagi selain dia—dia seorang.

Minggu berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun