[caption id="attachment_314832" align="alignnone" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Lelucon apalagi yang kau suguhkan di panggung ini?
Di panggung negeri yang carut-marut oleh kepongahan nan keji
Kepongahan badut-badut dan memedi yang tersaji rapi lagi mistis
Juga para petinggi negeri yang tak lagi peduli pada situasi kritis
Yang membelit rakyat dan anak negeri
Tak ada balutan mendung yang menyisir angkasa raya
Tidak pula hujan penyejuk tetumbuhan yang pucat meranggas
Gerimis pun tidak, apalagi sambaran halilintar
Tiba-tiba saja para pejabat bermanja-manja
Minta jatah dan layanan ekstra: berobat ke luar negeri
Juga tak sungkan mendongkrak harga elpiji hingga melangit
Dan, seperti publik memprediksi
Demi mengais simpati yang tersandra kebijakan populis
Kau mentahkan dan cabut kemanjaan sehingga pejabat tak perlu berobat ke luar negeri
Kau anulir kenaikan harga elpiji yang selangit hingga memantik kegirangan pendamba subsidi
Lalu kau giring opini dan pencitraan, bahwa kau adalah pahlawan rakyat miskin
Di tengah kabut dan kalut euforia kebijakan yang bias
Di tengah pertarungan politik dalam hajatan demokrasi lima tahunan
Lewat corong koran, televisi, juga media online, dan media sosial yang kau punya
dengan lantang kau berseru:
"Wahai rakyat dan bangsaku
Kalian lihat dan saksikan sendiri
Betapa kami telah membela kepentingan kalian, rakyatku
Aku kalahkan kepentingan pejabat-pejabatku demi kepentingan kalian, rakyatku
Aku gulirkan lagi subsidi yang nyaris terhenti
Itu demi kalian, rakyatku
Tapi, satu pintaku
Jangan lupa dan ragu saat pemilu
:Dukung dan pilihlah aku"
Surabaya, 9 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H