“Kita harus apakan mayat ini, Bu? “ tanyanya pada wanita yang baru saja masuk ke ruangan.
“Semua ini karena salahmu, kalau kamu tak genit, dia tak akan hamil, “ wanita bertubuh gempal itu sinis menanggapi ketakutan suaminya.
“Sudahlah Bu. aku kan sudah minta maaf sama kamu. Semuanya sudah terjadi. Sekarang Mawar sudah mati. Tak mungkin kita biarkan orang melihat mayatnya seperti ini, aku bisa masuk penjara.”
Mayat wanita bernama Mawar tersebut akhirnya di kuburkan di dalam kamar tersebut. Lantai keramik pun dirapikan kembali dan di atasnya di pasang sebuah lemari yang sangat besar menutupi lantai bekas dibongkar tersebut.
Dan sebelum terbangun dari mimpi aku sadari bahwa aku mengenali wajah lelaki dan perempuan yang telah membunuh wanita hamil tersebut, mereka adalah tetangga sebelah rumahku.
Aku berteriak..
“Dik Laras, bangun Dik. Kamu kenapa? Mimpi apa kamu, Dik?“ Mas Heru mengoyang-goyangkan tubuhku.
Aku terbangun dan langsung kupeluk erat Mas Heru. Aku sangat ketakutan. Aku tahu mimpiku bukan mimpi biasa. Aku tahu sekarang ada yang tidak beres dengan tetangga sebelah rumahku.
“Aku tahu sekarang, Mas. Apa arti semua mimpiku selama ini, “
Mas Heru menarik napas seperti menahan kesabaran. Sudah berulang kali dia berusaha meyakinkan kalau yang aku alami hanya mimpi belaka.
“Memang kamu mimpi apa lagi, Dik? “ tanyanya sambil memelukku erat.