''Hebat, penampilan anakmu,'' begitu orang-orang memuji permainan Harry Tjong yang sampai ke telinga ibunya.Â
Perjuangannya untuk masuk ke squad PSM penuh berliku. Ini diakui sendiri oleh Tjong.
''Saya susah sekali mendapat tempat di tim utama PSM waktu itu, Karena di atas saya masih ada senior-senior yang masih aktif seperti Maulwi Saelan, lantas ada Hendrick, Sugito, dan satu lagi lainnya saya sudah lupa namanya (Achmad Pandero, pen.),'' kenang Tjong seperti dikutip buku ''Mengarungi Milenium Baru, 70 tahun PSSI'' terbitan PSSI tahun 2000.
Tetapi, lain dengan sulitnya masuk ke tim PSM, malah Tjong lebih mudah masuk tim nasional. Dia memperoleh keberuntungan yang langka didapat pemain lainnya.
''Tony Pogacnik telah mengubah nasib saya. Saya ingat tanggalnya, yakni 24 Desember 1957, PSM berhadapan dengan kesebelasan nasional Bulgaria di Stadion Mattoanging Makassar. Untuk pertama kalinya, saya terpilih mengawal gawang PSM. Tetapi kesempatan ini tidak terjadi kalau Tony tidak datang ke Makassar sebulan sebelumnya. Barangkali saya masih duduk di bangku cadangan terus,'' kenang Tjong sambil tersenyum sebagaimana dikutip buku ''Mengarungi Milenium Baru, 70 tahun PSSI''.
Waktu itu, Tony datang ke Makassar untuk melatih para pemain yang masuk dalam Pelatnas PSSI wilayah Timur. Tjong sebenarnya tidak termasuk pemain yang terpilih. Tetapi karena Pelatnas-nya diadakan di Makassar, ia diberi kesempatan ikut berlatih.
Kesempatan langka ini tidak disia-siakan, meskipun dia tidak tinggal di asrama seperti pemain-pemain lainnya. Ia tidak kecewa. Yang penting bisa mendapatkan kesempatan berlatih di bawah pimpinan Tony. Dia berlatih dengan sangat disiplin.
Satu kali, Tony berdiri sambil menundukkan kepala. Calon-calon penjaga gawang sedang dites. Tony disuruh melompati tubuhnya. Tidak seorang pun calon penjaga gawang yang berani. Semua takut. Tetapi, Tjong tiba-tiba memperoleh keberanian. Ia melompat dan berhasil. Tony lantas menyuruh dia menangkap bola di kakinya. Ia terbang -- bagaikan harimau menerkam mangsanya -- menangkap bola.
Setelah menjadi pemain PSM, Tjong berlatih keras. Dia sering mengonsumsi obat China untuk memperkuat staminanya. Tidak heran, lapangan Karebosi biasa dia putari antara 20 hingga 30 kali tidak terasa apa-apa.
''Kalau pemain sekarang, baru dua kali saja sudah menyerah,'' kata Tjong yang pernah membawa kesebelasan Primavera tahun 1996/1997 ditemui di kediamannya di Bekasi, Jawa Barat.
Selama membela PSM, Tjong bukannya tidak punya pengalaman buruk. Karakter keras yang ditimpa lantaran bergaul dengan tentara pada usia remaja, juga berimbas ketika bermain bola. Pernah dia dibawa Kostard gara-gara memukul salah seorang pemain Persib Bandung. Untung ada Ketua PSM Hasanuddin Nawing yang juga Komandan Kodim 104 BS menyelamatkannya.