Mohon tunggu...
Qinimain Zain
Qinimain Zain Mohon Tunggu... profesional -

Scientist & Strategist (QPlus Management Strategies - Consultant)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masalah (Kedaluwarsa: The Indonesia Way) Indonesia

6 Mei 2016   17:38 Diperbarui: 14 Juni 2016   03:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak perusahaan, konsultan atau penulis menulis khusus tentang sejarah kegagalan dan kesuksesan suatu organisasi perusahaan, seperti The Disney Way, The IBM Way, The Samsung Way, dan The Toyota Way, sekarang. Atau dengan judul tanpa kata “Way”, seperti Tantangan Jadi Peluang (Bondan Winarno, 1987), membahas PT Pembangunan Jaya, The Jack Welch Secrets (Stuart Crainer, 2009), membahas General Electric, atau Kompetisi Baru (Philip Kotler, Liam Fahey dan S. Jatusripitak, 1986), malah membahas negara Jepang. Bahasan ini menjadi penting, bila dikaitkan “Indonesia Way” agar unggul di masa depan di antara negara lain.

Mencermati “organization way”, menarik membandingkan The Disney Way dengan The Toyota Way dalam paradigma baru. Ini 14 Prinsip The Toyota Way dalam paradigma baru milenium III, TQZ The Toyota Way (2016):

TQO Prinsip 1:Dasarkan keputusan manajemen anda pada filosofi jangka panjang, bahkan bila harus mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek.

TQCPrinsip 2: Buat alur proses yang kontinyu untuk mengangkat permasalahan ke permukaan. Prinsip 3: Gunakan sistem "tarik" (pull) untuk menghindari produksi yang berlebihan. Prinsip 7: Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi. Prinsip 12: Pergi dan melihat sendiri untuk dapat benar-benar memahami situasi ( genchi genbutsu). Prinsip 6: Tugas dan proses yang terstandar merupakan dasar untuk perbaikan secara terus-menerus dan pemberdayaan karyawan.

TQSPrinsip 8: Gunakan hanya teknologi yang dapat dipercaya dan benar-benar teruji untuk melayani orang-orang dan proses. Prinsip 11: Hormati jaringan mitra dan pemasok dengan cara terus menantang mereka dan membantu mereka memperbaiki diri.

TQIPrinsip 4: Ratakan beban kerja (heijunka). (Bekerjalah seperti kura-kura, bukan seperti kelinci). Prinsip 13: Ambil keputusan secara perlahan-lahan dengan konsensus, seksama dalam mempertimbangkan semua pilihan; mengimplementasikan keputusan dengan cepat (nemawashi).

TQTPrinsip 5: Bangun budaya agar berhenti untuk memperbaiki masalah, sehingga kualitas yang tepat diperoleh sejak pertama kali. Prinsip 9: Kembangkan orang-orang dan tim yang luar biasa, yang bersedia mengikuti filosofi perusahaan Anda. Prinsip 14: Menjadi organisasi pembelajar melalui refleksi yang terus-menerus (hansei) dan perbaikan yang berkesinambungan (kaizen).

Sekarang bandingkan dengan TQZ The Disney Way (2016), yang juga dalam paradigma baru:

  • T(otal) Q(uality) O(peration) Dare: Berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan untuk menjalankan ide inovatif hingga membuahkan hasil. Selaraskan visi jangka panjang dengan pelaksanaan jangka pendek.
  • TQC(ontrol) Ferfection. Gunakan teknik stroryboarding untuk memecahkan masalah perencanaan dan komunikasi. Berikan perhatian yang cermat terhadap hal-hal kecil.
  • TQS(ervice) Do: Perlakukan konsumen Anda sebagai Tamu. Jalin hubungan jangka panjang dengan pemasok dan perusahaan mitra kerja Anda.
  • TQI(nformation) Dream: Berikan kesempatan bagi setiap anggota pada organisasi Anda kesempatan untuk bermimpi, dan carilah kreativitas yang terkandung dalam mimpi-mimpi tersebut. Dukung, berdayakan, dan berikan karyawan penghargaan.
  • TQT(ouch) Believe: Berpegang teguhlah pada keyakinan dan prinsip Anda. Melatih secara intensif dan secara konstan menanamkan budaya perusahaan.

Disimpulkan, “organization way” The Disney Way dan The Toyota Way adalah serupa mengenai Opertation, Control, Service, Information dan Touch dalam bahasa berbeda. (Juga serupa dengan 10 Prinsip “The General Electric Way” dari Jack Welch, oleh Stuart Crainer, yang mungkin diulas lain kali).

Yang lain, dalam The Disney Way, ditekankan “Membuat Keunggulan Menjadi Suatu Kebiasaan”, dengan diagram Habits – Skills – Attitude – Knowledge. Dalam paradigma baru adalah TQZ Habits: yaitu TQO System, TQC Habits, TQS Skills, TQI Attitude, dan TQT Science. Artinya, untuk membenahi masalah apa pun, tetapkan aturan atau sistem (operasional prosedur) yang baik, lalu buat itu menjadi budaya kebiasaan. Ini yang dirasa masih kurang dalam program revolusi mental pemerintah. Untuk memiliki budaya unggul organisasi, perusahaan atau negara harus melakukan doktrin rekayasa sosial yang gencar.

Lantas apa The Indonesia Way? The Indonesia Way adalah Pancasila (tetapi perlu di(r)evolusi), dan karakter unggul serta cara rekayasa sosial sudah dibahas pada Science Valley 51: (Kedaluwarsa Pancasila) Indonesia: “Dalam paradigma baru, TQZ Pancasila – Route(s) (Diagram, 2000): TQO Kemanusiaan yang adil dan beradab, TQC Persatuan Indonesia, TQS Demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, TQI Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, TQT Ketuhanan Yang Maha Esa. Ada satu kata yang ditambah pada sila keempat, yaitu Demokrasi. Ada satu kata diganti, yaitu Keadilan menjadi Kesejahteraan pada sila kelima, karena kata adil sudah tercakup di sila kedua, selain penekanan tujuan utama sebuah negara adalah kesejahteraan rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun