Pada tahuin 1980, Basri direkrut menjadi pelatih nasional menghadapi Kings Cup di Bangkok. Empat tahun kemudian memegang tim nasional Pre Olimpic dengan Manajer Sigit Harjoyudanto.. Kembali pada tahun 1988/1989, dia dipercayakan sebagai pelatih tim nasional Pre World Cup. Dia memboyong timnya dua bulan berlatih di Jerman. Salah seorang pemain yang diboyong berasal dari PSM, Rohandi Yusuf. Tim ini gagal, karena berada dalam pool maut dengan kesebelasan-kesebelasan kawasan Arab.
Pada SEA Games di Kuala Lumpur, Basri dipercaya sebagai pelatih dengan asisten Iswadi Idris dan Abdul Kadir. Saat kesebelasan asal Italia, Sampdoria, di klub tempat Kurniawan Dwi Yulianto berlatih, dalam pooling pendapat umum, Basri terpilih sebagai pelatih yang mempersiapkan tim nasional menghadapi tamu dari Negeri Menara Pisa itu. PSSI kalah ketika itu.
Kenyang merasakan persaingan di era Kompetisi Perserikatan dan Galatama, karier Basri sebagai pelatih terus berlanjut saat sepak bola Indonesia memasuki fase Liga Indonesia. Sebagai putra derah, di awal Liga Indonesia bergulir, Basri sangat bangga bisa menukangi PSM Makassar. Nyaris saja Piala Presiden, lambang supremasi Liga Indonesia berhasil dipersembahkan Basri bagi tanah kelahirannya. Sayang, di Liga Indonesia 1995/1996, PSM Makassar kalah 0-2 dari Mastrans Bandung Raya di final. PSM Makassar pun gagal jadi juara Liga Indonesia untuk kali pertama. Tetapi, PSM yang dipercayakan PSSI mewakili Indonesia dalam Turnamen Bangabandhu Cup di Dacca, Bangladesh di penghujung tahun 1996, berhasil tampil di final. Lagi-lagi sayang, di final, PSM kalah 3-4 atas kesebelasan Malaysia yang dipersiapkan sebagai tim SEA Games 1997 di Jakarta.
Selain PSM, di era Liga Indonesia, Basri juga pernah menangani Arema Malang, Persita Tangerang, dan terakhir Persela Lamongan di musim 2007. Kala menangani Persita di musim 2004, Basri mengajukan pengunduran diri dari posisi pelatih kepala, Â karena Persita menelan kekalahan beruntun.
Sebagai pelatih, Basri dikenal keras dan tegas. Ia selalu menegakkan disiplin tinggi pada tiap tim yang diasuhnya. Hingga kini, Basri bisa dikatakan sebagai pelatih lokal paling senior yang masih beredar di kancah sepak bola nasional Indonesia.
''Kalau ada pemain tidak siap di lapangan, saya langsung ganti,'' kata Basri dalam suatu wawancara dengan penulis di Hotel Makassar Golden, 29 Juni 2010.
 Pemain liga
1961: Klub MOS
1968: Pardedetex
1973: HBS Surabaya
Tim nasional