Mohon tunggu...
Qinimain Zain
Qinimain Zain Mohon Tunggu... profesional -

Scientist & Strategist (QPlus Management Strategies - Consultant)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masalah (Kedaluwarsa Bukti Filsafat Ilmu) Indonesia

12 Februari 2016   10:55 Diperbarui: 14 Februari 2016   00:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Science Valley 23: (Kedaluarsa Bukti Filsafat Ilmu) Indonesia

Lalu, apa masalah (kedaluarwa bukti filsafat ilmu) Indonesia (dan dunia)?

PENGAKUAN luar biasa membutuhkan bukti luar biasa (Carl Sagan).

Tidak sah dan memuaskan, membuktikan jika hanya satu buku Filsafat Ilmu paradigma lama kedaluwarsa dibahas dibanding dengan (R)Evolusi Ilmu - Paradigma Baru Milenium III, yang berpatokan pada syarat keteraturan atau sistem ilmiah ilmu TQZ Scientific System of Science. Kali kedua ini, buku FILSAFAT ILMU – Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Koento Wibisono Siswomihardjo, Ali Miudhofir, Imam Wahyudi, Rizal Mustansyir, Sri Soeprapto, Noor Ms Bakry, Abbas Hamami M, dan Sindung Tjahyadi – Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakutas Filsafat UGM, 1996).

Tentu, ada bab yang dilewati atau dibahas selintas, karena pokok masalah sama dan sudah dijawab saat membahas buku serupa terdahulu dengan menunjuk rujukannya. Kembali mengingatkan, sengaja bandingan bahasan Paradigma Baru Milenium III bertahap dimulai buku mengenai Ilmu Dasar, kemudian Ilmu Terapan, dan akhirnya buku Ilmu Pengembangan. Meski demikian, pembahasan terdahulu sudah diberikan beberapa contoh penerapan dan pengembangan kegunaan paradigma baru dalam memecahkan masalah, seperti TQZ Philosophy of Definition, TQZ International Code of Nomenclature dan TQZ  Reference Frame of Benchmark Standard, serta Hukum TQZ XV: C(ompetency) = I(nstrument). S(cience). M(otivation – Maslow - Zain).

Mari mulai membahas buku FILSAFAT ILMU – Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Koento Wibisono Siswomihardjo, dkk – Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakutas Filsafat UGM, 1996).

Paradigma Lama: Ilmu Pengetahuan: Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran dan Perkembangan sebagai Pengantar untuk Memahami Filsafat Ilmu (Hal. 1-15).

Berbicara tentang apa yang disebut Ilmu Pengetahuan termasuk pemberian definisinya ternyata tidak semudah dengan apa yang kita perkirakan.... Adanya sekian banyak definisi yang diberikan oleh para pakar sebagaimana dapat kita baca dalam berbagai perpustakaan atau kamus tidak akan banyak menolong kita memahami apa hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang merasa lebih berkepentingan dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi), sehingga garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lain lebih diperhatikan. ... Tanpa disertakan asumsi-asumsi dasar filsafatinya sehingga timbul kecenderungan adanya isolasi, dan bukan lagi diferensiasi diantara (cabang-cabang) ilmu (1).

Aristotelis yang mengemukakan bahwa filsafat, sebagai semua kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akaliah, dan membaginya menjadi ilmu pengetahuan poetis (terapan), ilmu pengetahuan praktis (dalam arti normatif seperti etika, politik) dan ilmu pengetahuan teoritik (3). Dalam perkembangan berikutnya filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu cabang yang dengan metodologinya masing-masing mengembangkan spesialismenya sendiri-sendiri secara intens (4). Auguste Comte ... meletakkan matematika sebagai dasar bagi semua cabang ilmu, dan di atas matematika, secara berurutan ia tunjukkan ilmu astronomi, fisika, kimia, biologi, dan fisika sosial atau sosiologi dalam suatu susunan hirarkis (6). Kini terasa adanya kekaburan mengenai mengenal batas-batas antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lain, sehingga interdepedensi dan interrelasi ilmu menjadi terasa pula. Oleh karena itu dibutuhkan suatu “overview” untuk meletakkan jaringan interaksi untuk saling menyapa menuju hakikat ilmu yang integral dan integratif (10). Dengan memahami seluk-beluk ilmu secara ilmiah filsafat, ... menjadikan diri kita masing-masing sebagai ilmuwan atau sarjana yang arif, terhindar dari kecongkakan intelektual yang memuakkan, dan terhindar dari arus yang memandang kebenaran ilmiah sebagai barang jadi, selesai, dan mandeg dalam kebekuan normatif untuk diulang-ulang sebagai barang hafalan” (Koento Wibisono Siswomihardjo: 15).

Paradigma Baru Milenium III: Ilmu: Hirarki Keberadaan - Pertumbuhan - Pengembangan. (Bahasan bandingan Bab I buku Filsafat Ilmu, Koento Wibisono Siswomihardjo: Hal. 1-15).

Keluhan masalah denifisi ilmu dan juga pendefinisian hal lain, pertengkaran asumsi antar disiplin ilmu, dan juga pentingnya “overview” memandang seluruh disiplin bidang ilmu sebagai satu kesatuan, serta kebenaran ilmiah yang tidak selesai yang harus selalu diperbaiki dari setiap saat, mengambarkan bahwa masalah itu disadari ada dan harus dipecahkan.

Semua masalah di atas telah dijawab pada Science Valley 5: (Kedaluarsa Esensi Karakteristik Berpikir Filsafat) Indonesia, bahwa “Sesungguhnya, seluruh bahasan apa pun sepanjang masa, hanya turunan dari pada tiga hal di atas (TQZ Univesal Problem): (1) Menemukan (Keteraturan) Aturan Umum (generalisasi), yaitu paradigma syarat (keter)aturan ilmu, TQZ Scientific System of Science sebuah TQZ Theory of Everything in Science (TES) (Lihat: Science Valley 4: (Acuan Keteraturan Standar Ilmu)), (2) menetapkan Batasan Tertentu (spesifikasi), TQZ Philosophy of Definition, (Lihat: Science Valley 20: (Kedaluwarsa Istilah Ilmu) Indonesia) dan (3) Mengetahui Hubungan Semua (interaksi), TQZ Hologeny of Science (Lihat: Science Valley 10: (Kedaluarsa Batas Filsafat Ilmu) Indonesia) dan TQZ Scientific Model (R)Evolution of Science (Lihat: Science Valley 9: (Kedaluarsa Asumsi Filsafat Ilmu) Indonesia). Contoh, definisi ilmu atau TQZ Science (2000) adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur membentuk kaitan terpadu dari kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu.

Tambahan, dalam Paradigma Baru Milenium III, segala ukuran sesuatu dalam siklus hidupnya dimulai dengan D(ay) - Keberadaan, berkaitan dengan posisi, lalu Q (uality) - Pertumbuhan, berkaitan kualitas, dan Z(ain) – Sempurna, berkaitan dengan Perkembangan (TQZ Reference Frame of Benchmark Standard). Tiga standar satuan ukuran utama yaitu sistem ZQD padanan standar satuan ukuran pokok mks ditetapkan General Conference on Weights and Measures dengan m(eter) untuk Panjang, kg (kilogram) untuk Massa, s(econd/detik) untuk Waktu. Membahas masalah filsafat ilmu pun, harus ditinjau dari kapan lahir, pertumbuhan kualitas filsafat ilmu dan akhirnya perkembangan sempurna golongan disiplin ilmu dari filsafat ilmu.

Yang lain, ini TQZ Origin of Science (Diagram, 2000): TQO Mathematics, TQC Physics, TQS Biology, TQI Linguistics, dan TQT Psychology. Kemudian dijabarkan TQZ Hologeny of Science (Diagram, 2000), di mana ilmu dasar diurai terdiri dari ontogeni (klasifikasi) atau pertumbuhan dan filogeni (deferensiasi) atau perkembangan berkenaan ilmu murni, terapan dan pengembangan, perbaikan hirarki dari Auguste Comte.

Jadi, jelas masalah (kedaluarwa bukti filsafat ilmu) Indonesia (dan dunia)? Mari belajar, mengajar dan mengelola apa pun dengan sistem ilmiah ilmu dengan Paradigma Baru Milenium III yang dalam, jelas dan luas, agar lebih baik.

SAYA berusaha menunjukkan bahwa lebih terutama dalam kesesuaian menyeluruh dengan hukum yang fenomena alam dan produk alami dipamerkan, dan dalam kemudahan perbandingan dengan yang hukum dapat dinyatakan, bahwa perbedaan ini ada (Hermann von Helmholtz).

Bagaimana Strategi Anda?
Rujukan: Copyright © Qinimain Zain
1. Koento Wibisono Siswomihardjo, dkk., FILSAFAT ILMU – Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Koento Wibisono Siswomihardjo, – Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakutas Filsafat UGM, 2003: 1-15, Liberty Yogyakarta, Cetakan ketiga, Yogyakarta).
2. Qinimain Zain, Strategi (R)Evolusi Sistem Ilmu, Tablomagazine BISNIS No. 17/II/27 Februari – 12 Maret 2005 : 10 (TQZ Scientific System of Science Diagram).
3. Qinimain Zain, Strategi (R)Evolusi Filsafat Definisi, Tablomagazine BISNIS No. 53/II/Oktober 2007 : 10 (TQZ Philosophy of Definition Diagram).
4. Qinimain Zain, Strategi (R)Evolusi Krisis Multidimensi, Tablomagazine BISNIS No. 21/I/28 April – 11 Mei 2005 : 10 (TQZ Hologeny of Science Diagram).
5. Qinimain Zain, Strategi (R)Evolusi Filsafat Penelitian Milenium III (Butanya Dasar Belajar Mengajar: Theory of Everything in Science), Radar Banjarmasin, Sabtu 11 & Senin 13 Oktober 2008.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun