Seperti biasa, pertama-tama, agar tidak kaku mari mendengarkan sebuah lagu. Kali ini dari Pink, judulnya Perfect. Sudah lama aku ingin menulis dengan iringan lagu ini, tapi baru kali ini sempat dan benar-benar tergerak. Lagu ini bercerita tentang sebuah "dukungan"; seseorang yang terus-menerus merasa hidupnya bermasalah sebenarnya tengah secara aktif terus-menerus membuat dirinya sendiri berada dalam masalah. Bangunlah, hentikan prasangka, pikiran, dan persaan-perasaan buruk itu!
Barangkali seseorang mengutuk hidupnya yang "salah" dan membuatnya terus-menerus "menderita"-tetapi percayalah, seperti pada Tuhan, Hidup adalah tentang apa yang kita sangkakan kepadanya. Jika kita terus menyangka bahwa hidup kita begitu menderita, kita akan menderita. Jika kita memandang bahwa hidup begitu indah dan penuh kebahagiaan, kita pun akan berbahagia.
Made a wrong turn, once or twice
Dug my way out, blood and fire
Bad decisions, that's alright
Welcome to my silly life
Mistreated, misplaced, misunderstood
Miss 'No way, it's all good', it didn't slow me down
Mistaken, always second guessing, underestimated
Look, I'm still around
Pretty, pretty please, don't you ever, ever feel
Like you're less than, less than perfect
Pretty, pretty please, if you ever, ever feel like you're nothing:
You're perfect to me!
Orang-orang di sekeliling kita, kalau kita tanyakan secara serius dan perhatikan bagaimana mereka menjalani hidup mereka masing-masing, akan segera kita ketahui betapa banyak yang merasa tidak beruntung, penuh masalah, tidak bahagia, dan seterusnya. Di kantor-kantor, kita melihat orang-orang yang setiap hari mengeluh soal pekerjaan-pekerjaan yang menumpuk dengan upah kerja yang tidak mencukupi. Di kafe-kafe, kita meilhat orang-orang yang murung atau mereka yang tertawa sambil menipu diri sendiri-boleh jadi kita iri pada banyak hal yang mereka miliki, tetapi kalau benar-benar ditelusuri rahasia-rahasia hidupnya: bisa jadi mereka juga tidak berbahagia dengan hidup yang mereka miliki. Di mal-mal, seperti apa yang kita lakukan, orang-orang berjalan menatap barang-barang di etalase dengan pikiran yang kosong; apa yang akan dilakukan, mau kemana pergi, apa yang diinginkan, bagaimana caranya mendefinisikan kebahagiaan, mereka tidak tahu. Ya, seperti kita juga tidak pernah mengetahuinya.
Pause.
Jadi, adakah seseorang yang tak punya masalah dalam hidupnya? Rasanya, tidak. Adakan seseorang yang sama sekali bersih dari najis dan dosa, di masa lalu atau masa kini? Rasanya, tidak. Adakah seseorang yang selalu beruntung dan terus-menerus berbahagia? Â Tentu saja: tidak!
Setiap orang, termasuk kita, pernah melakukan kesalahan, maka hidup adalah tentang memaafkan diri sendiri dan orang lain. Kita semua pernah membuat keputusan yang salah, sekali-dua, atau lebih banyak lagi, maka hidup adalah soal berhati-hati dan berjalan dengan penuh waspada. Tak ada seorangpun yang bersih dari najis dan dosa, Tuhan tahu itu, itulah sebabnya Dia menyediakan medium pertobatan. Bukankah setiap orang pernah bersedih dan menangis? Itulah cara hidup memperkenalkan makna tawa dan kebahagiaan. Ah, ya, seperti juga kita ketahui bersama, hidup adalah serangkaian peristiwa sedih dan bahagia, tangis dan tawa, pertemuan dan perpisahan yang terangkum dalam episode dan ceita-cerita... Lalu entah bagaimana cerita-cerita itu merangkai diri mereka satu sama lain, berjalin membentuk sebuah konfigurasi harmonis yang menampilkan diri kita: pikiran-pikiran, pengetahuan-pengetahuan, perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman...
Sampai di sini, kalau begitu, bukankah hidup adalah soal bagaimana kita memaknainya? Kita tahu bahwa hidup tak hanya didirikan dengan kaki kesedihan, ada kaki yang lain bernama kebahagiaan, lalu mengapa kita rela menjalani hidup hanya dengan satu kaki? Mengapa kita hanya berfokus pada kesedihan-kesedihan dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat? Mengapa kita rela membuat diri kita sendiri berjalan terpincang-pincang? Mengapa kaki yang lain tak pernah digunakan? Mengapa kita hanya bertumpu pada hal-hal yang sesungguhnya hanya akan membuat kita terus-menerus menderita, dan semakin menderita, dan semakin menderita, dan semakin menderita...
You're so mean, when you talk about yourself, you were wrong
Change the voices in your head, make them like you instead
so complicated look happy you'll make it!
Filled with so much hatred... such a tired game
it's enough! I've done all I can think of
Chased down all my demons, I've seen you do the same
Oh, pretty, pretty please, don't you ever, ever feel
Like you're less than, less than perfect
Pretty, pretty please, if you ever, ever feel like you're nothing:
You're perfect to me
Ya, ya, memang benar, pertama-tama kita harus menata diri sebelum berjalan dengan riang... kita harus membenahi yang berantakan dan terserak sisa kekalahan dan kesalahan yang kita alami dan lakukan. Benar, aku setuju itu. Tetapi mau sampai kapan? Dengarkan ini, sebagian kecil kenangan buruk memang harus kita simpan sebagai pelajaran, tetapi percayalah: sebagian besar yang lain harus kita tinggalkan dan lupakan! Bergeraklah, teruslah berjalan, jangan berkubang dalam lumpur penyesalan dan keragu-raguan... Kadang-kadang yang paling kita butuhkan untuk mencapai kebahagiaan adalah melupakan kesedihan dan kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Percayalah kau begitu berharga, maka ketika kau mengira dirimu tak berguna: enyahkan suara itu dari kepalamu! Hidup begitu melelahkan jika kau hanya mengisinya dengan rutuk dan kebencian, pada dirimu sendiri atau orang lain. Segeralah bergerak sebelum semuanya terlambat! Soal risiko, tak ada satupun di dunia ini yang tak memiliki risiko, besar atau kecil, yang harus kita lakukan adalah menabung keberanian dan mengumpulkan kekuatan untuk menyelesaikan risiko-risiko.
Ya, ya, aku tahu, hidup memang tidak mudah... tetapi semuanya akan jauh lebih sulit jika kau terus-menerus menganggapnya tidak mudah, bukan? Selesaikan. Ambillah keputusan. Pertimbangan-pertimbangan memang perlu, tetapi hanya mempertimbangkan saja tidak akan membuatmu menyelesaikan semua masalah: hanya menyebut-nyebut dan mengingat-ingat nama obat pusing tak akan menyembuhkan sakit kepala!
The whole world's scared so I swallow the fear
The only thing I should be drinking is an ice cold beer
So cool in line, and we try, try, try, but we try too hard and it's a waste of my time
Done looking for the critics, cause they're everywhere
They don't like my jeans, they don't get my hair
Exchange ourselves, and we do it all the time
Why do we do that? Why do I do that?
Why do I do that..?
Apakah kau masih memotret?
Aku ingin kau datang ke Stasiun Palmerah dan mulai memotret sebuah gambar: di sana, seorang ibu penjual lotek terus tersenyum pada pelanggannya sebab baginya hidup akan sama sulitnya jika ia menjadi murung dan pemarah. Baginya, senyumlah yang bisa meringankan semuanya: beban hidup seketika menjelma burung dengan sayap terbuka-terbang menyongsong cakrawala. Aku ingin kau datang juga ke Stasiun Senen lalu memotret: seorang lelaki buta dituntun anak perempuannya dan setiap hari bernyanyi dangdut dengan riang gembira. Ia tak menyanyikan lagu sedih. Sebab baginya, lagu-lagu sedih hanya akan membuatnya terus-menerus merasa gelap. Tangkaplah gambar ketika ia berjoget dengan senyum yang lebar, tangkaplah gambar ketika anak perempuannya berkeliling sambil berjoget menyodorkan gelas air mineral kosong pada para calon dermawan.
Lalu, bagaimanakan hidup yang sempurna? Barangkali kisah ini bisa membantu menjelaskannya-
Seorang guru sufi pernah ditanya, apa itu kesempurnaan? Barangkali, seperti orang kebanyakan, kita akan menyangka bahwa kesempurnaan adalah segala hal yang agung, mulia, mewah, indah, membahagiakan, dan seterusnya tentang segala hal yang baik. Benarkan kesempurnaan adalah tentang segala hal yang baik? "Tidak", kata guru sufi, "Kesempurnaan adalah ketiadaan sekaligus keberadaan, kebahagiaan sekaligus kesedihan, hitam sekaligus putih... kesempurnaan adalah konfigurasi apik dari berbagai hal yang berlawanan."
Si penanya mengerutkan dahinya, mengangkat sebelah alisnya, "Jika kesempurnaan bukan tentang kebaikan, mengapa kita menyebut Tuhan Maha Sempurna? Apakah selain Maha Baik artinya Tuhan juga Maha Tidak Baik?"
Sang guru sufi terkekeh. "Seharusnya memang begitu," katanya.
Si penanya kembali merasa heran, amarah hampir menguasai hatinya. Batapa langcang guru sufi ini pada Tuhan, pikirnya. "Maksud Guru?" ia akhirnya tak bisa membendung pertanyaan itu.
"Coba kau pikir," kata sang guru sufi, "Adakah yang lebih baik dari kebaikan Tuhan?"
Si penanya menggelengkan kepala.
Guru sufi terkekeh. "Lalu, kalau di dunia ini ada orang yang paling jahat dan membuat semua orang takut, apakah kamu pikir Tuhan tidak bisa mengalahkan kejahatannya-dan membuat si penjahat itu begitu kecil?"
Si penanya terdiam.
"Tuhan melampaui segalanya, sifat-sifat baik maupun sifat-sifat yang kita anggap buruk. Â Itulah sebabnya mengapa pada satu nama Dia di sebut Maha Kasih, tetapi di nama lain ia disebut Maha Pemarah dengan kemurkaan yang keras. Dia melampaui semua nilai maupun sifat, itulah sebabnya mengapa Dia Maha Sempurna. Kalau manusia selalu dan terus-menerus berbuat salah, Tuhan selalu dan terus-menerus menjadi pemaaf yang penuh kasih. Itulah kesempurnaan."
Si penanya mengangguk, "Lalu bagaimana untuk memperoleh kesempurnaan, Guru?"
"Kau harus pernah berbuat salah salah untuk menemukan hal-hal baik... Kita tidak bisa membedakan mana yang baik dari yang buruk tanpa mengetahui keduanya. Itulah sebabnya Tuhan mempersilakan kita bersalah, agar selanjutnya kita terus berjalan dengan kebaikan-kebaikan..."
Yeah, oh, oh baby, pretty baby..!
Pretty, pretty please, don't you ever, ever feel
Like you're less than, less than perfect
Pretty, pretty please, if you ever, ever feel
Like you're nothing, you're perfect to me
You're perfect, you're perfect!
Pretty, pretty please, don't you ever, ever feel
Like you're less than, less than perfect
Pretty please, if you ever feel like you're nothing:
you are perfect to me....
Terakhir, sesungguhnya tulisanku kali ini bukan tulisan yang baik... sebab aku hanya memanggil segala hal yang sesungguhnya sudah ada dalam dirimu. Tak ada hal baru yang aku sampaikan. Tentang strukturnya, juga bahasa yang kugunakan, sejujurnya aku mengabaikan semua teori dalam menulis: aku hanya menulis seperti bagaimana pikiran kita bekerja, bagaimana perasaan kita bekerja, dan itulah cara yang kupilih untuk menyampaikan semua ini kepadamu.
Sekarang bernyanyilah: dalah hatimu, dalam pikiranmu. Lalu setelah nyanyian itu selesai, pejamkanlah matamu. Hadirkanlah wajah orang-orang yang kaucintai dan mencintaimu dalam ingatan. Tariklah napas panjang... lalu tahan lima sampai sepuluh hitungan... Kumpulkan semua perasaan dan pikiran-pikiran buruk, rangkum semua kenangan dan masa lalu yang buruk... lalu hembuskan!
...sekarang, lihatlah ia menjelma burung dengan sayap yang terbuka, terbang membelah angin menyongsong cakrawala: Di sanalah ia akan hilang... berubah cahaya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H